Mainkan Jari
Untuk Matematika
Belajar adalah ekspresi pembentukan jati diri anak. Dalam proses itu, mereka menemukan sesuatu yang baru yang diimplementasikan dalam pikiran dan tingkah laku.
Banyak Manfaat
Tak ada yang dapat membatasi ruang gerak untuk belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, oleh dan dengan siapa saja bahkan dalam bentuk semacam apa. Adalah Septi Peni Wulandari (34), seorang ibu yang berhasil menangkap kesulitan anak dalam belajar matematika. Dari sini, lahirlah jaritmatika.
Inspirasi penemuan metode hitung jaritmatika merupakan hasil kolaborasi belajar dengan anaknya. Berawal ketika putranya tanpa sengaja lebih senang mengunakan jari-jemarinya untuk berhitung daripada dengan metode dan alat bantu hitung yang telah disediakan. Keasyikan tersebut membuat sang ibu penasaran dan ingin terlibat secara emosional untuk memahami imajinasi dan kebutuhan anak akan belajar.
Jaritmatika adalah metode pembelajaran matematika dengan memanfaatkan sepuluh jari yang dimiliki manusia. Dengan memanfaatkan jari, ada trik untuk menghitung penjumlahan, pembagian, perkalian, maupun pengurangan. Jari tangan kanan untuk bilangan satuan sedangkan jari tangan kiri untuk bilangan puluhan. Untuk operasi penambahan dengan istilah buka sedangkan pengurangan bilangan dengan menggunakan istilah tutup.
Jaritmatika membawa banyak manfaat. Konsep ini bisa diajarkan pada anak usia 2-10 tahun. Hemat dan efisien karena jari merupakan alat yang dimiliki setiap manusia. Mudah diajarkan dalam waktu relatif singkat. Bisa digunakan kapan saja dan di mana saja, bahkan bisa digunakan belajar sambil bermain. Jika orang tua yang mengajarkan, bisa mendekatkan anak dan orang tua secara emosional. Kelemahan metode ini hanya terletak pada batas digit angka, yakni baru sekitar empat sampai lima digit.
Sosialisasi penggunaan metode jaritmatika dimulai pada tahun 2005. Usaha ini mendapat tanggapan positif dari publik, baik anak-anak, ibu rumah tangga, profesional kalangan pendidikan, dan perusahaan. Konsep ini telah dipatenkan pada tahun yang sama.
Sempoa dan Kumon
Jaritmatika merupakan singkatan dari jari dan matematika. Metode ini terinspirasi dari kebiasaan anak yang senang memainkan jari bila berhitung. Idenya terwujud dengan cara memindahkan metode sempoa ke jari tangan yang dikombinasikan dengan kedisiplinan ala Kumon. Melalui serangkaian uji coba dan tahapan riset, akhirnya Metode Jaritmatika berhasil dirumuskan menjadi teknik berhitung yang lebih cepat, efisien dan menarik.
Konsep belajar dengan senang, membuat anak cepat tanggap berpikir kreatif. Bahkan, jaritmatika mampu membawa anak-anak untuk lebih mengenal angka perhitungan penambahan, pengurangan, dan pembangian tanpa rasa takut atau minder. Namun, hal terpenting dari konsep belajar ala jaritmatika ini adalah bergesernya paradigma lama bahwa belajar harus kaku dan konvensional menuju paradigma baru bahwa belajar tidak membuat anak-anak menjadi di bawah tekanan atau ketakutan. Anak perlu menyadari bahwa belajar juga merupakan dunia mereka sehingga anak terkondisikan dalam suasana yang lebih nyaman, penuh keakraban, riang gembira, bermain sambil melatih kecerdasan otak.
Pemberdayaan Masyarakat
Tak hanya untuk mendongkrak kemampuan anak. Jaritmatika juga dapat digunakan sebagai sumber penghasilan bagi ibu rumah tangga. Mereka dapat dilatih untuk menstransferkan ilmu kepada anak-anaknya bahkan memberi les jaritmatika.
Hal ini sudah dibuktikan oleh sang penemunya. Septi, ibu tiga putra ini telah berhasil menunjukkan dedikasinya terhadap pendidikan anak. Hanya berbekal tekad ketulusan dan kerja keras, wanita kelahiran Kota Salatiga itu berani meninggalkan profesinya sebagai pegawai kantoran. Pertimbangannya, demi memberikan pendampingan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya di rumah.
Kini, Septi telah memetik hasil jerih payah dan pengorbanannya. Semakin banyak pengakuan dari tingkat nasional maupun internasional sebagai peneliti muda. Tetapi, Septi lebih bangga dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga profesional. Perempuan yang sangat bersahaja ini telah berhasil mendapat banyak penghargaaan seperti Women Enterpreneur Award dari USA tahun 2007, Danamon Award 2006 Kategori pemberdayaan masyarakat, Piagam Penghargaan Inovator Sosial 2006 dari Universitas Indonesia, dan Wanita Teladan 2004.
PT. Jarimatika Indonesia yang didirikannya dan berkantor pusat di Jalan Margosari PR 4 Salatiga telah memiliki 90 anak cabang di sejumlah kota seperti Depok, Jakarta, dan kota lain di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi, Batam, bahkan Papua.
Peran Orang Tua
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasanya secara maksimal. Peran orangtua dalam memberikan latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak, yang meliputi kecerdasan verbal-bahasa, matematika-logika, visual spasial (imajinasi), musik, interpersonal (bergaul), intrapersonal (cerdas diri), fisik, lingkungan, dan spiritual.
Keterlibatan para orang tua secara aktif dalam mengasah mental dan stimulus si anak secara tepat sangat diperlukan mengingat mereka adalah orang yang setiap hari bersama si anak. Sehingga orang tua harus bersikap proaktif dan bukannya reaktif dalam mempelajari, mengantisipasi dan me-review aktifitas yang sudah dilakukan anak-anak mereka. Aktivitas tersebut diharapkan menjadi suatu hal yang menyenangkan. Sebagai aspek yang sangat penting, karena ketika si anak merasa enjoy dalam melakukan aktivitasnya maka otaknya akan berkembang lebih baik.
Yang tak kalah penting adalah membangun harga diri dan citra diri si anak dengan memberikan tantangan dan komentar yang positif dan bukannya kritik pedas yang justru membuat si anak menjadi rendah diri dan takut menunjukan bakat dan talenta yang dimilikinya. Ditambah dengan aturan dan feedback (umpan balik) yang membuat si anak merasa aman dan terlindungi, impian orangtua untuk membuat anak mereka menjadi ajaib bukanlah sekedar mimpi.(Ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar