Salah satu keterpurukan bangsa Indonesia selama berabad-abad adalah kebodohan dan perpecahan, selama ratusan tahun dari generasi ke generasi tidak semakin pandai tapi semakin bodoh saja. Pendiri Negara Indonesia paham betul bahwa pendidikan adalah kunci utama eksistensi sebuah bangsa. Dengan pendidikan menghantarkan kejayaan sebuah bangsa untuk meraih cita-cita kemakmuran, keadilan, kesejahtaraan bersama. Maka tak heran bila mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab negara, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara RI.
Tapi kalau melihat praktik pendidikan sekarang ini, tak ubahnya seperti jaman feodal/penjajahan tempo dulu... yang boleh sekolah anak priyayi.. orang kebanyakan tak bolah!, sekarang yang bisa sekolah anak orang kaya/berduit yang tak punya uang salahmu sendiri mengapa jadi orang miskin, memang ada surat keterangan miskin dari RT/RW/Kelurahan tapi itu tidak menjadi jaminan pasti bahwa anak miskin yang cerdas bisa sekolah di sekolahan favorit/bermutu. sumbangannya saja bisa sampai jutaan. Uang sumbangan yang diperoleh sekolahan dari orang tua murid ini, seperti lelang saja. Siapa yang besar sumbangannya dia yang diterima, anehnya sekolahan yang merupakan istitusi negara (sekolah negeri) uang dari masyarakat ini tidak di setorkan ke Kas Daerah, mereka kelola sendiri... ya akibatnya yang namanya Komite Sekolah yang mestinya sebagai penengah antara kepentingan masyarakat dan institusi sekolah terseret lebih banyak ikut kepentingan sekolah, Komite Sekolah fungsinya tangan panjang saja. Orang tua murid perutnya mules merasakan sumbangan pendidikan yang jumlahnya sampai jutaan rupiah, Komite Sekolah tidak ikut mules merasakannya.
Apakah sekolah mesti harus mahal ?, ya tidak mesti begitu tinggal komitmen para petinggi negeri ini mensiasatinya dan melaksanakan penuh konsekuen untuk mencerdaskan bangsa. Kalau pola pendidikan di Indonesia seperti ini terus, diserahkan ke pasar bebas kita akan terpuruk sebagai bangsa. Anak-anak yang cerdas tak bisa sekolah, yang cerdas dan mampu menamatkan pendidikannya,... ya akhirnya sebagai bangsa kelas 2 yang tidak mampu mengangkat dirinya sendiri..... tergantung terus dibawah ketiak bangsa lain karena kebodohannya... !!
Pak Wi, Perum Domas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar