MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

31 Januari 2008

Kami Tidak Bedakan Pasien



Dirut RS Paru Ario Wirawan, dr.Herry Budhi Waluya,MM:

Kami Tidak Bedakan Pasien


Perjuangan tanpa kenal lelah dan jalan berliku dalam meraih prestasi mewarnai langkah Direktur Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, dr. Herry Budhi Waluya, M.M. dalam mengembangkan rumah sakit yang dipimpinnya itu. Jerih payah itu pun menuai hasil, karena saat ini, RSP dr. Ario Wirawan berhasil menjadi rumah sakit yang terpercaya dan menjadi barometer serta rujukan pasien penyakit paru di Jawa Tengah.

”Sebagai direktur, saya berusaha meningkatkan status rumah sakit dengan cara memperbaiki sarana dan prasarana serta penambahan sumber daya manusia (SDM),” tutur dokter yang mengawali karirnya sebagai dokter Puskesmas Gabus grobogan Purwodadi itu. Dengan berbagai upaya negosiasi, RS Paru ini akhirnya mendapat tambahan lima dokter spesialis. Di bawah kepemimpinannya pula, rumah sakit yang sebelumnya bernama RS Tubercolusa Paru (RSTP) Ngawen ini mengalami peningkatan status menjadi eselon 2B atau setara dengan rumah sakit umum kelas B non pendidikan. Peningkatan status ini ditetapkan dengan SK No. 190/2004. SK tersebut sekaligus menetapkan nama baru rumah sakit, yaitu RS Paru dr. Ario Wirawan.

“Adanya UU BUMN yang meniadakan perjan dan PP No. 23/2005 yang mengamanatkan sistem PPK BLU (Badan Layanan Umum), memberikan keuntungan bagi manajemen dan operasional RS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” paparnya. Semula, dari 26 RS di bawah Departemen Kesehatan, 13 diantaranya, yang semula perjan, secara otomatis berubah menjadi BLU. Sedangkan 13 RS lainnya, termasuk RS Paru dr. Ario Wirawan, sedang dalam proses menuju BLU. Namun, dengan penetapan RSP dr Ario Wirawan sebagai BLU pada 21 Juni 2007 lalu, berarti jumlah RS yang masih dalam proses menuju BLU berkurang satu.

”Untuk menjadi BLU, tim rumah sakit menyusun persyaratan mulai renstra (rencana strategis), SPM (Standart Pelayanan Minimal) rumah sakit, sampai menyusun kesehatan dan kinerja rumah sakit,” ungkapnya. Jadi, untuk menjadi BLU, bukan omset saja yang dipertimbangkan. Selain itu, rumah sakit ini juga selalu mengadakan pertemuan dengan 13 RSP lain yang belum menjadi BLU. BPKP pun diundang untuk melakukan audit internal. Dari hasil audit BPKP, RSP dr. Ario Wirawan dinyatakan layak menjadi BLU. Dengan menyandang BLU, maka RS Paru dr. Ario Wirawan memiliki kewenangan untuk mengelola RS sendiri, sehingga lebih efisien, fleksibel, dan transparan. Meskipun demikian. pengelolaan tetap harus sesuai dengan rencana anggaran yang setiap saat akan diaudit oleh tim audit eksternal.

Sebagai rumah sakit yang khusus melayani pasien penyakit paru-paru, aset RS Paru ini tidak begitu besar. Tetapi, pendapatan dari tahun ke tahun meningkat cukup signifikan. Pada tahun 2006, pendapatan rumah sakit ini mencapai 9,6 milyar rupiah. Sedangkan akhir bulan November 2007, pendapatan sudah mencapai 11,3 milyar rupiah. Padahal, ” Ketika saya diangkat menjadi direktur pada tahun 2001, pendapatan rumah sakit ini baru 1,5 milyar rupiah,” kata dr. Herry. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan, terbentuklah kepercayaan masyarakat dan secara otomatis pendapatan RS pun bertambah seiring bertambahnya kunjungan pasien.

”Selain itu, adanya askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin), juga sangat mempengaruhi pendapatan rumah sakit,” ungkap peserta pendidikan doktoral di UGM ini. Ini tampak dari data tahun 2006. Pada tahun 2006, 70 persen pasien yang datang adalah pasien askeskin. Pada tahun yang sama, pendapatan rumah sakit sekitar 9,6 milyar rupiah. Indikasi ini tak lepas dari pelayanan rumah sakit yang tidak membedakan pasien askeskin dengan pasien kelas tiga reguler.

