Wayang adalah salah satu komoditas seni yang jarang diminati oleh kaum muda. Padahal, wayang memuat banyak filosofi yang dapat kita pelajari sebagai bekal hidup. Cerita wayang acapkali menjadi ilham pemimpin bangsa.
Salah satu cerita wayang yang dapat menjadi panutan bagi para pemimpin adalah lakon Wahyu Sri Makutharama atau asthabrata. Asthabrata adalah ilmu atau wahyu kepemimpinan yang dimiliki oleh Begawan Kesawasidhi yang merupakan titisan Bethara (dewa) Wisnu. Cerita ini menggambarkan betapa beratnya ngudi ilmu (menuntut ilmu) kepemimpinan sebagai bekal untuk menjadi raja yang pada akhirnya harus mengajarkan ilmu tersebut kepada anak dan cucu.
Ketika berita tentang adanya ilmu asthabrata di tangan Begawan Kesawasidhi di Gunung Kutharungu mulai tersiar, banyak pihak yang ingin memperoleh ajaran tersebut dari sang Begawan. Salah satunya adalah Duryudana atau biasa juga disebut Prabu Suyudhana. Duryudana adalah sulung Kurawa bersaudara yang menjadi raja di Kerajaan Astina. Dengan mengandalkan kekuatan jasmani, Duryudana merasa sangat mampu memperoleh asthabrata. Dia ingin merebut wahyu kepemimpinan tersebut dengan kekuatan kurawanya yang dipimpin Adipati Karna. Bahkan bersama penasehatnya yang licik, Patih Sengkuni, mereka berharap tak hanya mendapatkan wahyunya, namun sekaligus memboyong sang Begawan ke Astina.
Berbekal akal-akalan dan tanpa dibarengi tapa brata (semadhi/olah batin), rombongan Kurawa ingin segera mendapatkan sasarannya. Alih-alih memboyong sang Begawan ke Astina, ketika Adipati Karna berhasil bertemu Begawan Kesawasidhi, wahyu sri makutharama tak diberikan. Tak ayal, Adipati Karna marah. Dia mengancam akan memanah Begawan Kesawasidhi.
Naas, anak panah kunta wijayandanu tersebut tertangkap oleh Anoman sebelum mengenai sang Begawan. Anoman pun membawa lari anak panah itu sehingga Adipati Karna kehilangan salah satu senjata andalannya.
Meskipun demikian, Anoman dianggap salah oleh Begawan Kesawasidhi. Menurut sang Begawan, Anoman telah melakukan empat kesalahan, yaitu salah kepada dewa, sesama, tidak mempercayai kemampuan guru, dan tidak ksatria. Lalu Anoman disuruh bertapa untuk menebus dosanya. Adipati Karna juga harus bertapa untuk mendapatkan pusaka panah kunta wijayandanu atas perintah Bethara Surya. Duryudana pun gagal mendapatkan wahyu yang diidamkannya.
Pihak lain yang juga ingin mendapatkan wahyu sri makutharama adalah Arjuna. Arjuna adalah penengah Pandawa yang bersaudara sepupu dengan Kurawa. Dengan didampingi para punakawan, Arjuna berbekal olah batin demi mendapatkan wahyu kepemimpinan tersebut. Perjalanan berat dan penuh ujian ditempuhnya. Berkat kesabaran dan keuletannya serta berbekal olah rohani inilah Arjuna akhirnya mendapatkan wahyu sri makutharama dari Begawan Kesawasidhi.
Sebenarnya, apakah wahyu sri makutharama yang menjadi rebutan banyak tokoh itu? Wahyu ini berisi ajaran kepemimpinan dengan bersumber delapan watak unsur alam sehingga disebut asthabrata. Astha berarti delapan.
Asthabrata sebenarnya landasan yang digunakan Sri Rama ketika menjadi raja untuk menjadikan negaranya adil, makmur, sejahtera lahir dan batin. Wahyu sri makutharama atau asthabrata terdiri atas delapan unsure alam yang meliputi bumi, angin, air, bulan, surya, angkasa, api, dan bintang.
Bumi dimaknai sebagai murah hati, suka beramal, dan berusaha tidak mengecewakan rakyat. Makna ini sesuai sifat bumi yang memberikan hasilnya kepada yang mengolahnya.
Angin berada di mana saja, baik di pegunungan, dataran tinggi, ataupu dataran rendah. Angin bersifat menyejukkan, tidak membedakan derajat dan pangkat, dekat dengan rakyat, dan mengetahui apa yang dibutuhkan.
Air atau laut adalah lambing berlaku adil, penuh kasing sayang, dan menghargai persamaan hak pada rakyatnya. Ini sesuai dengan permukaan air yang selalu rata dan sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Bulan yang hanya menampakkan diri di malam hari merupakan simbol yang mampu menerangi dalam gelap. Bulan juga dimaknai sebagai sesuatu yang mampu berperan saat banyak masalah dan menumbuhkan semangat yang penuh harapan indah, bukan malah menakut-nakuti.
Surya atau matahari dianggap memberikan semangat hidup untuk berkarya membangun wilayahnya agar hidup benar-benar hidup. Makna ini sesuai dengan sifat matahari yang menyinari bumi demi berjalannya proses kehidupan di alam ini.
Angkasa menunjukkan sikap yang sabar, tidak pendendam, luas di hati seluas langit tanpa batas, mampu menampung dan menanggapi masukan dari pihak mana pun.
Api adalah lambang kewibawaan. Kewibaan mampu menegakkan hukum secara tegas, memberantas kejahatan tanpa pandang bulu, berani membela yang benar, rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas.
Bintang adalah petunjuk arah di alam. Dengan kata lain, bintang mengandung makna teladan, tidak plin-plan, dan mampu menjadi pedoman. Artinya, pemimpin tidak boleh mudah terpengaruh kepentingan segolongan manusia dan melupakan kepentingan yang lebih besar.
Di akhir cerita, wahyu sri makutharama diterima Raden Arjuna di Gunung Kutharungu. Tetapi, yang mempergunakan ajaran ini adalah cucu arjuna, yaitu Raden Parikesit ketika menjadi raja. Dengan bekal ajaran asthabrata, Pandawa dan keturunanya mampu membawa negaranya menjadi negara besar, adil, makmur, dan terhormat di mata bangsa lain. Dalam konteks budaya, negara yang aman dan tidak mudah kehilangan materi, seni, dan budayanya oleh bangsa lain.
Salah satu cerita wayang yang dapat menjadi panutan bagi para pemimpin adalah lakon Wahyu Sri Makutharama atau asthabrata. Asthabrata adalah ilmu atau wahyu kepemimpinan yang dimiliki oleh Begawan Kesawasidhi yang merupakan titisan Bethara (dewa) Wisnu. Cerita ini menggambarkan betapa beratnya ngudi ilmu (menuntut ilmu) kepemimpinan sebagai bekal untuk menjadi raja yang pada akhirnya harus mengajarkan ilmu tersebut kepada anak dan cucu.
Ketika berita tentang adanya ilmu asthabrata di tangan Begawan Kesawasidhi di Gunung Kutharungu mulai tersiar, banyak pihak yang ingin memperoleh ajaran tersebut dari sang Begawan. Salah satunya adalah Duryudana atau biasa juga disebut Prabu Suyudhana. Duryudana adalah sulung Kurawa bersaudara yang menjadi raja di Kerajaan Astina. Dengan mengandalkan kekuatan jasmani, Duryudana merasa sangat mampu memperoleh asthabrata. Dia ingin merebut wahyu kepemimpinan tersebut dengan kekuatan kurawanya yang dipimpin Adipati Karna. Bahkan bersama penasehatnya yang licik, Patih Sengkuni, mereka berharap tak hanya mendapatkan wahyunya, namun sekaligus memboyong sang Begawan ke Astina.
Berbekal akal-akalan dan tanpa dibarengi tapa brata (semadhi/olah batin), rombongan Kurawa ingin segera mendapatkan sasarannya. Alih-alih memboyong sang Begawan ke Astina, ketika Adipati Karna berhasil bertemu Begawan Kesawasidhi, wahyu sri makutharama tak diberikan. Tak ayal, Adipati Karna marah. Dia mengancam akan memanah Begawan Kesawasidhi.
Naas, anak panah kunta wijayandanu tersebut tertangkap oleh Anoman sebelum mengenai sang Begawan. Anoman pun membawa lari anak panah itu sehingga Adipati Karna kehilangan salah satu senjata andalannya.
Meskipun demikian, Anoman dianggap salah oleh Begawan Kesawasidhi. Menurut sang Begawan, Anoman telah melakukan empat kesalahan, yaitu salah kepada dewa, sesama, tidak mempercayai kemampuan guru, dan tidak ksatria. Lalu Anoman disuruh bertapa untuk menebus dosanya. Adipati Karna juga harus bertapa untuk mendapatkan pusaka panah kunta wijayandanu atas perintah Bethara Surya. Duryudana pun gagal mendapatkan wahyu yang diidamkannya.
Pihak lain yang juga ingin mendapatkan wahyu sri makutharama adalah Arjuna. Arjuna adalah penengah Pandawa yang bersaudara sepupu dengan Kurawa. Dengan didampingi para punakawan, Arjuna berbekal olah batin demi mendapatkan wahyu kepemimpinan tersebut. Perjalanan berat dan penuh ujian ditempuhnya. Berkat kesabaran dan keuletannya serta berbekal olah rohani inilah Arjuna akhirnya mendapatkan wahyu sri makutharama dari Begawan Kesawasidhi.
Sebenarnya, apakah wahyu sri makutharama yang menjadi rebutan banyak tokoh itu? Wahyu ini berisi ajaran kepemimpinan dengan bersumber delapan watak unsur alam sehingga disebut asthabrata. Astha berarti delapan.
Asthabrata sebenarnya landasan yang digunakan Sri Rama ketika menjadi raja untuk menjadikan negaranya adil, makmur, sejahtera lahir dan batin. Wahyu sri makutharama atau asthabrata terdiri atas delapan unsure alam yang meliputi bumi, angin, air, bulan, surya, angkasa, api, dan bintang.
Bumi dimaknai sebagai murah hati, suka beramal, dan berusaha tidak mengecewakan rakyat. Makna ini sesuai sifat bumi yang memberikan hasilnya kepada yang mengolahnya.
Angin berada di mana saja, baik di pegunungan, dataran tinggi, ataupu dataran rendah. Angin bersifat menyejukkan, tidak membedakan derajat dan pangkat, dekat dengan rakyat, dan mengetahui apa yang dibutuhkan.
Air atau laut adalah lambing berlaku adil, penuh kasing sayang, dan menghargai persamaan hak pada rakyatnya. Ini sesuai dengan permukaan air yang selalu rata dan sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Bulan yang hanya menampakkan diri di malam hari merupakan simbol yang mampu menerangi dalam gelap. Bulan juga dimaknai sebagai sesuatu yang mampu berperan saat banyak masalah dan menumbuhkan semangat yang penuh harapan indah, bukan malah menakut-nakuti.
Surya atau matahari dianggap memberikan semangat hidup untuk berkarya membangun wilayahnya agar hidup benar-benar hidup. Makna ini sesuai dengan sifat matahari yang menyinari bumi demi berjalannya proses kehidupan di alam ini.
Angkasa menunjukkan sikap yang sabar, tidak pendendam, luas di hati seluas langit tanpa batas, mampu menampung dan menanggapi masukan dari pihak mana pun.
Api adalah lambang kewibawaan. Kewibaan mampu menegakkan hukum secara tegas, memberantas kejahatan tanpa pandang bulu, berani membela yang benar, rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas.
Bintang adalah petunjuk arah di alam. Dengan kata lain, bintang mengandung makna teladan, tidak plin-plan, dan mampu menjadi pedoman. Artinya, pemimpin tidak boleh mudah terpengaruh kepentingan segolongan manusia dan melupakan kepentingan yang lebih besar.
Di akhir cerita, wahyu sri makutharama diterima Raden Arjuna di Gunung Kutharungu. Tetapi, yang mempergunakan ajaran ini adalah cucu arjuna, yaitu Raden Parikesit ketika menjadi raja. Dengan bekal ajaran asthabrata, Pandawa dan keturunanya mampu membawa negaranya menjadi negara besar, adil, makmur, dan terhormat di mata bangsa lain. Dalam konteks budaya, negara yang aman dan tidak mudah kehilangan materi, seni, dan budayanya oleh bangsa lain.
*Pegawai SMP Islam
Sultan Fattah Salatiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar