Sangat membanggakan bila kita dapat menyaksikan generasi muda memiliki semangat untuk berprestasi. Setidaknya, ini merupakan gambaran progresif bagi masa depan bangsa dalam menghadapi dinamika dan tantangan jaman.
Prestasi Gemilang
Ketekunan, kesabaran, kerja keras, dan doa telah mengantar para pelajar Kota Salatiga untuk berprestasi. Hal ini tampak dari mereka yang berlaga di tingkat nasional maupun internasional. Indikasi ini menjadi bukti bahwa pelajar Salatiga pun memiliki potensi untuk berprestasi.
Sukses meraih prestasi gemilang di tingkat internasional kembali diraih oleh putera Salatiga. Asbai (21), alumnus SMK Negeri 2 Salatiga, berhak atas sertifikat Medallion for Excellent di kejuaraan teknik perkayuan tingkat dunia melalui ajang The 39 th World Skills Competition 2007. Kejuaraan ini digelar di Shizuoka, Jepang pada 14- 21 November 2007 lalu dan diikuti sekitar seribu pelajar dari 48 negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Sesuai keahliannya, Asbai mengikuti lomba untuk kategori cabinet making.
Di tengah persaingan ketat dalam ajang tersebut, putera pasangan Harsoyo-Sumini ini berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Sebagai duta bangsa yang mengharumkan Indonesia, Asbai sekaligus membuktikan bahwa kota kecil seperti Salatiga pun mampu mengantar putera daerahnya ke ajang yang bergengsi.
Walaupun hanya meraih Juara Harapan I (peringkat empat)—setelah dikalahkan oleh peserta dari Inggris, Jerman, dan Swiss—dalam lomba tersebut, Asbai sama sekali tak menyangka dapat mengambil bagian dalam lima besar terbaik. Pasalnya, dia menyadari persaingan dalam ajang itu sangat berat. Bahkan, saat registrasi lomba, dia sempat dipandang sebelah mata oleh peserta dari negara lain. Maklum, alat pertukangan yang dia bawa dari Tanah Air ternyata kalah canggih dan moderen dibandingkan peralatan peserta lain.
”Saya hanya membawa satu tas kecil peralatan. Kalau perlengkapan standar, sudah disediakan penyelenggara,” akunya. Rasa kurang percaya diri pun sempat menderanya. Namun, berkat dukungan semangat dan motivasi dari pembimbing dan pendampingnya, yaitu instruktur dari Pusat Industri Perkayuan (PIKA) Semarang, Drs. Among Subandi, dan Kepala Sekolah SMK Negeri 2, Drs. Reza Parlevi, kepercayaan diri pun terbangun kembali. Bahkan, kepercayaan diri menjadi kekuatan tersendiri untuk tetap optimis dan membuat karya yang terbaik.
Bagi Asbai, perjuangan mengikuti lomba ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi, standar penilaian tingkat dunia jauh lebih ketat, disiplin, dan teliti. Hal ini sangat dirasakan Asbai yang ketika itu membuat karya sebuah almari kecil yang biasa diletakkan di kamar hotel. Bayangkan, ketentuan waktu yang disediakan hanya 22 jam selama empat hari. Setiap tahapan pun ada batas waktunya. Sementara, peralatan yang digunakan secara bergantian harus sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah ditetapkan penyelenggara. Misalnya, ketika mendapat jatah menggunakan mesin amplas, peserta ternyata sedang melakukan pengeboran. Otomatis jatah menggunakan mesin amplas hilang. ”Kalau sudah begitu, peserta akan kehilangan poin,” jelasnya. Pasalnya, tingkat ketelitian, kecepatan, dan timing (waktu yang tepat) sangat menentukan penilaian.
Konsisten dengan Perkayuan
Berkat prestasinya dalam Worldskills Competition 2007 di Jepang ini, Asbai memiliki kesempatan lebar untuk bekerja di perusahaan-perusahaan kayu ternama di seluruh dunia. Pasalnya, sertifikat yang dimilikinya dapat menjadi referensi yang kuat bahwa Asbai memiliki kemampuan di bidang perkayuan dengan standar internasional. Selain itu, Depdiknas juga memberikan satu unit notebook serta beasiswa dengan jaminan masuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia tanpa tes.
Tentu saja, ini merupakan reward dari keberhasilan yang menjadi dambaan setiap orang. Namun, Asbai memiliki target sendiri. Kecintaannya sejak kecil pada perkayuan telah mendorongnya untuk terus mengeluti bidang ini melalui pengalaman dan pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, Asbai ingin mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan pendidikan perkayuan di Indonesia. “Saya ingin menjadi guru teknik dan mengajar anak bangsa agar memiliki ketrampilan teknik perkayuan,” ujarnya penuh semangat.
Konsistensi dan semangat dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya terhadap bidang perkayuan ini tampak dari prestasinya yang dirintis mulai tingkat karesidenan, provinsi, nasional, sampai taraf regional (ASEAN) bahkan taraf internasional. Kegigihannya dalam menyelesaikan setiap pertandingan pun tak diragukan. Buktinya, dia memutuskan menunda masuk perguruan tinggi di awal tahun ajaran baru 2007 lalu, demi mempersiapkan mental, fisik, pengetahuan, dan keterampilannya dalam menghadapi lomba di tingkat dunia. Menurut Asbai, kemantapan ini muncul karena adanya dukungan, bantuan, dan peranan berbagai pihak, yaitu pimpinan beserta seluruh guru dan karyawan SMK Negeri 2 Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PIKA Semarang, VEDC Malang, dan masyarakat luas yang turut memberikan doa restu.
Tetap Sederhana
Meskipun sudah menyabet peringkat empat dalam ajang bergengsi itu, Asbai tidak menjadi tinggi hati. Bahkan, saat mengungkapkan kebahagiaannya, Asbai hnya mengatakan, ”Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya. Semua ini terjadi berkat doa dan restu dari banyak pihak sehingga saya dapat mempersembahkan yang terbaik.” Di sela-sela waktu senggangnya pun, dia dengan senang hati bersedia berbagi pengetahuan dan pengalamannya dengan siapapun. Salah satunya, ketika Asbai berkolaborasi pengetahuan dengan para pengajar di SMK Negeri 2 Salatiga. Dengan kata lain, dia belajar untuk menjadi guru di tempatnya menuntut ilmu dulu.
Sambil belajar menjadi guru, saat ini, Asbai sedang disibukkan untuk menentukan satu dari dua pilihan demi masa depannya. Pilihan pertama adalah mempersiapkan diri masuk Perguruan Tinggi. Menurut rencana, dia akan mendaftar ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan mengambil jurusan Teknik Perkayuan. Pilihan kedua adalah melanjutkan studi D4 di Vocational Education Development Venter (VEDC), Malang.
Meskipun demikian, di balik kesibukannya merencanakan masa depan itu, Asbai masih menyimpan harapan yang dalam. Harapan terdalam bagi pengemar segala menu makanan ini adalah Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan agar di ajang berikutnya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Mengakhiri pertemuan dengan Hati Beriman, Asbai mengungkapkan bahwa ilmu dan skillmerupakan modal dari keberhasilan. Oleh karena itu, sesuai dengan namanya yang bila diterjamahkan secara bebas berarti penuh, sambil tersenyum riang, Asbai mengatakan bahwa ilmu saya nanti benar- benar penuh. "(ind)
1 komentar:
Selamat atas prestasi putera salatiga yang satu ini.salut atas prestasi - prestasi yang telah diraihnya baik secara nasional maupun internasional. Harapan saya semoga bakat yang dimiliki oleh Asbais ini diperhatikan oleh pemkot Sala3, sehingga prestasinya tidak berhenti disini saja, melainkan dapat terus dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya.
Posting Komentar