Kerajinan Pelepah Pisang
Mencari Celah Pasar
Berangkat dari hobinya membuat kerajinan semenjak masih duduk di bangku SMA, seorang perempuan bernama Mila, memberanikan diri membuat kerajinan dari pelepah pisang dengan lebih serius. Awalnya memang dia mencoba membuat pigura dan bunga dengan bentuk sederhana dari pelepah pisang yang mudah didapat dari kebun. Ternyata kegemarannya ini serta merta mendatangkan rejeki. Banyak pesanan mengalir dari tetangga dan teman-temannya. Mereka memesan beberapa sovenir kecil untuk digunakan dalam acara ulang tahun, peringatan wafatnya anggota keluarga, ataupun hanya untuk dipakai sendiri.
Kemudian pada tahun 2006 kegiatan pembuatan barang-barang kriya dari pelepah pisang ini ditangani dengan lebih serius. Barang hasil karyanya yang semula hanya berbentuk pigura, dan bunga, dikembangkan menajdi tas, sketsel, meja kursi, tempat tisu, dompet, asbak, kap lampu, tempat majalah, dan aneka pernik sovenir.
Beberapa bentuk tas pada perkembangan sekanjutnya dubuatkan mal untuk membentuk tas seperti yang diinginkan. Ada yang besar dan ada yang kecil. Bentuknya pun beragam, dari yang lonjong, bulat, dan persegi panjang.
Bahan baku berupa pelepah pohon pisang, tali mendong, tali enceng gondok, dan bahan baku lain kebanyakan didapatkan dari daerah Yogyakarta. Sedangkan bahan baku berupa bambu sebagai rangka, didapatkan dari daerah Kopeng dan Ngablak.
Usaha ini telah menyerap tenaga kerja dari sekitar lingkungan, yaitu sebanyak 4 orang tenaga lepas dan seorang tenaga tetap. Mereka yang tenaga lepas akan dipekerjakan pesanan yang banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang singkat. Bahkan kadang kala ada beberapa kelompok masyarakat yang berkeinginan untuk belajar membuat kerajinan. Secara berkelompok mereka dibimbing untuk membuat kerajinan pelepah dari tingkat dasar.
Bertempat di Jl. Hasanudin, tepatnya di depan gerbang RS. Ariyo Wirawan (RS Paru Ngawen) hasil karyanya dipajang bersebelahan dengan dagangan lain di samping warungnya. Dengan mengambil nama “My Collection” anak muda ini mencoba mencari celah pasar yang masih terbuka, baik di Salatiga ataupun di kota lain. Memang selama ini konsumennya kebanyakan hanya dari Salatiga dan Semarang.
Untuk itu ajang pameran banyak digunakan untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Pameran-pameran di Salatiga, Semarang, dan Jakarta telah dlakukannya. Informasi pameran beberapa di dapat dari Pemerintah Kota Salatiga lewat Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UKM. Malah juga ada sebuah fasilitas untuk mengikuti pameran di Jakarta, oleh Bank Mandiri, dimana biaya akomodasi ditanggung oleh bank yang bersangkutan.
Hubungan pertemanan juga digunakan dalam pemasaran produk ini. Sekarang secara rutin, My Collection mengirimkan hasil produk berupa tas dari bahan tali mendong keluar pulau Jawa, tepatnya ke Makasar.
Pemkot Salatiga sendiri di samping memberikan informasi pameran dan peluang pasar, juga memberikan fasilitas berupa pelatihan dalam bentuk seminar untuk menambah wawasan para pengusaha kecil. Namun memang kendala berupa minimnya modal usaha seperti telah menjadi masalah yang klasik, bagi usaha ini. Selama ini kekurangan modal disikapi dengan mengambil kredit pada bank.
Untuk pengembangan usaha ke depan My Collection, akan mencoba menambah koleksi dan kwantitas stock hasil kerajinan sehingga apabila ada ada pesanan dalam jumlah yang banyak, bisa langsung dikirimkan. “Namun kami memang menginginkan pengembangan usaha yang pelan dan bertahap, kata Mila seraya menutup wawancara dengan Hati Beriman.(Shk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar