Di sudut Barat Daya Kelurahan Kutowinangun yang berbatasan dengan Kelurahan Salatiga, memanjang sebuah lembah kecil dari ujung pemandian Kalitaman, sampai ujung Pemakaman Umum Wates di Kampung Turusan. Di lembah kecil itu bertebar beberapa mata air (belik) atau penduduk setempat sering menyebutnya Kali. Kali adalah sebuah mata air yang muncul kemudian membentuk genangan yang biasanya digunakan untuk sumber air warga dalam memenuhi kebutuhannya akan air.
Salah satu kali yang terdapat di tengah lembah dan tepat berada di bawah Makam Wates adalah Kali Prambanan.Untuk menacainya kita harus melewati jalan setapakdan menuruni lereng yang diapit oleh pematang. Dari Kalisombo menyusuri kalen kearah selatan sekitar 5 menit. Lewat celah-celah bebatuan kali munculah air jenih yang mengalir dan habis bergabung dengan kalen di bawahnya yang merupakanterusan dari Kalitaman. Memang kalau kita lihat sepintas Kali Prambanan tidak begitu luas, luasnya hanya sekitar 15 M2. Namun mata air ini telah menghidupi warga sekitar dengan air yang jernih dan tanpa bayar. Warga sering menggunakan airnya untuk mandi, mencuci, dan air minum. Bahkan air kali ini sering digunakan warga untuk membersihkan diri setelah mereka selesai membersihkan makam dan acara pemakaman di Makam Wates.
Menurut Mbah Min, seorang sesepuh Kampung Krajan, keberadaan Kali Prambanan sudah ada sejak dulu. Secara tepat, kapan, diapun tidak mengetahui secara persis, namun semenjak dia kecil kali itu sudah ada dan didatangi banyak orang. “Dulu kondisi Kali Prambanan masih peteng (gelap) dan Wingit (angker), kata Mbah Min sambil terbatuk-batuk karena penyakit tuanya. Kali Prambanan dulu masih tertutup semak belukar dan banyak sekali ular yang bersarang di sekitarnya.
“Nama Prambanan,” katanya. “Bberasal dari kata “rambanan” yang oleh penduduk sekitar diartikan sebagai tetumbuhan yang diambil oleh warga untuk dijadikan bahan baku sayur dan atau makanan ternak”. Daerah Kali Prambanan merupakan daerah berair sehingga banyak tetumbuhan tumbuh subur dengan cepat khususnya tanaman air. Di kemudian hari warga berinisiatif untuk membuat petak-petak untuk ditanami selat/jembak, kangkung, padi, dan bahkan pernah ada yang memanfaatkan daerah itu dnegan membudidayakan ikan air tawar.
Dulu banyak orang yang melakukan ritual kungkum. Seperti kita tahu, kungkum (berendam), bagi sebagian orang dilakukan untuk mengolah jiwa dan raga menuju ketenangan atau tujuan lain.
“Biasanya kegiatan kungkum ini dilakukan pada malam hari,” tambahnya. Di bawah gelapnya malam mereka malalui malam dengan menengelamkan tubuh dengan duduk bersila sebatas leher.
Banyak orang yang tidak tahan dan tidak kuat melakukan ritual ini karena di tempat itu hawanya begiti dingin dan banyak sekali ular yang bersliweran di depan mata dan meliliti tubuh mereka yang telanjang. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh kaum pria baik dari daerah sekitar ataupun dari luar kota.
Banyak orang yang terus mengulanginya karena mereka merasa tenang dan keinginan mereka tercapai.
Namun yang sangat disayangkan adalah penyusutan tinggi air yang ada di Kali Prambanan. Sekarang tinggi air sudah dibawah lutut sehingga orang yang melakukan kungkum tidak dapat berendam sampai sebatas leher. Dan sekarang hanya beberapa warga saja yang menggunakan kali ini, yang dikarenakan penyusutan airnya atau kepemilikan air ledeng di rumah mereka.
Yang pasti menjadi perhatian kita adalah keberadaan kali dan semua mata air yang ada di Kota Salatiga harus tetap dijaga kelestarianya demi keberlangsungan kehidupan anak cucu kita.(shk)
Salah satu kali yang terdapat di tengah lembah dan tepat berada di bawah Makam Wates adalah Kali Prambanan.Untuk menacainya kita harus melewati jalan setapakdan menuruni lereng yang diapit oleh pematang. Dari Kalisombo menyusuri kalen kearah selatan sekitar 5 menit. Lewat celah-celah bebatuan kali munculah air jenih yang mengalir dan habis bergabung dengan kalen di bawahnya yang merupakanterusan dari Kalitaman. Memang kalau kita lihat sepintas Kali Prambanan tidak begitu luas, luasnya hanya sekitar 15 M2. Namun mata air ini telah menghidupi warga sekitar dengan air yang jernih dan tanpa bayar. Warga sering menggunakan airnya untuk mandi, mencuci, dan air minum. Bahkan air kali ini sering digunakan warga untuk membersihkan diri setelah mereka selesai membersihkan makam dan acara pemakaman di Makam Wates.
Menurut Mbah Min, seorang sesepuh Kampung Krajan, keberadaan Kali Prambanan sudah ada sejak dulu. Secara tepat, kapan, diapun tidak mengetahui secara persis, namun semenjak dia kecil kali itu sudah ada dan didatangi banyak orang. “Dulu kondisi Kali Prambanan masih peteng (gelap) dan Wingit (angker), kata Mbah Min sambil terbatuk-batuk karena penyakit tuanya. Kali Prambanan dulu masih tertutup semak belukar dan banyak sekali ular yang bersarang di sekitarnya.
“Nama Prambanan,” katanya. “Bberasal dari kata “rambanan” yang oleh penduduk sekitar diartikan sebagai tetumbuhan yang diambil oleh warga untuk dijadikan bahan baku sayur dan atau makanan ternak”. Daerah Kali Prambanan merupakan daerah berair sehingga banyak tetumbuhan tumbuh subur dengan cepat khususnya tanaman air. Di kemudian hari warga berinisiatif untuk membuat petak-petak untuk ditanami selat/jembak, kangkung, padi, dan bahkan pernah ada yang memanfaatkan daerah itu dnegan membudidayakan ikan air tawar.
Dulu banyak orang yang melakukan ritual kungkum. Seperti kita tahu, kungkum (berendam), bagi sebagian orang dilakukan untuk mengolah jiwa dan raga menuju ketenangan atau tujuan lain.
“Biasanya kegiatan kungkum ini dilakukan pada malam hari,” tambahnya. Di bawah gelapnya malam mereka malalui malam dengan menengelamkan tubuh dengan duduk bersila sebatas leher.
Banyak orang yang tidak tahan dan tidak kuat melakukan ritual ini karena di tempat itu hawanya begiti dingin dan banyak sekali ular yang bersliweran di depan mata dan meliliti tubuh mereka yang telanjang. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh kaum pria baik dari daerah sekitar ataupun dari luar kota.
Banyak orang yang terus mengulanginya karena mereka merasa tenang dan keinginan mereka tercapai.
Namun yang sangat disayangkan adalah penyusutan tinggi air yang ada di Kali Prambanan. Sekarang tinggi air sudah dibawah lutut sehingga orang yang melakukan kungkum tidak dapat berendam sampai sebatas leher. Dan sekarang hanya beberapa warga saja yang menggunakan kali ini, yang dikarenakan penyusutan airnya atau kepemilikan air ledeng di rumah mereka.
Yang pasti menjadi perhatian kita adalah keberadaan kali dan semua mata air yang ada di Kota Salatiga harus tetap dijaga kelestarianya demi keberlangsungan kehidupan anak cucu kita.(shk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar