MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

22 April 2007

legenda CABEAN


Kalau dicermati nama-nama sebutan lingkungan di Kota Salatiga mempunyai arti tersendiri. Asal-usul lingkungan tersebut mempunyai ceritera yang unik. Kebanyakan nama tersebut memiliki nilai kegiatan masyarakat. Khususnya pada masa sebelum Indonesia Merdeka, yang tepatnya pada masa penjajahan Belanda.

Lingkungan Cabean terletak di Kelurahan Mangunsari juga memiliki cerita tersendiri. Menurut dongeng sesepuh warga masyarakat setempat, Samad (69 th) yang mendapat cerita dari kakeknya bernama mbah Muchiyar, keberadaan Cabean pada jaman Belanda yaitu dimasa VOC berdagang rempah-rempah, VOC menganjurkan warga masyarakat untuk menanam tumbuh-tumbuhan yang cocok dan menghasilkan rempah-rempah. Hal ini dikarenakan keberadaan rempah-rempah saat itu memang banyak peminatnya, terutama untuk masyarakat di benua Eropa. Hal tersebut bertujuan untuk mengantsipasi tubuh agar tetap stabil hangat dalam melawan cuaca dingin, karena memang di benua Eropa memiliki cuaca yang cukup dingin.

Untuk mengingat hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari masyarakat setempat, Pemerintah Belanda memberi nama pedukuhan tersebut dengan istilah yang mudah di ingat, yang ada kaitannya dengan hasil bumi yang dimilikinya.

Nama Cabean berasal dari tanaman yang pohonnya merambat dipepohonan lain. Buahnya seperti lombok dengan ukuran besar. Rasanya pedas sekali dan cocok untuk menghangatkan tubuh serta tidak mempunyai dampak negative.

Masyarakat Kota Salatiga banyak yang punya anggapan kalau nama Cabean berasal dari tanaman Lombok, tetapi jenis tanaman cabe memiliki ciri-ciri tersendiri.

Buah Cabe memiliki berukuran lebih besar dari lombok, batangnya merambat dipohon, sedangkan daunnya seperti daun sirih berukuran besar. Bila buahnya dipipil seperti beras berukuran kecil atau menir.

Didaerah sini pada zaman dahulu terdapat sesepuh penyebar agama Islam yang mendirikan pondok pesantren. Sesepuh tersebut bernama Kyai Abdul Wahid. Beliau terkenal dengan sebutan mbah Cabe.

Karena sebagai tokoh panutan warga masyarakat waktu itu, mbah Wahid disamping menyebarkan agama Islam juga selalu memikirkan warga masyarakatnya untuk meningkatkan kesejahteraan. Kini Mbah Cabe telah wafat dan dimakamkan di TPU Cabean. Sebagai tokoh masyarakat yang berperan dalam lingkungan setempat, kini banyak warga masyarakat yang berziarah, tapi saat ini nampak sepi-sepi.

Pada pemerintahan jaman Belanda, Mbah Wahid menganjukan untuk menanam cabe agar yang hasilnya dapat dibeli oleh VOC. Ternyata anjuran tersebut disambut baik oleh masyarakat, alhasil daerah pedukuhan itu menanam cabe sangat luas dan hampir semua kebun dimanfaatkan untuk menanam cabe. Akhirnya daerah pedukuhan tersebut mendapat julukan Cabean. Namun sekarang pemandangan dilingkungan Cabean tentang tanaman cabe, sudah tidak ada lagi. Namun apabila warga masyarakat ingin mengetahui tanaman cabe dapat melihat di wilayah perkebunan karet dan kopi di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Disana tumbuhan cabe tersebut tumbuh subur diantara tanaman karet dan kopi dengan cara merambat sebagai tanaman liar.

Samad sebagai pensiunan TNI angkatan darat mengakui bahwa nama-nama pedukuhan di Salatiga mempunyai arti sendiri-sendiri. Dia memberi contoh lingkungan Pengilon, menurutnya, Dukuh Pengilon dulu merupakan pedukuhan yang tertata rapi. Nama Pengilon tersebut berasal dari bahasa jawa yang artinya cermin. Dukuh tersebut diberi nama pengilon dengan harapan agar pedukuhan lainnya dapat mencontoh pembangunan di pedukuhan tersebut. Sedangkan dukuh Ngawen karena berdekatan dengan pasar.

Dalam kemajuan jaman saat ini peranan tanaman cabe dimanfaatkan sebagai bahan jamu penghangat tubuh. Sekarang warga masyarakat Salatiga dapat membeli cabe di penjual jamu. (kst)

19 April 2007

Merindukan Kembalinya “Tamansari” di Salatiga

Merindukan kembalinya “tamansari” di salatiga


Di sekitar tahun 1960-an kota Salatiga memiliki pusat tempat bermain. Tepatnya di kawasan bundaran dan pertokoan Tamansari. Fasilitas dari objek wisata tersebut dapat dibilang representatif pada masa itu, karena dapat mewakili standar minimal disebut sebagai taman kota. Tentu saja yang berfungsi sebagai tempat refresing bagi anak-anak bersama keluarga ketika hari libur maupun saat pergi ke kota yang sejuk ini.

Tamansari memang sesuai dengan namanya. Sebab ada kebun binatang mini, tempat bermain anak dan taman-taman yang dapat berfungsi sebagai tempat melepas lelah. Selain itu dokar-dokar juga mangkal disekitar kawasan tersebut. Para pengunjung dapat naik dokar keliling kota sembari melihat pemandangan yang ada di sekitar jalan.

Namun sekarang kawasan tersebut sudah disulap menjadi areal pusat perbelanjaan dan pasar. Tidak ada lagi bekas ataupun sisa-sisa kejayaannya. Nuansa asri dari sebuah taman tidak terlihat lagi. Sepanjang jauh memandang ke arah selatan jalan jendral Sudirman yang terlihat hanya deretan pertokoan yang tertata rapi dan megah. Di antara dua lajur jalan terdapat pembatas berupa tanaman bunga dan lampu-lampu hias.

Memang nyaman jika orang berkunjung untuk berbelanja. Namun identitas dari sebuah nama Tamansari telah hilang, tergantikan oleh saranya rekreasi belanja. Hal tersebut sangat wajar karena semakin mendesaknya sarana pasar yang dibutuhkan masyarakat.

Meskipun dengan berubahnya fungsi dari komplek refresing menjadi rekreasi belanja, akan tetapi setiap orang yang berkunjung ke pusat perbelanjaan di Kota Salatiga akan puas. Selain pasarnya terpusat dan tempat parkir yang luas membentang sepanjang jalan memudahkan pengunjung untuk memilih tempat belanja.

Dengan diubahnya tata kota tersebut pemerintah tidak habis ide untuk memanjakan warga dan pengunjung kota Hatiberiman ini. Taman kota yang dahulu terpusat sekarang dipecah-pecah menyebar ke setiap pojok kota.

Bagi orang yang sedang melakukan perjalanan dari Semarang masuk ke Salatiga akan mendapatkan taman-taman kecil di sepanjang jalan. Mulai dari gapura batas kota yang bernuasa gunungan wayang, disekitar bangunan pun terdapat taman bunga yang terawat. Setelah masuk ke arah dalam kota juga akan mendapatkan tempat-tempat bernuansa taman lainnya. Seperti di perempatan STIE AMA orang akan melihat lokasi pemasangan baliho berlatarkan taman. Orang akan dapat santai duduk-duduk sambil melepas lelah. Bunga-bunga dan bangku-bangku beton menambah asri tempat tersebut.

Di tempat lain perempatan Kauman juga terdapat areal taman bermain anak. Ada ayuna timbang, ayunan kursi dan plorotan. Bagi anak-anak disekitar kamuman dapat memanfaatkannya untuk bermain bersama teman-teman. Disamping itu orang yang akan melalukan perjalanan ke Kota Solo jua dapat singah di tempat tersebut untuk menunggu Bus yang melintas.

Sepanjang Jalan Diponegoro juga terdapat trotoar memanjang yang berhias bunga. Disebelah kanan dan kiri jalan tumbuhan hijau tersebut menambah cantik jalan dan membuat nyaman pejalan kaki. Lampu-lampu hias juga berjajar rapi di antara bunga-bunga. Meskipun lampu taman tersebut bergambar dan bertuliskan dari suatu produk namun kesan indah tidak hilang bahkan menampakkan mobilitas bisnis di Salatiga.

Di depan SD kalicacing 02 orang juga akan mendapati tempat yang tidak terlalu luas berupa taman bermain anak. Dahulunya tempat tersebut merupakan tanah kosong yang dipenuhi rumput-rumput liar. Setelah ada inisiatif dari pemerintah tempat tersebut disetujui menjadi tempat bermain. Ada ayunan timbang, ayunan duduk dan tangga bermain. Anak-anak warga kalicacing memanfaatkan tempat tersebut mengisi waktu bermain. Sedangkan murid SD Kalicacing 02 dan SD Muhammadiyah Plus memanfaatkan tempat tersebut sebagai tempat tunggu sepulang sekolah. Sambil bermain mereka menunggu angkot yang menuju rumah mereka. Ada juga yang menunggu jemputan dari orang tua dan kerabatnya.

Masuk di kawasan lapangan Pancasila juga lebih asyik. Tempat tersebut merupakan pusat tempat bermain anak-anak dan remaja. Di lapangan tersebut sejak pukul 06.00 pagi sampai pukul 23.00 tetap ramai dengan pengujung.

Pagi hari tempat tersebut dipenuhi warga dan mahasiswa yang jalan-jalan pagi. Ada juga yang berolah raga. Setelah itu mereka juga dapat menikmati jajanan yang tersedia. Dari susu segar, soto, bubur ayam, kue leker dan aneka makanan sarapan lainnya.

Siang hari lapangan berbadan trotoar tersebut berubah menjadi tempat belanja makanan dan pusat bermain anak. Bagi mereka yang ingin mengisi perut dapat memilih makanan disini. Dari masakan padang sampai soto semarang tersedia.

Anak-anak juga dapat memilih berbagai permainan yang tersedia. Ada becak mini, bagi anak anak dapat bergantian mengayuhnya keliling lapangan Pancasila. Selain murah dengan mengayuh becak mereka juga sama dengan berolah raga menguatkan kaki. Ada mobil dan motor elektrik. Ini cocok untuk anak yang berumur di bawah lima tahun. Dengan mengeluarkan sedikit uang pengunjung dapat memanjakan anak berkeliling lapangan. Pengunjung dapat menyerahkan kepada penjual jasa tersebut atau sendiri mengikuti putaran alat elektik tersebut.

Di sore hari remaja memenuhi lapangan dengan bermain bola. Tempat ini menjadi pilihan faforit mereka berolah raga. Karena dengan berlatih sepak bola di tempat ini gratis, selain itu mereka juga dapat melihat pemandangan anak yang sedang bermain.

Salatiga memang unik dan nyaman. Dari udaranya yang sejuk, semu fasilitas juga tersedia meskipun tidak terlalu besar dan mewah seperti kota-kota lain. Walau tidak besar namun dapat mewakili dan menghibur warga dan pengunjung yang datang ke kota kecil di tengah pulau Jawa ini.

Dari berbagai kemajuan dan pembangunan di Salatiga yang terlaksana, masih perlu tindakan untuk menjaga dan menambah kemajuan tersebut. Dari sarana bermain anak ada beberapa yang telah rusak, catnya mengelupas dan ada alat bermain anak yang sudah tidak berfungsi. Tantangan dari berbagai hal tersebut adalah kesanggupan merawat dan adanya anggaran untuk pelaksanaannya.

Pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk menjaga fasilitas tersebut. Meskipun hanya sebatas taman bermain, tapi itu penting. Selain menambah cantik kota juga dapat dimanfatkan sebagai sarana rekreasi anak dan orang tua di hari libur.

Kebersihan juga perlu ditingkatkan. Mengingat tempat bermain dan jajanan sarat dengan sampah. Oleh karenanya tempat sampah yang memadai sangat diperlukan kehadirannya di sana. Pemerintah juga menghimbau pada warga untuk membuang sampah pada tempatnya kerena keindahan dan kenyaman dari tempat bermain akan hilang jika ada sampah di sana-sini. Selain mengganggu penglihatan, bau tak sedap juga akan muncul bila dibiarkan berlarut. Lalat juga dapat menyerbu tempat itu dan mengakibatkan selera makan berkurang.

Dengan pembangunan berbagai fasilitas taman dan pusat bermain tersebut ada harapan nuansa Tamansari yang dahulu terpusat di kota berpidah ke seluruh pojok-pojok jalan sepanjang Salatiga.

Namun dengan begitu pemerintah juga tidak boleh berdiam diri. Perlu realisasi pembangunan wahana bermain yang baru dan memadahi. Agar pengunjung dapat terpuaskan. Hal tersebut mengingat pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah juga dapat mengahasilkan pendapatan bagi pemerintah, baik dari retribusi pedagang, retribusi parkir dan iklan baliho sponsor. (lux)

10 April 2007

Surat Pembaca

Majalah Hati Beriman Layak Jual

Pertama saya ucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Kota Salatiga, khususnya kepada Kepala Kantor INKOM Bpk. Drs. Petrus Resi, M.Si beserta stafnya. Kita semua tahu bahwa majalah Hati Beriman adalah satu-satunya “Majalah Berita Warga Kota Salatiga”.

Walaupun belum 100 persen warga menikmatinya, tetapi saya sangat bangga, dari situ saya dapatkan berita-berita yang ‘aktual, tajam dan mendidik’ baik itu laporan Utamanya, Artikelnya sampai Legendanya yang ada di Kota Salatiga ini.

Tetapi, mulai Edisi VI Tahun 2006, jangka terbitnya terlalu lama (dua bulan) sekali. Kalau memang alasan keterbatasan dana operasionalnya, maka masyarakat Insya Allah mau membeli untuk sekedar ongkos biaya cetaknya.

Kita mengharap dengan sangat kepada Pemerintah Daerah, agar memperhatikan kelancaran dalam hal operasional Majalah kita ini. Demi kelancaran dan Suksesnya, ‘Majalah Hati Beriman’ yang menjadi kebangaan Warga Kota Salatiga Yang Kita Cintai Ini.

Muh. Amil

Warga Tegal Ombo, Blotongan

___________________________________


Resik Resik Kutho

Bencana banjir di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini, menghentakkan kesadaran kita akan kecintaan pada lingkungan.

Walaupun Salatiga bukan wilayah rawan banjir namun setidaknya kita wajib waspada akan kemungkinan gejala alam yang dapat menimbulkan bencana.

Tindakan awal dalam mengantisipasi bencana alam adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar seperti penanaman pohon, pengolahan limbah sampah, dan pembersihan lingkungan. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari slogan Salatiga Hati Beriman yaitu mesyukuri dan memelihara karunia Tuhan bahwasanya alam sekitar Salatiga telah memberikan kenyamanan untuk harmonisasi kehidupan.

Untuk itu saya mengusulkan agar Salatiga punya langkah seperti kota Semarang dengan melakukan gerakan “resik-resik kota”. Nampaknya acara yang lazim seperti kerja bakti ini telah di kemas secara menarik dengan melibatkan masyarakat, pemerintah dan dukungan pihak swasta sebagai sponsor. Apabila kegiatan ini diagendakan secara rutin, pastilah akan membawa dampak yang baik; selain kota menjadi bersih, indah dan nyaman, masyarakatpun juga tampak guyup rukun.

Titin Wulandari - Osamaliki

09 April 2007

Asa Wisesa Betari,

Meski Segudang Prestasi tetap Rendah Hati

Denting suara keluar dari sebuah piano merangkai sebuah lagu. Merdu alunannya membawa jemari bergerak mengikuti setiap titik nadanya. Begitulah suasana ceria kemarin sore di Jalan Aliwijayan II/25 Pengilon, Mangunsari, Salatiga. Rumah tempat tinggal Sesa, gadis kecil beranjak remaja yang memiliki nama lengkap Asa Wisesa Betari.

Sesa, begitu ia biasa disapa, memang gadis fenomenal. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, ia berhasil mengukir segudang prestasi. Maklum, gadis berambut sebahu dengan berat badan 45 kg dan tinggi 160 m ini memang berpenampilan smart dan menarik.

Di sekolah, prestasi akademiknya sangat menonjol. Nilai pelajaran Bahasa Inggris, IPA dan Matematika selalu di atas delapan. Sedangkan di luar sekolah, ia aktif berkarya dan mengikuti berbagai kompetisi. Maka tak heran jika puluhan piala berhasil ia sabet.

Koleksi trofi kejuaraan yang menghiasi rumah diantaranya sebagai Juara Festival CNR Duta Musik Salatiga; Juara I Foto Model Pemilihan Super Model Indonesia ke-2 se Jateng dan DIY di Kudus; Juara Cat Walk Parade Contes di Semarang; Juara Foto Genic Pemilihan Proklamasi Award di Semarang; Juara Peragawati Avon Contes di Salatiga; Juara I Aksi dan Gaya Avon di Salatiga; Juara I Cat Walk Pesta Hujan dalam Gya di Semarang; Juara II Putra-putri Batik di Semarang; Juara III Shopie Marthin 2006 di Ambarawa; serta sederet prestasi lain.

Meski demikian, Sesa tetap rendah hati dan tidak pernah sombong. Bersama teman-teman disekolah selalu akrab. Menariknya, Sesa punya tips untuk menjalin komunikasi dengan teman-temannya agar lebih akrab dengan cara makan bakso bersama. “Kebetulan saya suka makan bakso, seperti teman-teman yang lain. Jadi dapat lebih mengakrabkan suasana dan persahabatan,” tuturnya kalem.

“Memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang berguna, itu motto saya” tandas putri kedua pasangan Adi Setiarso, SE (PNS Pemkot Salatiga) dan Henny Tri Nurhariani (swasta) ini.

Sepintas, gadis remaja yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP Negeri 2 Salatiga ini tampak sama seperti gadis lain sebayanya. Sekolah, les, privat dan bermain memenuhi hari-harinya. Namun, Sesa tampak berbeda karena ia memiliki karakter yang kuat dan pantang menyerah.

“Saat saya mengikuti Foto Model Pemilihan Super Model Indonesia ke-2 se Jateng dan DIY di Kudus, saya berangkat dengan teman tanpa diantar orang tua. Alhamdulillah, akhirnya menjadi juara I,” ujarnya bangga.

Sejak kecil, Sesa dikenal keluarga dan lingkungannya sebagai gadis kecil yang berbakat. Dia bisa mengambil keputusan untuk mengisi sela waktu bermain dengan mengikuti kursus olah vocal di Sekolah Musik Salatiga selama 3 tahun. Tidak puas dengan kepiawaian menyanyi, Sesa memacu diri bermain piano di tempat yang sama. Karena merasa belum cukup, ia mendatangkan guru privat piano sampai sekarang. Dari ketekunan yang dijalani tersebut menghantarkannya sebagai juara di berbagai ajang kontes.

Meskipun bermental juara, gadis penggemar pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Inggris ini tidak sombong. Setiap ada permintaan dari teman dan warga sekitar untuk mengisi acara hiburan selalu ia sanggupi. Misalnya untuk mengisi acara hiburan ulang tahun dan acara RT dan RW seperti peringatan 17 Agustus, mengisi acara hajatan tetangga, bahkan menghibur pegawai tempat ayahnya bekerja.

Gadis manis dan kalem ini bercita-cita masuk ke SMA Taruna Magelang jika lulus SMP nanti. “Saya selalu berdoa agar Allah SWT mewujudkan cita-cita menjadi seorang dokter” tambah Sesa dengan sedikit tersenyum.

05 April 2007

Who am I Mom?

Pentas Teater ala Qaryah Thayyibah

Sore itu terlihat kerumunan anak belasan tahun mengangkat kursi ke suatu ruang kelas. Kain dan pernak-pernik dekorasi lain mereka susun. Dengan penuh semangat mereka bahu-membahu mengotak-atik letak kursi dan perabot lainnya. Sesekali salah seorang dari mereka menjauh. Seperti layaknya ahli seting panggung. Dia mengamati dari sudut kanan, kiri dan depan. Setelah itu memberi tahu temannya untuk mengubah letak perabot tersebut.

Di ruang lain ada beberapa anak sedang menenteng lembaran kertas naskah. Mereka berusaha menguatkan hafalan kalimat-kalimatnya. Sambil berusaha berperan sebagai seorang aktor, mereka berusaha mengeluarkan kemampuan olah tubuh dan ekspresinya. Sedang dari sebuah ruang tamu terdengar lantunan musik yang bernuansa kesahduan.

Begitulah kesibukan siswa-siswi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening, Kota Salatiga, dalam mengisi libur sekolah awal Februari 2007. Minggu sore itu mereka mempersiapkan lima lakon pementasan teater sekaligus.

“Teater merupakan salah satu media seni pementasan yang efektif. Seperti halnya ketoprak dan wayang orang. Dalam seni pertunjukan tersebut sarat dengan pesan-pesan moral” tutur seorang siswa Maia.

Sudah tiga hari ini mereka disibukkan dengan latihan yang melelahkan. Dari pengetahuan tentang teater, teknis dasar baik olah vokal, olah rasa, olah tubuh, musik, peran bahkan sampai teknik pembuatan naskah, lighting dan seting panggung. Para instruktur didatangkan dari Teater Getar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Dari pentas tersebut mereka diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama tiga hari dari para pelatih. Dengan begitu mereka akan berbagi peran. Ada yang membuat naskah, menjadi sutradara, pemeran, pemain musik latar dan bagian lighting. Setelah semua dibagi, kemudian mereka konsentrasi pada tugas masing-masing. Para pemain dan sutradara membedah naskah untuk mengetahui tema inti dari naskah tersebut agar pesan yang ada dapat disampaikan secara tepat dan utuh.

Dua naskah utama berjudul “Who am I Mom?” dan “Anak Angin”. Who am I Mom bercerita tentang kehidupan nyata seorang anak. Dia terlahir tanpa bapak. Seperti realita yang terjadi di masyarakat kita, itu merupakan kejadian yang belum bisa diterima. Anak itu menjadi bahan pembicaraan dan omongan semua anak yang berada di sekelilingnya. Namun sang ibu berprinsip bahwa semua anak terlahir suci. Sang ibu menyampaikan kepada sang anak bahwa ia terlahir suci, yang berbuat dosa adalah ibu.

Kemudian naskah “Anak Angin” bercerita tentang seorang anak yang frustrasi terhadap kehidupannya. Dia menghabiskan waktu dengan perbuatan negatif. Semua kejelekan dia jalani untuk mengalihkan rasa stres yang selalu menghinggapi perasaannya. Tapi orang tuanya dengan sabar selalu berpesan kepada sang anak agar mengalihkan pelampiasan tersebut kepada hal-hal yang positif. Sedangkan 3 naskah lain bercerita tentang hantu.

Maia, pembesut naskah sekaligus sutradara Who am I Mom? Mengisahkan bahwa dia menggelar acara latihan teater adalah untuk mengembalikan kembali budaya lokal Indonesia. Dengan teater pesan budaya lokal akan masuk ke dalam suatu pementasan, berbeda dengan film dan sinetron di televisi. Selama ini anak-anak dan orang Indonesia disuguhi dengan cerita yang berbau hedonis, kekerasan dan penindasan. Jarang sekali suatu film mengambil seting masyarakat umum. Tidak lagi cerita yang diangkat membumi dan sesuai dengan budaya lokal. “Yang ada adalah pengalihan budaya barat ke bangsa ini,” kritik Maia.(lux)

03 April 2007

Sinar Perak Melayani Pengobatan Gratis

Kesehatan mahal harganya. Begitulah ungkapan yang jamak diucapkan seseorang bila sedang jatuh sakit. Sakit memang tidak mengenakkan, selain juga menghabiskan banyak biaya.

Menyikapi persoalan tersebut, paguyuban Sinar Perak Cabang Salatiga, memberi solusi pengobatan alternatif. Tidak tanggung-tanggung, pengobatan yang dilakukan tersebut dikerjakan secara suka rela alias gratis.

Konstribusi pengobatan alternatif ala Sinar Perak alias SP secara nyata kepada masyarakat Salatiga tampak seperti yang dilakukan di Kelurahan Salatiga setiap hari Rabu sore. Pengobatan yang menggunakan tenaga elektrik tubuh ini setiap kali praktek rata-rata melayani 20 pasien dengan berbagai penyakit. Bahkan pasien banyak juga yang berasal dari luar Salatiga, seperti Temanggung, Kendal, Semarang, Ampel, dan Karanggede.

“Pelayanan klinik ini dilakukan 11 petugas. Mereka merupakan anggota SP yang sudah senior,” jelas Bambang Setiawan, Ketua Sinar Perak Cabang Salatiga.

Dikatakan Bambang, pasien yang datang langsung dilayani. Mereka langsung dicatat dalam buku pendaftaran warna hijau muda. Setelah itu harus antre menunggu dipanggil petugas. Proses pengobatan paling cepat 15 menit dan paling lama hingga 35 menit. Jika penyakitnya terlalu akut biasanya harus datang berobat beberapa kali.

SP memiliki berbagai ramuan obat, diantaranya ramuan madu ajaib untuk pengobatan internis ringan, berat, dan stamina. Obat Kiray khusus untuk pengobatan mempercantik diri bagi kaum wanita, karena juga berkhasiat menghilangkan flek-flek hitam dan jerawat.

Bambang menjelaskan, hamper 75 persen penyakit manusia berasal dari tingkah lakunya sendiri. Misalnya, pusing kepala sebelah kiri menandakan orang tersebut punya kebiasaan berprasangka buruk terhadap orang lain. Pusing kepala bagian kanan menandakan paling benar berfikirnya, dan pusing kepala bagian belakang karena faktor emosi. Bagi warga masyarakat yang ingin berkonsultasi tentang penyakit yang dideritanya, dapat mengontak Wawan dengan alamat Perumahan Sraten Permai Blok L/19 Salatiga, HP. 08122843129 serta 08886668400.

Keberadaan SP di Salatiga dimulai sejak tahun 1996 dengan mengadakan olah raga pernafasan di beberapa wilayah, seperti di Perusahaan Tekstil Damatex dan halaman pemkot. Latihan dilakukan secara rutin, serius dan terjadwal. SP juga melengkapi pengobatan dengan mempraktekan penyaluran tenaga elektrik badan untuk menyembuhkan berbagai penyakit secara gratis.

Karena kegiatan ini merupakan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat Salatiga maka pada awal mula berdirinya SP hanya diikuti oleh segelintir orang saja sebagai anggota, namun seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran masyarakat akan kesehatan maka jumlah anggota semakin meningkat. Hal ini didukung dengan kemajuan sosialisasi olah raga ini, maka semakin hari minat masyarakat untuk bergabung dalam olah raga ini semakin meningkat bahkan sampai saat ini sudah tercatat 400 orang ikut bergabung.

Kemajuan minat masyarakat terhadap SP ini karena olah raga ini mempunyai kombinasi olah jiwa dan raga yang seimbang, yaitu selain memperhatikan kesehatan fisik, juga dilakukan pembinaan mental spiritual anggota agar lebih terarah. Membentuk sikap seseorang untuk lebih bersahaja, dengan menekankan pengaruh sebab akibat dari perilaku yang tidak benar dari manusia itu sendiri. Maka secara tidak langsung keberadaan SP ini telah bertugas memberikan pendidikan moral yang intinya warga masyarakat wajib berperilaku baik dan menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya serta mentaati norma-norma yang berlaku.(kst)

Mengapa Pramuka Sinarnya Semakin Redup?


Kalau ditanya mengapa banyak anak tidak atau kurang suka lebih tepatnya dengan ekstrakulikuler Pramuka adalah pertanyaan retoris karena sesungguhnya Pramuka yang saya kenal selama ini adalah suatu program sekolah yang saya pikir sebagai ekstra yang terlalu dibesar-besarkan keberadaannya apa lagi ekstra ini juga diwajibkan namun atas dasar apa saya juga tidak begitu tahu mungkin sebagai formalitas atau untuk menggali dana untuk kas OSIS atau mungkin yang lain saya kurang begitu tahu.

Setiap siswa selalu bertanya pada dirinya masing-masing apa sebenarnya fungsi dari Pramuka yang diwajibkan oleh sekolah itu. Apa lagi peminat yang benar-benat serius pada Pramuka bila dihitung sangatlah sedikit sekali dibandingkan ekstra yang lain. Kalu saja Pramuka tidak diwajibkan mungakin siswa yang antusias sangatlah sedikit sekali dibanding ekstra yang tidak wajib lain yang anggotanya begitu antusias dan loyal terhadap ekstra yang mereka pilih dan mereka anggap sangat bermafaat bagi diri mereka.

Mereka (para siswa kelas X) selalu bertanya-tanya mengapa Pramuka harus diwajibkan apakah pemerintah menyusun Undang-Undang tentang diwajibnya Pramuka disetiap sekolah di Indonesia, kalau pun iya mungkin masih bisa dimaklumi keberadaannya karena pemerintah membuat sesuatu pasti ada tujuan yang jelas karena menyangkut kepentingan masyarakat serta pendidikan secara luas di seluruh Indonesia. Sedangkan bagaimana kalau tidak, apa tujuan yang jelas sekolah sebenranya selalu menjadi pertanayan tak terjawab oleh setiap siswa yang merasa terbebani oleh Pramuka.

Bila Pramuka adalah sebagai cara atau wadah untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi adalah kurang maksimal karena pada mulanya mereka sudah tidak berminat untuk mengikuti. Bagai mana mugkin mereka bisa mendapatkan pelajaran dari itu kalau tidak didasari dengan niat. Kalau pun Pramuaka sebagai pengembang jiwa berorganisasi mungkin kalimat itu ditujuakan kepada KOJARSENA yang sebagai BPH utama dalam kegiatan-kegiatan pramuka karena hampir seluruh kegiatan pramuka ditangani oleh mereka yang mengaku sebagai KOJARSENA. Tapi kadang tanggung jawab itu sering disalah gunakan sebagai ajang balas dendam atau melampiaskan kemarahan kepada kelas X. Bukankan sebenarnya mereka sudah tahu kalau remaja tidak begitu suka dikerasi karena mereka nanti tidak peduli dengan kesalahan mereka atau mungkin malah kelakuan mereka semakin menjadi-jadi. Mungkin itu juga selah satu sebab mengapa mereka tidak mau datang ke sekolah untuk mengikuti organisasi dimana merka harus dipaksa dan dimarahi padahal belum tentu orang tua mereka pernah memarahi mereka.

Berbeda dengan organisasi non wajib seperti PMR contohnya mengapa anggotanya begitu banyak padahal sekolah dan pemerintah tidak pernah mewajibkan siswa utuk ikut PMR. Di PMR baik kelas X, XI, maupun XII selalu berkerjasama dalam mencapai tujuan tertentu yang jelas seperti akan adanya peristiwa penting bagi PMR yaitu GHO yang memerlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya namun dengan itu kelas X juga diikutkan dalam proses gali dana sampai persiapannya sehingga mereka merasa berarti didalamnya. Sebenarnya Pramuka haruslah lebih terbuka seperti PMR sehingga tidak ada jurang pemisah antara kelas X dan XI. Bukannya saya membadingkan PMR dan Pramuka namun apa selah nya kalau itu dicoba dahulu.

Lalu apa yang mereka dapat dari seseuatu yang mereka benci namun mereka harus masuk dan mengikutinaya. Mereka datang pukul 15.00 lalu pulang pukul 17.00. Selama ±2 jam apa sebenarnya yang mereka dapat dari itu semua kalu mereka juga tidak menghendakinya. Mereka datang dengan pakaian lengkap khas Pramuka tapi adakah niat untuk mengikuti pramuka atau hanya untuk memenuhi kewajiban agar nilai raport mereka tidak ternoda oleh ketidak hadiran dalam Pramuka. Kita tanya kepada setiap siswa yang mengikuti pramauka apa mereka mengenal Boden Powel mungkin mereka cuama tahu dia adala pendiri Pramuka tidak lebih, tahukan mereka tentang perkembangan pramuka, penerapan Pramuka, panegamalan Pramuka di masayarakat, fungsi dari Pramuka, arti lambang Pramuka, saya yakin mereka menjawabnya tidak lebih dari tiga kalimat sisanya mereka tidak tahu jawabannya.

Bukankah sesungguhnaya Pramuka mendidik siswa agar bisa melakukan segalanya dengan mandiri namun apakan yang demikian itu bisa terealisasikan atau sebagai mission impossible yang takakan pernah tercapai. Namun kenyataanya kegiatan pramuk malah disalah gunakan fungsinya. Kalau pramuka untuk mendidik agar siswa bisa mengauasai segala hal itu salah besar karena kalu begitu apa fungsi ekstra non wajib seperti PMR, PASKI, Jaga Bhumi, PKS, dan lain-lain. Bukankan setiap orang tidak lah sempurna, mereka cuma bisa menguasai satu atau dua hal saja sehingga mereka bisa maksimal meggunakan kemampuannya.

APA PEMECAHANNYA?

Dari masalah ditas dita bisa menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya para siswa megapa tidak begitu antusias karena mereka kurang mengetahui apa makna sesungguhnya dari Pramuka serta fungsinya bagi diri mereka dan masyarakat luas. Dengan kita tahu sebabnya maka kita bisa menaggualangi akibatnaya.

Pertama mungkin bisa ditanamkan pada diri mereka pengertian, makna, dan fungsi utama dari Pramuka yang selama ini menjadi momok bagi scout hater. Sehinga mereka tahu apa sebabnya mereka diwajibkan untuk melakukan sesuatu, seperti kita kalau bertanya mengapa kita diwajibkan untuk beribadah kepada Tuhan YME karena untuk berterimaksih kepada-Nya karena nikmatnya dan riskinya yang diberika pada kita, tapi ibadah disini bukan lagi sebagai sebuah kewajiban namun sebuah kebutuhan yang setiap hari harus dipenuhi setiap hari. Semoga Pramuka bukanlah hanya sebagai sebuah kewajiban atau formalitas sekolah yang harus dilakksanakan namun menjadi sebuah kebutuhan seorang murid untuk menjadikanya seorang yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain dimana pun dia berdada selama membawa panji-panji Pramuka.

Kemudian karena diwajibkannya Pramuka apakah lebih baik kalau pramuka dimasukkan dalam ahir pelajaran sekolah sehingga siswa bisa langsung memakai seragam pramuka pagi-pagi, karena salah satu faktor ketidak hadiran merka karena kebanyakkann tempat tinggal siswa berada di luar kota Salatia. Dengan memasukan Praumuka pada ahir sekolah maka bisa mengurangi ketidak hadiran bahkan siswa bisa seluruhnya tiba disekolah tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu.

Demikianlah sebab-sebab banyaknya ketidak hadiran siswa dalam Pramuka dan solusinya yang semoga berguna sehingga masalah ini bisa teratasi dan pramuka tidak lagi menjadi momok bagi siswa namun menjadi wadah yang bisa mengarahkan mereka untuk menemukan jati diri mereka sesungguhnya.


Penulis : Syifa FM

Kelas 10 SMAN 1

Salatiga

02 April 2007

Sekilas Tentang Kesakralan Kekuasaan

Sekilas Tentang Kesakralan Kekuasaan

Oleh : Jaferson Kameo

KEKUASAAN itu sakral adanya. Itulah prinsip yang sangat fundamental di dalam hukum. Hal ini bersifat universal. Artinya, tidak secara ekslusif hanya dikenal oleh bangsa kita saja. Tetapi, dimanapun dan kapanpun serta bagi siapapun hal ini tidak dapat disangkal.

Bahkan meskipun sedikit agak terlambat dibanding dengan Injil (The Bible) , yang oleh para ahli hukum internasional diberi status sebagai bapak hukum Internasional pernah mengatakan di dalam karyanya Mare Liberum bahwa : “ Java....have kings, institutions, laws, and rights and .....have them always. One is not entitled to deprive these people of their will and princely power because they do not believe. Indeed it is even heresy to assume that these people should not be master of their goods”. ( Dikutip dari Kameo, J : 2005 hlm 123, Thesis PhD, tidak dipublikasikan, The School of Law, Faculty of Law and Financial Studies, Glasgow University, Skotlandia ).

Kutipan itu memberi isyarat telah ada pemikiran hukum modern yang dibangun Grotius dari sebuah hasil penelitian serius pada jamannya, ratusan tahun lalu. Bahwa jauh sebelum pemikir hukum modern mengemukakan bahwa hukum, termasuk di dalamnya kekuasaan atau hak-hak sebagai elemen yang amat penting di dalam hukum itu diakui dan ditulis di dalam dokumen-dokumen resmi negara-negara modern, Indonesia telah memiliki institusi atau prinsip-prinsip hukum dimaksud. Prinsip yang berkuasa itu akan selalu tetap ada dan menjadi milik bangsa ini, Tidak ada seoarangpun yang dapat mengambil secara paksa prinsip, hak atau kekuasaan dimaksud dari bangsa ini, hanya karena mereka tidak mempercayainya. Bahkan suatu murtat pandangan bahwa bangsa ini tidak dapat menjadi tuan atas benda-benda ( kekuasaaan) mereka.

Demikian pula jauh ketika hari sudah tinggi, para ahli hukum di negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo –Saxon seperti Inggris, Amerika, Australia, Malaysia dan sebaginya lazim menggunakan istilah seperti sanctity of contract atau kesakralan kontrak tatkala kontrak atau janji itu secara filsafati dan ilmiah teridentifikasi oleh mereka sebagai indentik dengan kekuasaan atau hak-hak termasuk kewenangan. Hal ini tidak lain dimaksudkan sebagai isyarat bahwa memang betul, kekuasaan itu mempunyai wibawa atau otoritas dan harga diri yang tinggi sekali.

Mengalami Rongrongan

Berbanding terbalik dengan perspektif bahwa kekuasaan itu sakral seperti dikemukakan di atas; konsekuensi logisnya, adalah sesuatu bukanlah kekuasaan apabila ia mencla-mencle, plintat-plintut atau mudah diombang-ambingkan. Hari ini bilang A, besok dengan mudahnya bila C, lusa kembali ke A den sehari setelah lusa omongan sudah menjadi lain lagi. Kalau begini maka jelaslah bahwa kontrak atau janji tidak memiliki kepastian (uncertain). Alias kekuasaan itu hanyalah ibarat tulisan hasil sebuah goresan jari seseorang di atas pasir di tepi pantai yang mudah terhapus begitu saja dengan beberapa kali terpaan ombak.

Dalam bingkai pemikiran hukum, orang mungkin menyadari bahwa kehidupan yang diatur oleh hukum tidak hanya mengenal prinsip yang universal tetapi juga selalu saja diikuti dengan masalah atau persoalan yang juga bersifat universal. Namun pasti ada cara penanganan atas persoalan atau solusi dari hukum yang bersifat universal pula. Artinya kalau hukum mendikte dengan prinsip kekuasaan itu sakral, maka selalu saja persoalan menghantui kesakralan kekuasaan itu, namun mesti ada restorasi atau pemulihan kembali terhadap kesakralan atau harga diri kekuasaan yang telah mengalami rongrongan. Hukum selalu melindungi hak atau kekuasaan.

Alternatif Penyelesaian

Perspektif seperti di atas lah yang mungkin menjadi semacam alternatif yang dapat dipergunakan dalam menemukan penyelesaian secara lebih fundamental pro-kontra atas berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2006 tentang Kedudukan Keuangan dan Protokoler Pimpinan dan Anggota DPRD; dan selisih pendapat dan tafsir di kalangan pejabat Negara mengenai Keppres 80 Tahun 2003 yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa untuk keperluan Pemerintah. Seperti diberitakan, saat ini ada persoalan theoritis bernama retroactive effect atau berlaku surutnya sebuah peraturan-perundangan. Soal retroaktif saat ini ada yang mengganggap sebagai persoalan yang agak rumit mengitari kehadiran PP 37 tersebut (SM 13/02/07). Sementara baru saja menjadi berita pula ada silang pendapat sekitar diperbolehkannya penunjukan langsung.

Namun hendaknya perhatian perlu difokuskan pada aspek bahwa Presiden sebagai pemegang otoritas, atau pihak yang membuat PP 37 itu telah mengisyaratkan perubahan atau revisi atas peraturan dimaksud. Hal ini mengisyaratkan bahwa selama produk hukum yang memiliki level sama, dalam hal ini sekelas PP belum dikeluarkan untuk merevisi atau merubah peraturan itu, tidak ada satu produk apapun yang dapat melemahkan daya berlakunya peraturan dimaksud. Karena di dalam perpektif hukum PP adalah kontrak maka ada sanctity of contract. Nah, agar terhindar dari jebakan (off side). Keinginan Presiden akan merevisi PP dimaksud mesti dilihat masih sebatas keinginan politik (political will), belum dapat dikatakan sebagai sebuah kaedah yang mengikat.

Bagaimana dengan edaran yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri yang isinya menunda pencairan tunjangan yang seharusnya dibayarkan sesuai PP 37 tersebut untuk sementara waktu? Buruk sangka bahwa telah terjadi off side, atau bahwa edaran seperti hanyalah sebuah opera politik memang harus dijauhkan sejauh-jauhnya.

Sebaiknya, dalam perspektif seperti yang telah dikemukakan di atas, edaran menteri dalam negeri ini haruslah dipandang memiliki derajat yang sama dengan sebuah himbauan ; ia tidak mempunyai kekuatan mengikat secara yudiris. Di sini berlaku prinsip hukum yang umum dipahami bahwa Mendagri tidak mempunyai hak sehingga Ia tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya. Sebab bila sebaliknya yang terjadi maka itu sama saja dengan kudeta terhadap sebuah kekuasaan yang sah, atau perampasan hak seperti dikemukakan Garotius di atas.

Lalu bagaimana solusi yang dapat ditawarkan di sini dalam rangka menghalau kebimbangan yang saat ini berkembang? Solusi yang paling efektif , efisien serta mendasar adalah kembali ke dalam perpektif bahwa kekuasaan bersikfat sakral, tidak dapat dirampas, dan selalu menjadi milik yang berhak. Persiden sendiri, sebagai pembuat aneka peraturan yang ada juga sudah hampir dapat dipastikan akan tetap pada pendiriannya, untuk selalu berpegang pada isi dan semangat dalam perspektif teruraikan di atas, siap menghadapai segala konsekuensi; sebagai isi dan semangat pengembang kekuasaan yang berharga diri.

Jaferson Kameo: dosen Fakultas Hukum UKSW Salatiga; memperoleh Sarjana Hukum ( 1992 ) dari FH-UKSW Salatiga; Masters of Law/LL.M (1988) dari The School of Law University of Aberdeen Scotlandia dan PhD ( 2005 ) dari The School of Law Faculty of Law and Financial Studies, University of Glasgow, Skotlandia.

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's