MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

18 Januari 2009

OPINI; Hiduplah Dalam Perdamaian

Umat Kristiani di Indonesia pada umumnya dan kota Salatiga khususnya, memahami dirinya sebagai bagian utuh dari masyarakat dan bangsa Indonesia. Selama ini kita telah tinggal di dalam rumah bersama, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam kerukunan dan kedamaian. Namun, akhir-akhir ini rumah kita dipenuhi dengan berbagai ketegangan, krisis dan dilanda berbagai bencana. Keberadaan negara sebagai rumah bersama, tidak lagi dipahami dengan baik dan benar oleh para warga bangsa. Berbagai benturan antar kelompok dalam masyarakat membuat warga tidak lagi dapat hidup dalam perdamaian.

Kita merindukan keadaan damai yang memberi rasa aman bagi segenap warga negara, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan dan afiliasi politik. Rasa aman itu membuat warga negara dapat bekerja sama untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan rasa aman itu seluruh warga negara dapat menjalin relasi tanpa merasa terancam, tertekan, atau dikucilkan. Memang banyak usaha positif untuk menciptakan perdamaian telah dilakukan oleh seluruh komponen dan masih harus terus dilakukan secara terarah, berencana dan berkualitas.

Memaknai Natal dengan hidup dalam perdamaian.

Dalam semangat merayakan Natal, kelahiran Yesus Kristus, hendaknya kita dapat hidup dalam perdamaian dengan semua orang yang dapat diwujudkan dengan cara:

Pertama, Memberkati sesama kita.

Pesan ini menggemakan kembali ajaran Yesus, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Luk. 6:27-28; Mat. 5:44).

Kedua, Ikut merasakan apa yang dirasakan sesama kita.

Rasul Paulus mengajak kita untuk bersukacita dengan orang yang besukacita dan menangis dengan orang yang menangis (Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis”).

Nasihat Paulus ini menegaskan agar kita memiliki kepedulian terhadap sesama, lebih-lebih bagi sesama yang menderita. Rasa simpati dan empati merupakan bentuk atensi yang diperlukan oleh setiap orang. Perhatian dan kepedulian terhadap sesama amat dibutuhkan, terutama pada masa di mana orang cenderung egois dan egocentris, hanya mementingkan kepentingan diri sendiri saja.

Ketiga, Melakukan kebaikan kepada sesama kita.

Rasul Paulus mengajak kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi melakukan apa yang baik bagi semua orang (Roma 12:21 “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan”).

Dengan demikian, Marilah kita menyambut dan merayakan Natal, dengan keteladanan, dimana secara proaktif turut hadir, membangun dan memperjuangkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, Sebagaimana Yesus datang menjadi sahabat bagi umat manusia, kita juga perlu membangun persahabatan dan persaudaraan yang sejati, di tengah kehidupan yang multi etnis, golongan, agama, ras dan kemajemukan lainnya, sehingga kita dapat menjadi duta-duta perdamaian bagi kehidupan yang lebih beradab, yang selalu membangun relasi dengan Tuhan, bukan saja berdamai dengan sesama, tetapi juga menjadi pendamai dan memelihara perdamaian abadi dengan lingkungan semesta yang berpuncak pada keutuhan ciptaan.

*Penulis adalah Pendeta GKJTU Jemaat Salatiga,

Ketua 1 MPH GKJTU dan Ketua Umum

Badan Kerjasama Gereja-gereja

Salatiga (BKGS) .

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's