MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

12 Agustus 2008

PROFIL: Ahmad Haydar: “Saya Asli Jawa”


Kalimat yang diiringi suara lembut dan sopan meluncur dari sosok pria yang berbadan tegap, tinggi, dan besar serta berwajah tampan, ”Mari, masuk. Silahkan duduk. Gimana, ada masalah apa?”

Jangan terkejut, suara dengan nada sopan tersebut milik orang nomor satu di jajaran Kepolisian Resor Kota Salatiga. Ya, dia adalah AKBP Ahmad Haydar, M.M. Kapolres, mungkin satu-satunya, yang menjadi idola para ibu. Maklumlah, pejabat kepolisian yang satu ini memang dikenal ramah dan murah senyum selain berwajah tampan.

Siapa pun yang melihatnya pasti akan berkesimpulan bahwa Kapolres Salatiga orang Arab. Memang, dari wajahnya dapat ditebak kalau darah Arab mengalir dalam tubuhnya. Perawakannya yang tinggi, hidung mancung, alis mata tebal, dan sorot mata yang tajam benar-benar khas penduduk jazirah kaya minyak itu.

Padahal, “Saya ini orang Jawa asli. Tempat kelahiran saya di Kota Kudus. Memang saya orang keturunan, keturunan ibu dan bapak,” candanya ketika berbincang santai dengan HB di ruang kerjanya yang sejuk.

Sebenarnya, menjadi polisi bukanlah cita-cita Haydar kecil. Ketika duduk di bangku SMP dia ingin menjadi seorang insinyur pertanian. Lambat laun harapan tersebut berubah. Laki-laki yang lahir pada tanggal 9 September1965 ini mantab memilih menjadi taruna ketika masih di bangku SMA.

Lulus SMA pada tahun 1985, Haydar masuk AKABRI meskipun sang ibu kurang setuju. “Bayangkan, saya harus merayu beliau dan menyakinkannya agar boleh menjadi polisi,” tuturnya. Akhirnya sekitar 2 tahun sejak kelas 2 SMA rayuan Haydar terkabul. “Kalau bapak saya setuju dan mendukung saya memilih profesi ini. Setelah saya seperti ini, ibu sangat bersyukur,” tambahnya.

Tamat dari AKABRI, Haydar langsung ditugaskan di Kalimantan Timur menjadi Komandan Penjagaan. Enam bulan berikutnya, Haydar diangkat sebagai Kanitserse Polres Balik Papan. Setelah tiga tahun, suami Desiree Ahwil ini naik jabatan lagi sebagai Wakil Kepala Satuan Serse. Jabatan ini dipegangnya selama setahun.

Karir Haydar selanjutnya adalah penyidik reserse tindak pidana tertentu (tipiter) kasus kehutanan. Kemudian pidah lagi menjadi penyidik reserse ekonomi. Pada tahun 1996, Haydar pindah ke Bontang sebagai Kepala Bagian Operasi. Setahun kemudian, Haydar masuk ke Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Lulus dari PTIK pada tahun 1999, Haydar menempati posisi Penyidik Madya unit narkotika di Kalimantan Timur. Tak lama berselang, pria yang enak diajak ngobrol ini diangkat menjadi penyidik Narkotika Mabes Polri. Hasilnya? “Baru-baru ini ada dua orang (Samuel dan Hersen) terpidana mati karena kasus narkoba. Itu adalah orang yang saya tangkap tujuh tahun lalu,” ungkapnya.

Haydar sempat menjalani tugas sebagai Kasat Serse Ekonomi Polda NAD (Aceh pada tahun 2005. Tugas ini dilanjutkan menjadi penyidik madya unit industri perdagangan di Bareskrim Polri, Kalimantan Timur. Kasus yang ditanganinya adalah tindak pidana ekspor-impor, hak kekayaan intelektual (HAKI), dan tindak pidana ekonomi sebelum pada akhirnya terdampar di Salatiga.

Menurut Haydar, kondisi Salatiga sangat kondusif. Kesadaran masyarakat akan hukum juga relatif cukup. “Pelanggaran hukum atau tindak kriminal tidak banyak. Kalau pelanggaran lalu lintas banyak, namun masih wajar.”

Haydar juga menghimbau agar masyarakat menjaga kewaspadaan, karena kejahatan bisa terjadi kapan pun dan di mana pun. Masyarakat juga sudah harus tertib dalam berlalu lintas agar tidak mengganggu pengguna jalan lain. “Kami mengharapkan kritik dan saran selama 24 jam. Laporan bisa langsung ke nomor Polres yang baru (0298) 327122 atau SMS ke HP saya 08128292333,” tutupnya.(lux)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya ragukan itu.untuk sekarang.

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's