MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

10 September 2008

KESEHATAN: Mungkinkah Leptospirosis Berjangkit di Salatiga?


Mungkinkah
Leptospirosis Berjangkit di Salatiga?
Maria Agustini*

Salah satu penyakit yang dapat berawal dari sampah adalah leptospirosis. Pasalnya, sampah yang menumpuk merupakan rumah yang paling cocok bagi perkembangbiakan tikus. Selama ini, kasus leptospirosis memang tidak pernah dijumpai di Kota Salatiga. Tetapi, bukan tidak mungkin, penyakit ini berjangkit di Salatiga apabila sampah semakin menumpuk secara liar. Baik di sungai maupun di tempat lain.

Zoonosis
Leptospirosis lebih dikenal sebagai penyakit kencing tikus. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi akut (mendadak) yang disebabkan bakteri Leptospira sp sp. Penyakit ini tergolong penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan yang ditularkan ke manusia.
Bakteri Leptospira sp sp ini hidup di dalam ginjal hewan pejamu (inang) dan dikeluarkan melalui urin (air kencing) saat berkemih. Bakteri ini akan menimbulkan kerusakan fungsi organ tubuh terutama ginjal dan hati. Hewan pejamu bagi bakteri ini antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, kekelawar, tupai dan landak. Tikus adalah hewan pengerat yang paling banyak dijumpai mengandung bakteri ini di dalam tubuhnya.

Mudah Menular
Penularan penyakit ini bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Penularan langsung biasanya terjadi dari hewan yang mengandung Leptospira sp sp kepada orang yang pekerjaannya merawat atau memotong hewan seperti peternak, dokter hewan, peneliti yang memakai binatang percobaan, dan pekerja di rumah potong hewan. Umumnya, penularan terjadi secara kebetulan.

Penularan tidak langsung pada manusia terjadi melalui air atau tanah yang tercemar urin hewan yang mengandung Leptospira sp. Penularan sering terjadi pada saat banjir. Bakteri juga dapat menular melalui kontak manusia dengan selokan, sungai, persawahan, perkebunan, dan ladang yang banyak tikus. Kuman tersebut akan masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang terluka atau melalui selaput lendir mata, selaput lendir di mulut, dan saluran pernafasan.

Bisa Mematikan
Masa inkubasi (masa antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala) biasanya antara 5 sampai 14 hari. Pada manusia, gejala penyakit ini menyerupai flu. Sedangkan pada hewan yang terjangkit mungkin tak muncul gejala apapun. Pada stadium awal (minggu pertama), akan muncul gejala demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, serta nyeri otot terutama pada betis, punggung, dan paha sehingga penderita sukar berjalan. Gejala lainnya adalah batuk kering, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, sampai diare. Jika pada tahapan ini tidak diobati, gejala bertambah parah dan tampak lebih khas. Pada masa ini Leptospira sp dapat ditemukan dalam darah. Pada minggu selanjutnya, Leptospira sp menghilang dan menetap dalam ginjal sehingga teridentifikasi di urin.

Oleh karena menyerang hati selanjutnya akan muncul gejala penyakit kuning, yakni kulit dan putih mata menjadi kekuningan (tipe ikterik). Tetapi, ada juga yang tidak disertai warna kuning (tipe anikterik). Leptospirosis yang berat dan sering mematikan kebanyakan dari tipe ikterik, dan dinamakan penyakit Well. Kondisi ini dapat berlangsung selama satu bulan. Kemudian akan terjadi pendarahan. Jenis pendarahan yang sering terjadi adalah pendarahan di bawah kulit seperti bintik merah pada penyakit demam berdarah dengue dan kebiru-biruan, mimisan, pendarahan pada mata, pendarahan gusi dan dapat pula batuk berdarah seperti penderita TBC paru. Yang lebih parah lagi adalah bila komplikasi sudah sampai ke selaput otak dengan menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran disertai gangguan faal ginjal berupa gagal ginjal akut. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit ini mencapai lima persen artinya lima dari setiap 100 kasus (penderita) bisa meninggal.

Lingkungan Bersih
Penderita leptospirosis sebaiknya menjalani perawatan di rumah sakit. Untuk mematikan bakteri Leptospira sp, dapat diberikan antibiotika amoxicillin, ampicillin, doxycycline atau erythromycin. Pada penyakit Well, selain antibiotika diperlukan juga pengobatan pendukung. Bila terjadi gagal ginjal akut, diperlukan cuci darah (dialysis), dan diperlukan tindakan lainnya sesuai kebutuhan penderita.
Pencegahan yang lebih baik tentunya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan bersih dan perilaku hidup sehat dapat menghindarkan kita dari penularan Leptospira sp melalui kencing tikus.

Kasus di Salatiga
Kejadian leptospirosis di Indonesia cukup tinggi dengan angka kematian yang cukup besar. Indonesia menempati urutan ketiga di dunia. Ini karena curah hujan yang cukup tinggi, kebersihan perorangan dan perilaku masyarakat yang kurang baik, pengelolaan kesehatan lingkungan yang kurang diperhatikan, terutama terkait dengan masalah sampah.
Di Jawa Tengah, dilaporkan bahwa pada tahun 2002 terjadi satu kasus meninggal dari tiga penderita. Pada tahun 2003 terjadi dua kasus meninggal dari 12 penderita dan pada tahun 2004 terjadi 13 kematian dari 37 penderita. Kasus tersebut tersebar di beberapa kota seperti di Semarang, Demak, Purworejo, dan Klaten.

Di kota Salatiga sampai saat ini belum pernah ditemukan kasus leptospirosis. Namun melihat kecenderungan beberapa masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, penyakit ini bisa timbul sewaktu-waktu. Di Kota Salatiga ada beberapa masyarakat yang masih sering membuang sampah di sungai sampai menumpuk. Sampah yang menumpuk akan dijadikan sarang oleh tikus untuk mencari makan dan berkembang biak. Walaupun masyarakat sekitarnya sudah memberi tanda larangan,namun masih saja ada masyarakat yang naik motor kemudian berhenti hanya untuk membuang sampah pada malam hari maupun pagi hari supaya tidak terlihat.

Padahal, beberapa masyarakat yang berada di aliran sungai tersebut masih sering menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian tanpa menyadari bahwa penyakit yang berbahaya bisa menyerang sewaktu-waktu. Untuk itu perlu motivasi dan perhatian dari semua pihak untuk menyadarkan masyarakat dari perilaku yang salah ini. Dengan tulisan ini diharapkan ada pengertian dan kesadaran dari masyarakat Salatiga yang masih sering membuang sampah ke sungai. Marilah kita ciptakan Kota Salatiga yang bersih dan sehat, terhindar dari berbagai macam penyakit, salah satunya, leptospirosis.

*Peneliti pada Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Vektor
dan Reservoir Penyakit
Depkes R

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's