Di belakang gendang telinga, terdapat tulang pendengaran yang bentuknya menyerupai rantai. Tulang-tulang ini saling berhubungan pada sendi dan berfungsi mengantarkan gelombang suara hingga menggetarkan gendang. Getaran akan sampai ke telinga dalam dan diterima oleh alat yang disebut rumah siput. Pada rumah siput ini terdapat ujung-ujung saraf, cairan, dan organ yang mengambang hingga menyentuh ujung-ujung saraf pendengaran. Ajaibnya, proses yang tadinya menggunakan tenaga mekanik kemudian diubah menjadi tenaga listrik, dan disampaikan ke otak sehingga kita mendengar suara.
Selain mengolah gelombang suara, telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan. Proses untuk fungsi yang kedua ini lebih kompleks. Pasalnya, organ ini tersambung dan bekerja sama dengan organ lain seperti mata, sendi-sendi, otak, dan organ lainnya. ”Jika satu di antara organ tersebut tidak berfungsi, keseimbangan tubuh kita akan hilang,” kata dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan ini.
Awas Kotoran
Dari 'sananya', bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi masuknya kotoran demi lancarnya tugas telinga. ”Liang telinga yang bersudut berfungsi mencegah masuknya kotoran ke bagian yang lebih dalam,” tutur pakar THT dari Poliklinik THT BPRSUD Kota Salatiga ini. Tugas menghalau kotoran dilakukan kelenjar rambut yang terdapat di bagian depan setelah liang telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang bernama serumen atau getah yang berfungsi menangkap kotoran secara alamiah. Serumen juga biasa disebut kotoran telinga.Meskipun peran telinga sangat penting, kita seringkali terkesan mengabaikannya. Mulai dari masalah kesehatan organ sampai kebiasan buruk yang dianggap lazim, seperti mengorek telinga. Padahal, hal ini dapat menimbulkan masalah baru bagi telinga dari sekadar cedera, daun telinga robek, infeksi ringan, sampai penyakit tingkat kronis. Selain kebiasaan buruk, ketidaktahuan, lingkungan, cacat bawaan, kecelakaan, keganasan dan infeksi yang bersifat akut maupun menahun juga dapat menyebabkan gangguan pada telinga. Demikian halnya dengan penyakit tertentu seperti diabetes, dan darah tinggi.
Penyakit Umum di Salatiga
M
enurut Supartinah, di Salatiga, gejala kesehatan ini memerlukan penanganan serius. Penyakit telinga yang menjangkiti masyarakat di kota ini pada umumnya adalah serumen proop, otitis externa diffusa, serta vertigo. Serumen proop adalah kotoran telinga yang memadat. Kotoran ini menggoda seseorang untuk mengorek telinga. Padahal, secara alamiah, kotoran yang masuk ke telinga sebenarnya akan kering dan keluar sendiri. Oleh karenanya, telinga yang dibersihkan cukup bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang telinga. Kebiasaan ini akan mendorong kotoran ke bagian yang lebih dalam. Jika pengorekan dilakukan terus-menerus, getah yang diproduksi telinga terdorong dan menumpuk bahkan menyumbat telinga. Akibatnya, pendengaran menurun karena gelombang suara tak bisa disalurkan dengan baik. ”Mengorek telinga terlalu keras dapat mengakibatkan luka dan trauma,” jelas dokter yang ramah ini. Pasalnya, bentuk liang telinga yang bersudut memungkinkan terjadinya benturan yang mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan di dinding telinga.
Pada sebagian orang, kadang disertai reaksi batuk karena adanya refleks saraf pagus yang terdapat di dinding telinga yang membentang ke tenggorokan, dada, sampai perut. Batuk adalah refleks yang ringan. Refleks yang berat sangat berbahaya bagi penderita. Supartinah mengingatkan, ”Efek yang paling fatal adalah muka menjadi tidak simetris atau mencong.” Ini karena salah satu saraf yang terdapat di telinga adalah saraf facialis (wajah). Saraf ini berada di belakang liang telinga. Fungsinya menggerakkan otot muka dan sebagai bagian yang menunjang pendengaran. Meski saraf ini dilindungi tulang, jika infeksi atau gangguan lain sudah mengenainya, muka penderita menjadi asimetris, mata tak bisa ditutup, dan lainnya. Gejala ini disebut kelumpuhan saraf facialis.Otitis externa diffusa adalah radang liang telinga atau radang telinga luar yang menyeluruh sampai hampir ke semua liang telinga. Penyebabnya adalah luka yang terinfeksi kuman sehingga menimbulkan bengkak dan bisul yang bernanah. Infeksi ini bahkan dapat menjalar ke organ lain sebagai akibat komplikasi ISPA (infeksi saluran pernafasan atas). Jika tak tertangani dengan benar, pada tahap pertama, pasien mengalami penurunan pendengaran akibat tersumbatnya saluran eustachius (saluran yang menghubungkan antara telinga dan hidung bagian dalam). Penyumbatan ini merupakan akibat reaksi inflamasi (peradangan).
Pada tahap lebih lanjut, pasien akan merasa nyeri pada telinga disertai panas tinggi. Setelah itu, dapat terjadi pembengkakan gendang telinga dan perforasi (robeknya gendang telinga). Bila tahap ini tidak ditangani dengan akurat akan menyebabkan penyakit menjadi kronis (menahun) dan bila dibiarkan dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi yang biasa muncul adalah kopok (congek), Perese N facialis (perot), abses (pembengkakan) otak serta meningitis (radang selaput otak). Komplikasi ini dapat terjadi karena di dalam telinga terdapat banyak saraf yang berhubungan dengan organ lain. Itulah kenapa telinga sangat sensitif. Vertigo sering disebut pusing berputar. Pembagian vertigo secara umum terdiri dari vertigo central (pusat) dan vertigo perifer. Vertigo pusat muncul karena kelainan pada otak, sedangkan vertigo perifer sebagi akibat adanya kelainan pada telinga bagian dalam serta mata. Menurut studi epidemiologi, ”Penyebab tersering dari vertigo perifer adalah lepasnya debris atau otokonia, yaitu alat keseimbangan pada bagian telinga dalam,” pungkasnya.(ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar