MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

12 Agustus 2008

POTENSI: Kecap Organik Dari Salatiga

Belakangan ini, masyarakat kita kembali memiliki semangat untuk menyapa dan bersahabat dengan alam. Salah satunya, kembali kepada kecap organik.

Kecap merupakan produk fermentasi (peragian) yang berbahan baku kedelai. Produk ini telah dikenal masyarakat Indonesia sejak berabad silam. Seiring kenaikan harga kedelai dewasa ini, produsen kecap mengalami keterpurukan akibat biaya produksi semakin tinggi.

Salah satu alternatif pengganti kedelai dalam pembuatan kecap adalah kacang benguk (Mucuna pririens). Dalam bahasa Jawa, kacang benguk juga disebut sebagai kara benguk. Komoditi ini merupakan keluarga dimana komoditi ini telah lama ditinggalkan orang.

Di Kota Salatiga, ada beberapa orang yang berinisiatif dan giat mengembangkan kecap organik yang berbahan baku kacang benguk. Ide membuat produk ini berawal dari keinginan tiga alumni UKSW untuk menciptakan produk makanan organik. Mereka adalah Slamet Widodo, Pudyastuti Kartika Dewi, dan Budi Prasetya. Selain mendapat pendidikan formal di perguruan tinggi, mereka belajar dari banyak literatur tentang bahan baku makanan olahan. Pada tahun 2006, mereka sepakat untuk mencoba membuat kecap dari kacang benguk.
Kacang benguk dipilih karena memiliki keistimewaan. Selain harganya murah, ketersediaannya pun cukup melimpah, terutama di Kabupaten Wonogiri. Dua tahun yang lalu, harga bahan baku ini 900 rupiah per kilogram. Sekarang, harganya mencapai 2000 rupiah kilogram.

Kacang benguk juga memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Selain itu, jenis kacang ini mengandung senyawa aktif L-DOPA yang sangat berguna bagi kesehatan. Di antara manfaat senyawa ini adalah mencegah penyakit parkinson (jw=buyuten) dan meningkatkan vitalitas pria maupun wanita. Senyawa ini juga membuat perasaan lebih nyaman karena L-DOPA diubah menjadi DOPAMIN di dalam tubuh.

Pertama kali membuat sampel (contoh) kecap, tiga sekawan ini belum memiliki takaran bahan baku yang pasti. Setelah melewati banyak pengujian, akhirnya mereka menemukan resep dan porsi bahan baku yang sesuai dan terukur. Setelah hasil akhir dianggap cukup bagus, mereka baru berani menjualnya melalui jalur pertemanan. Ternyata, produk ini mendapat reaksi positif. Dari sini, mereka berpikir untuk membuat produk kecap dalam jumlah yang lebih banyak.

Sekarang, 20 kilogram kacang benguk didatangkan setiap bulan dari Wonogiri untuk diolah menjadi kecap. Kecap yang dihasilkan memang masih dalam jumlah yang sedikit. Ini karena fermentasi untuk menghasilkan kecap harus dilakukan minimal selama sebulan. “Ini dilakukan untuk menjaga kualitas kecap yang dihasilkan,” kata Budi Prasetya.

Selain itu, pengolahan kacang benguk juga memerlukan proses yang agak lama. Berbeda dengan kedelai, kacang benguk memerlukan tahap penghilangan zat asam sianida yang bersifat racun. Caranya, dengan perendaman dalam abu gosok. Dari 20 kilogram kacang benguk, akan dihasilkan 100 liter filtrat (sari kecap) yang nantinya akan menjadi 250 liter kecap siap jual.

Proses produksi kecap ini masih menggunakan peralatan sederhana dan belum modern, termasuk dalam proses pengemasan. Akibatnya, proses produksi memakan waktu dan biaya yang lebih banyak.

Meskipun demikian, kualitas dan higienis (bebas penyakit) kecap ini tetap dijaga. Tak mengherankan apabila Departemen Kesehatan mengeluarkan ijin untuk produksi kecap ini pada tahun 2007.

Ketiga perintis produksi kecap organik ini sangat menyadari pentingnya nilai tambah kemasan terhadap produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, kecap hasil produksinya dikemas dalam kemasan botol plastik berukuran 140 mililiter. Label kemasannya pun dirancang dengan menarik sehingga memiliki nilai jual. Botol-botol berisi kecap ini selanjutnya dikemas dalam kardus karton yang setiap kardusnya berisi 40 botol.

Harga satuan kecap bermerk Mukuna Pruriens ini 7.500 rupiah per botol. Di bawah payung CV Anugrah Restu Bumi, sebuah badan hukum yang mereka dirikan, kecap organik ini telah merambah ke pelosok Pulau Jawa melalui 11 distributor.(shk)

2 komentar:

yayuk mengatakan...

baru hari ini saya makan kara benguk dalam bentuk tempe dan dimasak dengan santan ternyata rasanya gurih sekali ..... saya tidak mengira bahwa tinggi juga kandungan gizinya

Anonim mengatakan...

Di mana saya bisa membeli kecap Mucuna Pruriens ini di Bandung? Atau harus memesan dulu? Bagaimana caranya?
Terimakasih.
Nancy Sofyan
sofyannancy@yahoo.com

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's