Nyamuk Makan Nyamuk Riyani Setiyaningsih, S.Si.* Pernah mendengar atau melihat nyamuk yang sangat besar? Jika pernah, mungkin itu jenis Toxorhynchites splendens (Tx. Splendens). Jika belum, wajar, karena tak banyak orang yang mengenalnya. Tak Hisap Darah Pada kali pertama melihat nyamuk ini, kita mungkin akan merasa takut. Maklum, ukuran tubuhnya yang tidak seperti nyamuk pada umumnya menimbulkan kesan berbahaya. Benarkah anggapan ini? Tx. Splendens memang nyamuk yang berbeda. Selain ukurannya lebih besar, Tx. Splendens tidak menghisap darah seperti nyamuk pada umumnya. Artinya, jenis ini tidak berbahaya bagi manusia. Jika nyamuk lain menghisap darah sebagai sumber protein untuk pemasakan telurnya, Tx. Splendens hanya membutuhkan sari buah sebagai sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Ini berlaku bagi nyamuk jantan maupun betina. Kebutuhan protein untuk proses pemasakan telur dipenuhi pada stadium (masa) pradewasa (jentik). Pasalnya, jentik nyamuk ini mempunyai potensi kanibal (memakan sesama) terhadap jentik nyamuk jenis lain. Salah satu jentik yang disukai jentik Tx. Splendens adalah jentik Aedes aegypti (Ae. Aegypti). Stadium jentik Tx. Splendens mempunyai empat tahap perkembangbiakan, yaitu instar 1, 2, 3, dan 4. Pada masing-masing perubahan instar akan mengalami pergantian kulit. Sama seperti ukuran nyamuk Tx. Splendens yang besar, ukuran jentiknya juga besar jika dibandingkan jentik nyamuk pada umumnya. Berdasarkan penelitian, jentik Tx. Splendens juga bisa memangsa berbagai jenis jentik Anopheles spp dan Culex quinquefasciatus. Anopheles spp merupakan vektor (perantara penularan) malaria sedangkan Culex quinquefasciatus adalah vektor kaki gajah (filariasis). Tetapi, jika dalam satu container (wadah) habitat jentik Tx. Splendens terdapat jentik Anopheles spp, Cx. Quinquefasciatus, dan Ae. Aegypti, jentik Tx. Splendens lebih memilih memangsa jentik Aedes aegypti. Ini karena jentik Ae. Aegypti lebih aktif bergerak sedangkan jentik Tx. Splendens cenderung bersifat pasif. Jentik Tx. Splendens akan bergerak mencari mangsa jika di sekitar habitatnya tidak terdapat mangsa. Pada kondisi-kondisi yang mendesak seperti tidak ada mangsa yang berbeda spesiesnya, jentik Tx. Splendens dapat memangsa sesama jenisnya. Unik dan Menarik Jentik Tx. Splendens juga mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Terlihat ketika di lingkungan tempat hidupnya tidak terdapat mangsa, jentik Tx. Splendens mampu menggunakan sisa-sisa bahan organik sebagai sumber nutrisi. Menariknya lagi, jentik ini mempunyai kemampuan bertahan hidup yang cukup lama pada kondisi lingkungan tanpa nutrisi. Jentik Tx. Splendens pada instar 1, 2, 3, dan 4 masing-masing mampu bertahan hidup hingga sekitar 7, 14, 19, dan 54 hari. Kemampuan inilah yang menjadi pertimbangan bahwa jentik Tx. Splendens dapat menjadi alternatif pengendalian vektor demam berdarah secara biologis. Jentik Tx. Splendens mempunyai daya predasi (kemampuan memangsa) terhadap jentik Ae. Aegypti yang cukup besar. Dalam sehari, jentik Tx. Splendens instar 4 dapat memangsa sekitar 25 jentik Ae. Aegypti instar 4. Keunikan lain jentik Tx. Splendens adalah kemampuannya memangsa jentik nyamuk yang mempunyai ukuran 2 sampai 3 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya. Sebagaimana nyamuk lainnya, Tx. Splendens mempunyai siklus hidup yang sempurna. Yakni, mulai perkembangan telur, jentik, pupa, dan nyamuk dewasa. Bedanya, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya lebih lama daripada nyamuk lain. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan dari instar 1 menjadi pupa sekitar 30 hari tergantung pada ketersediaan mangsa di sekitar habitatnya. Sedangkan nyamuk pada umumnya seperti Ae. Aegypti perkembangan dari jentik instar 1 menjadi pupa hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh hari. Habitat nyamuk ini biasanya berupa kebun. Pada stadium pradewasa (jentik) biasa ditemukan di bekas potongan bambu, bekas tempurung kelapa, dan ketiak daun yang terisi air. Mengingat potensi Tx. Splendens sebagai pengendali hayati bagi vektor demam berdarah, pengetahuan tentang jenis serangga ini perlu disebarluaskan. Harapannya, potensi Tx. Splendens dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat dan tidak sebatas penelitian laboratorium. Penulis adalah Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyaki Salatiga |
18 Januari 2009
KESEHATAN; Nyamuk Makan Nyamuk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar