MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

20 Mei 2008

Kesehatan

Maria Agustini*
Campak Bisa Mematikan

Campak atau dalam bahasa Jawa biasa disebut tampek atau gabag merupakan salah satu penyakit yang berpeluang menimbulkan wabah. Bahkan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada anak-anak, terutama di negara berkembang, seperti Indonesia.

Fase Campak

Campak disebabkan oleh virus campak atau morbili yang ditularkan melalui pernafasan, yakni percikan ludah dari hidung, tenggorokan, atau mulut. Gejala penyakit campak sulit dideteksi secara dini, karena gejalanya hampir sama dengan penyakit flu biasa seperti batuk, piliek, dan demam.

Menurut dr. Asti Praborini, Sp.A, spesialis anak dari RS M.H. Thamrin Internasional, Jakarta, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi tiga fase: 1.fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apapun. 2.fase kedua disebut fase prodmoral. Pada fase ini baru timbul gejala seperti penyakit flu yaitu batuk, pilek, dan demam. Mata menjadi kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photophobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang, penderita juga mengalami diare. Satu sampai dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius. 3.fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam yang tinggi. Bercak muncul bertahap mulai dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Biasanya bercak akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun bila daya tahan tubuh anak baik, bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Setelah itu, demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya.

Waspadai Komplikasi

Penularan pada penyakit campak perlu diwaspadai. Pasalnya, penularan berlangsung cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.

Masalah lain yang perlu diwaspadai adalah komplikasi (munculnya penyakit lain yang menyertai campak). Komplikasi dapat terjadi karena virus menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Komplikasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis) adalah yang paling sering menimbulkan kematian pada anak. Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi komplikasi sampai ke otak. Campak juga bisa mengakibatkan kebutaan, terutama pada penderita yang mengalami kekurangan vitamin A.

Menurut Menteri Kesehatan RI, Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), di Indonesia diperkirakan lebih dari 30 ribu anak meninggal karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak.

Anak Diisolasi

Apabila seorang anak telah terserang campak, orang tua harus segera mengambil langkah berikut. 1.Rawat anak di kamar yang terpisah (isolasi) dan hindari kontak langsung maupun tak langsung (melalui peralatan sehari-hari seperti alam makan, minum, baju, alas tidur, dll) antara penderita dengan orang lain. 2.Apabila penyakit campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. 3.Berikan makanan yang bergizi dan mudah dicerna agar daya tahan tubuhnya meningkat. Disarankan, makanan yang banyak mengandung vitamin A. 4.Berikan istirahat yang cukup. 5.Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi dengan dokter. 6.Jangan memandikan anak yang masih demam. Bila sudah tidak terjadi demam, anak bisa dimandikan untuk menjaga kebersihannya badannya.

Campak Jerman

Selain penyakit campak yang biasa menyerang anak-anak, ada penyakit campak lain yang disebut campak Jerman atau rubella. Campak jenis ini jarang terjadi dan biasanya menyerang anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun. Namun, gejalanya hampir sama dengan campak biasa.

Campak Jerman sangat berbahaya bila menyerang wanita hamil karena bisa menular ke janin yang sedang dikandung melalui plasenta (ari-ari). Hal ini dapat mengakibatkan syndrom rubella congenital (cacat bawaan akibat campak Jerman) pada bayi yang dilahirkan. Bayi dapat mengalami ketulian, katarak pada mata, dan pengapuran di otak, sehingga mengalami keterbelakangan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, para pasangan suami istri yang sedang menantikan kelahiran anaknya, harus pandai menjaga kesehatan ibu hamil.

BIAS

Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen atau virus yang telah dilemahkan) untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh pada seseorang untuk melawan suatu penyakit. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi sebagaimana penyakit difteri, batuk rejan, hepatitis B, TBC, dan polio.

Di Indonesia, imunisasi campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sejak tahun 1990, program imunisasi di Indonesia telah mencapai UCI (universal child imunization), artinya lebih dari 80 persen bayi telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap termasuk campak. Namun pada kenyatannya, masih ditemukan banyak kejadian luar biasa (KLB) campak di beberapa daerah dan menyerang anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pemberian imunisasi campak ulangan/tambahan sebagai booster (penguat) pada anak usia sekolah sehingga tubuh anak dapat membentuk kekebalan yang diharapkan.

Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) adalah bulan ketika pemerintah melakukan gerakan pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar. Untuk penyakit campak, BIAS ditetapkan pada awal tahun pelajaran baru.

Tujuan imunisasi campak ini adalah untuk memberikan perlindungan seumur hidup kepada semua anak SD, MI, dan SDLB, baik negeri maupun swasta, termasuk pondok pesantren, terhadap penyakit campak. Pemerintah berharap, imunisasi ini mampu mengendalikan penularan penyakit campak yang sangat mungkin terjadi di lingkungan sekolah serta memutus mata rantai penularan kepada balita.

Sebagai sebuah gerakan nasional, BIAS campak ini telah dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, BIAS campak diberikan satu kali kepada anak kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar dan dilaksanakan mulai tahun 2003. Pada tahap kedua dan selanjutnya, BIAS campak diberikan satu kali pada anak kelas 1 dan dilakukan setiap tahun dilaksanakan mulai tahun 2004.

Pada tahun 2007 imunisasi BIAS Campak di Kota Salatiga mencapai 98%. Dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Tengah, Kota Salatiga tergolong berhasil dalam menjalankan program BIAS. Tercatat, dari 2.922 siswa, 2.863 siswa telah terimunisasi. Limapuluh sembilan siswa yang tidak diimunisasi karena berbagai alasan, yaitu lima siswa menolak diimunisai, 47 siswa tidak diimunisasi karena sakit, empat siswa tidak masuk sekolah, seorang siswa pindah sekolah, dan dua orang siswa tanpa alasan yang jelas.

Kelancaran program yang telah dilakukan pemerintah ini memerlukan kerja sama yang baik dari semua sektor pemerintah yang terlibat. Yakni, sektor kesehatan, pendidikan, dan pemegang kebijakan di pemerintahan kota atau kabupaten di seluruh Indonesia. Selain itu, dukungan dari orang tua masing-masing siswa juga memegang peranan penting dalam terlaksananya program tersebut.


*Peneliti pada Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan
Vektor dan Reservoir Penyakit
Salatiga

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's