MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

11 Oktober 2011

Opini : Masyarakat Cerdas, Mampu Menilai dan Memilih Pemimpinnya Pilwalkot Salatiga 2011

Oleh: Surya Yuli Purwariyanto*)

EMPAT pasangan calon Wali Kota (cawali) dan calon Wakil Wali Kota (cawawali) sudah dipastikan maju dalam Pilwalkot Salatiga 8 Mei 2011 mendatang. Seluruh cawali tersebut sudah banyak dikenal masyarakat. Mereka merupakan tokoh-tokoh Salatiga yang telah menjadi figur bagi masyarakat, dengan berbagai aktivitas kegiatannya selama ini.

Para calon itu adalah Ir Hj Diah Sunarsasi-Teddy Sulistio SE (Dihati), Yuliyanto SE MM-Muh Haris (Yaris), H Bambang Soetopo SE-Rosa Darwanti J Manoppo SH MSi (Poros), dan pasangan H Bambang Supriyanto SH MM-Dra Hj Adriana Susi Yudhawati (Basis). Penulisan para pasangan calon itu berdasarkan waktu pendaftaran mereka di KPU Salatiga.

Seluruh calon itu pun dalam kurun waktu lebih dari setengah tahun ini sudah tampil di berbagai kegiatan publik, dalam rangka pendekatan terhadap masyarakat. Mulai dari mendatangi atau membuat pertemuan-pertemuan rutin, hingga pemasangan baliho atau spanduk di sejumlah titik-titik strategis di seluruh penjuru Kota Salatiga.

Aktivitas mereka untuk lebih mengenalkan diri, dan dalam kurun waktu beberapa waktu ini bakal semakin gencar, seiring semakin dekatnya Pilwalkot. Sudah dipastikan dalam beberapa pekan mendatang, friksi antarpendukung pasangan akan semakin terlihat.

Tetapi semua berharap agar iklim politik Kota Salatiga tetap adem, sebagaimana orang mengenal kota sejuk di kaki Gunung Merbabu ini.Banyak pertanyaan dari masyarakat siapa yang tepat dan terkuat menjadi Wali Kota dan Wawali? Jelas pertanyaan menjebak dan susah diberi jawaban. Bahkan untuk menjawab siapa yang memiliki peta kekuatan terhebat pun, relatif sulit. Saya berusaha menjawab dengan logika terbalik kepada penanya, bahwa yang bisa menentukan calon terkuat dan tepat menjadi kepala daerah, adalah anda (masyarakat) sendiri. Selebihnya adalah ramalan-ramalan berdasarkan kekuatan di lapangan.

Pertanyaan itu, tentu akan dijawab berbeda dengan tim pendukung masing-masing calon. Sebab sudah pasti, akan dijawab bahwa cawali/cawawali mereka yang tepat dan terkuat. Akh, itu urusan mereka, sebab siapa saja bisa mengklaim bahwa dirinya yang terhebat dan terkuat. Tetapi yang menentukan adalah masyarakat saat berada di TPS nanti.

Kota Salatiga merupakan daerah kecil yang hanya memiliki 4 kecamatan dengan jumlah pemilih relatif sedikit (sekitar 120 ribu suara), dibandingkan dengan kabupaten di daerah tetangga yang masuk wilayah Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran (Kab Semarang), Salatiga, Purwodadi (Grobogan). Wilayah ini sangat kecil, tidak sulit bagi setiap calon dengan organisasi tim suksesnya, memasuki semua lini masyarakat hingga tingkat RT/RW.

Berbagai cara dilakukan untuk menarik simpati masyarakat dan itu adalah hal yang wajar. Kegiatan sekecil apapun dimasuki semua calon, untuk menarik simpati itu. Terserahlah, mau jungkir-balik atau tidak, setiap tim sukses memang harus kreatif mengorganisir semua kegiatan, untuk memenangkan calon mereka.

Istilah saling ngebom, kantong-kantong suara antarcalon dilakukan (kerap terjadi di semua Pilkada). Yakni dengan iming-iming pemberian bantuan, janji memberi hadiah, dan lainnya. Tidak kaget, kampanye kotor (black campaine) juga bakal mewarnai Pilwalkot.

Pemilih Cerdas

Apapun itu, perlu diingat sebagai daerah perkotaan, masyarakat Kota Salatiga sudah sangat cerdas. Meski diiming-iming, masyarakat toh berhak memilih siapa yang dicoblosnya. Dan diingat dalam pilkada, hanya satu pasangan yang menang. Artinya bila semua memberi iming-iming kepada masyarakat, pasti ada tiga pasangan calon yang kecewa karena tidak didukung.

Pengalaman Pemilu beberapa kali di Salatiga telah membuktikan, bahwa yang rumangsa kuat belum tentu menang, yang biasa-biasa dan tidak pernah diperhitungkan justru berhasil, bahkan yang kerap di-nyek (maaf dihina) orang justru mampu membuktikan kemampuannya unggul dibandingkan lainnya.

Saya teringat dengan wejangan KH Drs Tamam Qaulany, menjelang ramai-ramai bursa pencalonan Pilwalkot Salatiga. Mbah Kiai sangat sederhana menyampaikan konsep siapa yang menang dalam Pilwalkot. Tentunya jawabah itu disampaikan, karena kerap mendapat pertanyaan soal siapa calon yang bakal berhasil dan pilihan mana yang tepat.

Tamam menjelaskan, yang menang bila orang itu mau berusaha keras dan bersedekah sebanyak-banyaknya kepada masyarakat, dengan rezeki halal yang dimilikinya. ada syarat lainnya yang sangat berat dan harus dijalankan calon itu. ''Syarat lainnya tidak boleh mengatakan pilihlah aku atau dukung saya setelah memberikan sedekah. Tapi biarlah sedekah itu memang diiklaskan untuk rakyatku,'' ujar Tamam.

Dia mengingatkan bahwa sedekah itu bukan money politic, tapi benar-benar amalan sesuai dengan ajaran agama. Harapan yang saya simpulkan dari konsep KH Tamam itu adalah, figur pemimpin yang disenangi adalah sosok yang memberikan harapan besar terhadap rakyatnya. Tentunya harapan itu diberikan berdasarkan kekuatan dan kemampuan sang pemimpin, yang tentunya merupakan orang spesial yang memiliki segalanya. Masyarakat kita bisa menilai orang dengan kemampuan spesial itu seperti apa.

Lalu setelah menjabat sebagai kepala daerah mencari sedekah dan kemakmuran lagi untuk rakyatnya. Sedekah itu dapat berupa apa saja dan berbagai hal, dengan konsep pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Tapi yang harus diingat, bukan kesejahteraan diri pemimpin dan bukan untuk mengeruk kekayaan serta mengesampingkan kesejahteraan rakyat. Wah kalau hal itu benar-benar bisa dilaksanakan, betapa mulianya pemimpinku.

*)Penulis adalah Wartawan Suara Merdeka

Tidak ada komentar:

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's