MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

04 November 2008

Budaya



drg. Haryono*

Piyayi

A g u n g


Pak dhe Kolor (Kolor itu nama orang) walaupun sudah pensiun tetapi masih mempunyai ambisi yang makantar-kantar untuk menjadi orang yang di uwongake dalam masyarakat seperti dulu sebelum pesiun. Setelah dipikir piker yang paling tepat untuk mencapai harapannya adalah menjadi Piyayi Agung. Karena dengan menjadi Piyayi Agung, Pak dhe Kolor masih dihormati masyarakat, bisa untuk kegiatan hidup supaya tidak cepat pikun, mendapatkan fasilitas-fasilitas, dan yang tidak kalah penting mendapat penghasilan yang lumayan. Tetapi Jer Basuki Mowo Beyo, oleh karenanya Pak dhe Kolor menganggap bahwa dana yang banyak untuk menuju kesana, tidak masalah, karena ini urusan harga diri seseorang.

Saat itu sore hari. Tepatnya tidaga bulan yang lalu ketika Pak dhe Kolor sedang leyeh-leyeh diatas lincak bambudi belakang rumahnya sambiol mendengarkan mangungnya burung perkutut didalam sangkar sebari nyrumput wedang bajigur dan menikmati kue roladhe buatan nyai Limpuk wetan alun-alun tiba-tiba dating segerombol tamu dari Paguyuban Ngupoyo Karyo. Bagaikan tumbu oleh tutup, tamu-tamu tersebut menawarkan, bagaimana kalau Pak dhe Kolor mencalonklan diri menjadi Piyayi Agung dengan cara terlebih dahulu mendirikan Partai Pengusung yang akan didukung oleh teman-teman komunitas Pak dhe Kolor, yaitu Partai PKI ingkatannya adalah Partai Karawitan Indonesia. Soal mencari dan menggerakkan massa, nanti Paguyuban yang akan bergerak, Pak dhe Kolor hanya duduk manis saja. Soal dana mestinya Pak dhe Kolor yang menyediakan. Salah seorang tamu berkata: “dan yang amat penting untuk menjadi Piyayi Agung Pak dhe harus menyembunyikan rapat-rapat keinginan Pak dhe yang sesunngguhnya, yaitu untuk mendapatkan penghasilan yang lebih lumayan, supaya ada kegiatan hidup agar tidak lekas pikun, dihormati mayarakat dan mendapatkan fasilitas-fasilitas, Pak dhe Kolor harus bilang : SAYA INGI SEKALI MENGABDIKAN DIRI SAYA KEPADA NEGARA DAN BANGSA AGAR KONDISINYA LEBIH BAIK, LEBIH SEJAHTERA DAN MAKMUR DENGAN TANPA PMRIH SEDIKITPUN”.

Akhinya Pakdhe Kolor mencalonkan diri menjadi Piyayi Agung yang diusung oleh Partai PKI ( Partai Karawitan Indonesia). Foto-fotonya telah terpampang di tepi-tepi jalan hamper diseluruh kota. Pak dhe Kolor juga membeli 15 sepeda motor dan satu mobil untuk opasional kader-kadernya, dengan catatan bensin, perawatan kendaraan dan uang makan kader beserta keluyarganya ditnggung oleh Pak dhe Kolor sampai dengan pencoblosan. Dan kalau Pak dhe Kolor berhasil, 15 sepeda motor dan mobil tersebut diberikan cuma-cuma kepada kader-kader pendukungnya. Sejak itu Pak dhe Kolor selalu mencari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan : Rapat-rapat RT, kelompok kesenian, kelompok pemuda, olah raga, lain –lain, untuk dikunjungi sambil mengenalkan diri dan minta doa restu. Tidak lupa, belau selalu ningali dan untuk pembinaan kegiatan. Berapa ? 1Juta ? ooo….Kalau hanya 1 Juta itu kere Gus! Ora usah di rembug!.

Rumahnya Pak dhe Kolor hampir setiap saat ramai tamu-tamu berdatangan untuk minta sumbangan. Entah untuk pembangunan jalan, untuk berobat anaknya untuk memperbaiki rumah /sekolah/tempat ibadah dll. Semuanya diberi. Sebab kalau tidak diberi orang-orang akan bilang : “jane Pak dhe Kolor kuwi serius nyalon opo ora to sampeyan kuwi?”

Setiap malam rumahnya Pak dhe Kolor penuh dengan orang-orang, ada yang main karaoke, main bola sodok, domino dll sampai larut malam. Dengan jadwal :

jam 10 malam keluar bak mie, jam 11 malam nyamikan dengan kopi, jam 12 malam makan malam pakai iwak pitik dhodho menthok.

Baru setengah jalan perjuangan, kantonge Pak dhe Kolor sudah kobol-kobol, megap-megap seperti ikan mujahir di darat. Tapi Pak dhe Kolor tetap percaya besok setelah menang, semuanya akan beres. Mudah-mudahan.

Pencoblosan telah berlangsung. Pak dhwe Kolor gusar dan terkejut, melihat hasil penghitungqan suara. Beliau hanya memperoleh 10 suara. Padahal diperkirakan, orang-orang yng menikmati sembako dan dana lain-lain ada sekitar 4000 orang. Semua orang yang telah menerima dana dari Pak dhe Kolor selalu bilang kepada Pak dhe bahwa akan mencoblos Pak dhe Kolor. Anggota-anggota Paguyubaan Ngupoyo Karyo yang menjadi kader-kadernya sudah sudah tidak kelihatan batang hidungnya, nggeblas bersama satu mobil dan 15 sepeda motor, entah kemana hilangnya.

Pak dhe kolor geram. Orang-orang yang diberi kebaikan tidak tahu membalas budi. Pak dhe kolor mencari seekor anjing gudigen dan dicancang di depan rumahnya. “untuk apa pak dhe?” sambil menunjuk anjing tersebut pak dhe kolor bilang “orang-orang yang tidak tahu membalas budi seperti binatang itu”.

Lha wong Pak dhe Kolor itu memberi tetapi ada pamrihnya, orang-orang yang diberi sesuatu yang menerimanya, tetapi kalau tentang nyoblos ya tergantung pilihannya masing-masing. Pencoblosan itu kan sifatnya bebasd dan rahasia. Bilangnya nyoblos tapi nyatanya tidak nyoblos ya tidak ada yang tahu. Pak dhe KOlor gagaljadi Piyayi Agung. Rumah, sawah, tegal kendaraan, deposito miliknya telah habis untuk modal menjadi Piyayi Agung yang gagal

Akhirnya Pak dhe Kolor ikut anaknya di korta lain, cita-citanya menjadi Piyayi Agung telah gagal wigar tanpo karyo, ibarat tambak merang katempuhing banjir bandang. dhadhal larut kapilarut bubar mawut salang tunjang.

Pak dhe Debog (Kakaknya Pak dhe Kolor). Menesehati kepada adiknya secara singkat : “ingat akan : cokro mangilingan, narimo ing pandum dan sing sopo kepingin menek dhuur kudu wani tibo kanteb”. Waspadala!!!!!


*Penulis adalah

Budayawan Kota Salatiga

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's