Pagi itu jarum jam menunjukkan pukul 07.00 WIB. Kota Salatiga masih diselimuti kabut tipis pegunungan lereng Merbabu. Udara sejuk cukup kuat menusuk lobang pori-pori hingga menembus tulang pada sekujur tubuh. Seperti tidak menghiraukan udara dingin lagi, tampak serombongan bapak-ibu paruh baya dengan penuh semangat menuju area timur lingkungan RSUD Salatiga.
Di lokasi yang persisnya berada di depan gedung Laboratorium RSUD tersebut, mereka bergabung dengan rekan-rekannya yang telah terlebih dahulu tiba. Ya, mereka adalah sekelompok kecil masyarakat Salatiga yang mempunyai kesadaran mandiri terhadap kesehatan untuk mengikuti Senam Diabets.
Anthon WP, Sp.PK, seorang dokter ahli Patologi Klinik RSUD Salatiga menjelaskan, berawal dari empati terhadap beberapa pasien yang kebetulan menderita diabetis, ia mengusulkan adanya kegiatan bagi para diabetisi (penyandang diabetes) untuk melakukan senam bersama dokter, perawat dan karyawan RSUD. ”Usulan tersebut ternyata mendapat respon positif dari para pasien. Pertama kali diadakan senam pada tahun 2002, anggotanya baru tujuh orang,” jelas dr. Anthon.
Berawal dari spontanitas kelompok kecil, ternyata kegiatan ini berkembang dengan pesat. Kegiatan senam diadakan seminggu dua kali, setiap selasa dan jumat. Anggotanya pun terus bertambah, bahkan tidak hanya para penyandang diabetes yang mengikutinya, namun ada beberapa dari mereka hadir hanya sebagai partisipan.
Melihat adanya prospek yang lebih baik dalam menangani diabetis secara terkoordinir dan profesional serta adaya manfaat yang dirasakan oleh para anggota maka pada tanggal 20 Juni 2003 terbentuklah organisasi Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang Salatiga. Kegiatan ini telah mendapat perhatian baik dalam skala Nasional maupun Internasional yaitu IDA (The Indonesian Diabetes Association), bahkan seiring dengan waktu berjalan kegiatan Persedia semakin bervariatif selain senam rutin juga dilakukan pemeriksaan dan konsultasi gula darah gratis dari dokter yang telah berpengalaman, jalan sehat , ceramah kesehatan, aksi sosial dll.
Keseriusan Dr. Anthon dan team Persadia yang dibantu oleh para relawan ditunjukkan dengan terus melakukan pendampingan dalam setiap kegiatan, bahkan untuk melakukan senam sekalipun tidak lepas dari pengawasan dan perhatiaannya, sebab senam diabet tidak seperti senam lainnya, yang harus berkeringat dan menekan energi namun senam ini diciptakan dengan gerakan tertentu dalam 3 episode model senam, dimana masing-masing gerakan memiliki tujuan untuk menekan kadar gula darah dalam tubuh. Dan yang menarik ketika memperhatikan suasana senam yang penuh persahabatan ini, para instruktur senam tak segan-segan di sela-sela gerakan mengajak para pesenam untuk selalu senyum dan gembira. Ternyata mengurangi stres merupakan salah satu trik yang potensial melakukan penyembuhan dengan spirit psikologis pasien.
Dikatakan dr Anthon, hingga kini tingkat kesadaran masyarakat untuk masalah kesehatan masih sangat rendah. Seperti halnya dengan masalah diabetes atau kencing manis. Dalam kenyataannya masih banyak orang yang belum mengerti pentingnya pengendalian glukosa darah yang baik, sehingga menyebabkan penderita diabetes mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kasus diabetis ini harus mendapat perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak karena merupakan endemi yang mengalami deregenerasi, yaitu situasi dan kondisi yang mengalami peningkatan secara progresif atau meningkat.
Masih awamnya masyarakat Salatiga mengenai diabetis ini, mendorong dr. Anthon untuk mengadakan sosialisasi, dengan harapan ada dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun media, sebagai upaya memberikan pengertian secara luas mengenai diabetes kepada masyarakat di segala lapisan.
Lalu, apakah diabetes itu? Diabetes Mellitus atau sering dikenal dengan kencing manis adalah suatu kondisi dimana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal (Normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl); ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel, hal ini terjadi karena kekurangan (resisten) terhadap insulin.
Diabetes tidak bisa disembuhkan, dan dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal batas usia dan latar belakang status sosial. Namun demikian diabetis dapat dikontrol dan dikendalikan, tentunya hal ini memerlukan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap para diabetisi.
Tanda-tanda diabetes
Untuk mengantisipasi lebih awal, ada baiknya kita mengetahui tentang tanda-tanda diabetes atau penyakit kencing manis. Yakni, rasa haus yang berlebihan, buang air kecil yang berlebihan (dengan volume besar), selalu merasa lelah atau kekurangan energi, infeksi di kulit, penglihatan menjadi kabur (buta ayam), turunnya berat badan (pada sebagian penderita), hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah), glaikosuria (glukosa dalam urine - air kencing).
Terdapat dua jenis diabetes atau kencing manis yang umum; masing-masing dapat diobati dengan cara tersendiri.
Pertama, Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau jenis I). Biasanya terdapat pada orang yang masih muda, gejala-gejalanya terjadi dengan secara tiba-tiba, kadar glukosa (gula) darah yang tinggi. Yang harus dilakukan, suntikan insulin, makanlah makanan sehat dan seimbang, olah raga secara teratur.
Kedua, Diabetes Mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM atau jenis III) Umumnya terdapat pada orang yang berusia lebih dari empatpuluh (40) tahun, terjadi secara perlahan-lahan, dan kemungkinannya dengan tiada tanda-tanda/gejala, biasanya terdapat pada orang yang gemuk dan usia lanjut, dan tidak aktif.
Apabila kita mendapati diri dengan gejala tersebut diatas maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti; mempertahankan berat badan yang normal ,olahraga secara teratur, Mengurangi stress, makanlah makanan yang seimbang, tablet atau pil (untuk sebagian penderita), mungkin memerlukan insulin, biasanya pada stadium terakhir .
Namun untuk lebih akuratnya, disarankan untuk melakukan check up gula darah di Laborat, dengan demikian tindakan pengobatan dan antisipasi dapat dilakukan lebih awal, sebab seperti pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati sangat berlaku bagi Diabetisi, karena apabila terlambat dalam penanganan, tentu saja akan menyebabkan kronis progresis yang dapat menimbulkan komplikasi kerusakan organ lain seperti : Penyakit jantung, Serangan otak, biasanya diikuti dengan kelumpuhan dan strok, kerusakan pembuluh-pembuluh darah periperal (biasanya mempengaruhi bagian badan sebelah bawah dan kaki), Penyakit mata (Retinopati), Kerusakan Syaraf (Neuropati) yaitu kerusakan syaraf dapat terjadi pada beberapa bagian dari tubuh kita, termasuk jantung, kaki dan dapat menyebabkan impoten dan kelumpuhan (paralisis) dari Perut.
Oleh karenanya para penyandang diabetes tidak perlu berkecil hati, khususnya diabetisi di wilayah Salatiga dan sekitarnya, karena Peranan Persedia siap membantu memotivasi kembali semangat para penyandang diabetes untuk hidup selayaknya seperti orang sehat, bahkan dr. Anthon selaku ketua Persedia agak keberatan menyebut diabetes sebagai penyakit, sebab selain terkesan memberatkan secara psikologis bagi penderita, para pakar diabetes lebih setuju dengan sebutan penyandang, sebab pada dasarnya Diabet tidak bisa dikategorikan dengan jenis suatu penyakit tertentu, namun hanya suatu kelainan imun dalam tubuh yang timbul secara genetikal (keturunan) maupun kebiasaan hidup yang kurang sehat, jadi siapapun, kapanpun dan dimana di dalam tubuh setiap orang terdapat peluang terkena diabet ini.
Diabetis ternyata dekat dengan kehidupan kita, bahkan sering kali kita tidak menyadarinya, maka Persadia sebagai organisasi Diabetis akan berupaya lebih dekat dengan para pasien dan masyarakat dengan memberikan pemeriksaan, pengarahan, dan pendampingan agar supaya diabetis bukan lagi menjadi momok, karena dengan pemahaman yang benar tentang seluk beluk Diabetis diharapkan pengetahuan masyarakat semakin cerdas dalam mengelola pola hidup sehat serta melakukan pencegahan secara mandiri bahkan Hidup sehat dalam kondisi Diabetes bukanlah hal yang suram, kita masih tetap bisa menghargai diri dengan merasakan kebersamaan dengan orang-orang tercinta dan lingkungan sekitar dengan bahagia, asalkan kita menerapkan pola DiKonTer (Disiplin, Kontrol, Teratur ) dengan penuh semangat dan optimisme.(ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar