MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

15 Mei 2008

Surat Pembaca

Perpustakaan Umum Terbengkalai

Sebagai salah seorang warga Kota Salatiga yang lahir, tinggal dan dibesarkan di kota ini, saya sudah lama mendengar sebutan “Kota Pendidikan” dan “Kota Pelajar” untuk menyebut Kota Salatiga. Kota kecil ini pun sudah memberikan sumbangan pemikiran baik lokal maupun global lewat para ilmuwan yang berasal dan dihasilkan ruang-ruang pembelajaran kota tercinta. Bahkan tak sedikit penulis yang tumbuh di Salatiga. Berita terakhir, penulis Novel Ayat-Ayat Cinta, juga bertempat tinggal di Kelurahan Bugel Salatiga.

Namun saya begitu prihatin ketika melihat fasilitas publik berupa Perpustakaan Umum Kota Salatiga, tempat sebagian orang memperluas wawasannya, malah terkesan terbengkalai tak terurus. Fasilitas terkesan seadanya yang semakin menjauhkan pengunjung untuk kembali menengok ruang dan koleksinya di kemudian hari. Ini fakta yang memprihatinkan di sebuah Kota Pendidikan.

Upaya berupa rencana untuk menumbuhkan perpustakaan lewat pembangunan gedung baru oleh Pemkot Salatiga, sudah barang tentu akan mendapat dukungan warga termasuk saya tentunya. Karena perpustakaan juga merupakan jendela dunia, tempat anak cucu kita mendapatkan wawasan dan ilmu yang berguna bagi masa depan. Kita tunggu saja kepedulian pengambil kebijakan di kota ini untuk secepatnya merealisasikan rencana ini, sehingga Salatiga memang layak disebut Kota Pendidikan.

Salam hangat,
Adi Utomo
Warga Kelurahan Salatiga.


Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti

Ketika menyaksikan foto-foto Salatiga tempoe doloe, saya amat terkesima dengan suasana Salatiga jaman dulu. Sungguh indah dan nyaman. Ternyata, sketsa kota Salatiga terlahir dari konsep tata kota dengan arsitektur yang bernilai tinggi serta memperhatikan harmonisasi alam dan lingkungan secara seimbang.

Namun, jaman sudah berubah. Saya tidak ikut merasakan keindahan Salatiga itu karena saya terlahir dalam era modernisasi. Tapi, kalau boleh memilih, saya tentu sangat mendambakan Kota Salatiga yang memiliki konsep pembangunan seperti jaman dulu yang terkesan lebih bijak karena sangat memperhatikan nilai keseimbangan dengan lingkungan dan memiliki nilai manfaat jangka panjang. Sebagai contoh adalah gedung jaman dulu yang nota bene dibangun oleh Belanda ternyata lebih megah dan kokoh sampai sekarang. Pohon-pohon besar nan rindang di sepanjang Jalan Diponegoro memberi kesejukan dan dapat mengurangi efek polusi udara. Banyaknya sumber mata air dan kolam mandi alami untuk kebutuhan hidup serta adanya Taman Sari sebagai paru-paru kota dan tempat untuk bersantai di tengah kota menambah keindahan kota.

Sayangnya, saat ini, Salatiga belum memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang bersahabat dengan mengoreksi diri kita sendiri. Adakah kita memiliki kesadaran akan menanam pohon untuk anak cucu kita nanti? Sudahkah kita mengolah sampah dengan benar? Atau, sudahkah kita memiliki kepedulian dengan keberadaan bangunan kuno bersejarah yang dengan mudah beralih fungsi bahkan dirobohkan untuk kepentingan ekonomi semata?

Mungkin, perubahan Salatiga seperti saat ini merupakan fenomena jaman yang dilatarbelakangi kompleksitas masalah. Banyak hal yang perlu kita rembug bersama. Pasalnya, keberadaan kota Hati Beriman ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari warga Salatiga. Kita perlu lebih peka terhadap perubahan; menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini; serta memiliki kesadaran akan konsep pembangunan yang bijak untuk lingkungan dan kesejahteraan bersama. Selain itu, yang lebih penting adalah kita sehati sepikir untuk melangkah menuju Salatiga yang lebih peduli terhadap alam sekitar, sesama, dan Sang Pencipta.

Agustin Tamara
Kalitaman-Salatiga

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's