Status BLU merupakan motivasi bagi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Pasalnya, tujuan utama BLU adalah menciptakan pelayanan masyarakat berkualitas dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit yang didukung 6 dokter spesialis, 15 dokter umum dan 5 dokter jaga, serta 4 perawat lulusan S1 di antara 110 perawat, ini pun sibuk berbenah diri. Di antaranya, memindahkan IGD (instalasi gawat darurat) ke bagian depan rumah sakit. Rumah sakit juga berupaya menambah dokter spesialis karena dokter anak dan dokter patologi untuk laboratorium, saat ini, masing kosong. Sedangkan SDM yang lain, saat ini dirasakan sudah cukup.

Dalam hal sarana dan prasarana, RSP akan menambah peralatan yabg berhubungan dengan keperluan rumah sakit, seperti alat fluruscopy yang dipergunakan untuk mendeteksi penyakit pasien. Penambahan peralatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan unggulan yang selama ini sudah ada. Layanan unggulan yang sudah ada adalah poly oncology, poly asma, dan poly paru anak. Sedangkan layanan yang menjadiunggulan adalah layanan rehabilitasi medik paru, USG, dan radiologi. Selain itu RS Paru merupakan satu-satunyarumah sakit paru yang mempunyai CT Scan di Jawa Tengah. (kst)

Mengenali telur nyamuk bervirus



Di tahun 2007 terdapat kasus yang cukup mengagetkan Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Pada penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kota Salatiga, ditemukan adanya telur nyamuk yang sudah mengidap virus demam berdarah.

Ditemui baru-baru ini dr. Erritrina Whisma didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga dr. Suryaningsih memaparkan seputar temuan yang belum dipublikasikan tersebut secara procedural.

“Benar saat ini terdapat penemuan yang mengejutkan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, bahwa BBPVRP Kota Salatiga di tahun ini mendapati adanya telur nyamuk yang sudah mengandung atau sudag terjangkiti virus demam berdarah” papar Erritrina yang dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan.

Daerah yang diteliti saat pada waktu itu adalah Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan tersebut di tahun 2007 ini memiliki kasus penderita demam berdarah yang paling tinggi di Kota Salatiga.

“Kasus demam berdarah Kota Salatiga tahun 2007 cukup tingi bahkan bisa dikatakan terjadi ledakan. Di tahun 2006 kasus demam berdarah hanya diterdapat penderita sebanyak 57 kasus, sedangkan tahun 2007 meningkat drastic menjadi 157 kasus” terang Kepala Dinas Kesehatan.

Dengan adanya telur nyamuk yang sudah terjangkiti virus demam berdarah tentunya berbeda dengan persebaran penyakit tersebut yang terjadi sebelumnya. Wajarnya penyakit ini disebarkan oleh nyamuk dewasa yang menggigit penderita demam berdarah kemudian menggigit orang lain, dari peristiwa tersebut nyamuk menularkan virusnya. “Dulu nyamuk demam berdarah hanya bisa menularkan dari penderita satu ke calon penderita yang lain. Dalam artian kasus tersebut hanya bisa ditularkan oleh nyamuk dewasa. Namun sekarang berbeda. Karena telur nyamuk ada yang mengandung virus maka setelah nantinya telur nyamuk menetas dan dewasa dia bisa langsung menularkan virus DB. Jadi tanpa harus menggigit penderita penyakit DB dia sudah mampu menjadi penyebab penderita DM karena gigitannya tadi” jelas Erritrina.

Selama ini foging (penyemprotan nyamuk dan sarangnya dengan asap dicampur pestisida khusus) telah dilaksanakan, namun masih terdapat kasus penderita DB. Hal tersebut dikarenakan nyamuk bisa pergi ke tempat lain selama ada foging di daerahnya, dengan begitu kepindahan tersebut akan mengakibatkan pergantian wilayah penderita DB.

“Seharusnya nyamuk bisa mati terhadap semprotan asap yang diberi pestisida tersebut. Perlu diketahui bahwa pestisida jenis ini tidak berbahaya bagi manusia karena pestisida ini khusus dan hanya mampu membunuh nyamuk. Namun dalam kasus saat ini, selain nyamuk bisa kabur saat terjadi penyemprotan asap, mereka ternyata juga ada yang sudah kebal. Jadi meskipun sudah terkena semprotan mereka mampu bertahan hidup dan tetap bisa menularkan penyakit” ungkap Erritrina.


“Maka harapan dari Dinas Kesehatan adalah masyarakat tidak hanya menunggu dilakukannya foging di tempat mereka tinggal, namun seyogyanya masyarakat ikut aktif berperan serta di dalam pemberantasan sarang nyamuk” pinta Kepala Dinas.

Nyamuk penyebar virus Demam Berdarah adalah nyamuk elit atau rumahan. Bisa dikatakan begitu karena nyamuk ini hanya mau bertelur di genangan air yang bersih. Jika di tempat yang airnya lancar ataupun kotor di enggan bertelur. “Nyamuk penyebab penularan Demam Berdarah jenisnya adalah nyamuk aedes aegypty. Dia hanya mau hidup di tempat yang bersih seperti di rumah. Anehnya juga dia hanya mau bertelur di tempat yang airnya bersih. Jika di comberan atau di tempat-tempat sampah yang ada genangan air dia tadak mau bertelur” jelas Erritrina.

“Nyamuk aedes aegypti adalah nyamuk istimewa karena pola hidup dan reproduksinya berbeda dengan nyamuk biasa. Kalau nyamuk biasa bisa bertelur dimana ada genangan air sedangkan nyamuk ini tidak. Jika air tesebut bersinggungan langsung dengan tanah dia tidak mau bertelu di sana. Terhadap bau dia juga tidak suka, maka comberan bukanlah tempat mereka” tambah dr. Suryaningsih.

Nyamuk penyebar DB dapat diketahui dengan pola makannya, biasanya mereka mencari menggigit manusia pada pagi hari antara pukul 10.00 sampai pukul 12.00. sedangkan pada sore hari mereka menggigit pada pukul 13.00-16.00.

“Solusi yang tepat adalah memotong mata rantai perkembangbiakan nyamuk tersebut. Telur nyamuk ini menetas antara 7-10 hari. Maka kita harus menguras bak kamar mandi dan tempat-tempat air berseih yang tergenang di rumah kita minimal 1 minggu sekali. Jika kita rajin melakukannya dalam kurun waktu tersebut perkembangbiakan nyamuk akan terhambat. Dari pada menunggu foging lebih baik kita cegah sejak dini” ajak Erritrina.

“Foging hanya dilakukan jika terjadi kasus penderita di daerah tersebut, apakah kita membiarkan diri kita terkena DB baru difoging. Sikap yang kongkrit adalah program menguras, mengubur dan menutup sarang nyamuk. Melalui peran Dasa Wisma dan PKK program ini dapat berjalan. Program Jum’at bersih dan kerja bakti juga sangat besar manfaatnya bagi pencegahan penyakit DB ini” tambah Kepala Dinas.

Sedangkan di tempat lain yaitu BBPVRP, Dra. Widiarti, M. Kes sebagai Peneliti Madya yang telah diberi wewenang Kepala BBPVRP DR. Damar Tribuewono, MS yang juga Peneliti Madya memantapkan bahwa tanpa peran serta masyarakat, masyarakat tidak akan bebas dari Demam Berdarah.

“Anggapan masyarakat selama ini DB setelah demamnya menurun sudah aman dan akan sembuh, padahal ketika suhu turun itu adalah saat-saat yang kritis. Oleh karena itu jika terkena harus segera ke dokter. Tambah satu lagi, jangan pindah-pindah dokter karena jika pindah dokter akan memulai pendeteksian dari awal, karena dokter tidak tahu riwayat penyakit penderita sebenarnya” nasehat Widiarti.

“Peristiwa sudah tekandungnya virus dalam telur nyamuk disebut trans ovarial, karena nyamuk dewasa menularkan virus kepada telur yang akan di keluarkan. Dengan begitu setelah nyamuk dewasa dia dapat menjadikan orang sebagai penderita DB langsung tanpa harus menggigit penderita sebelumnya” tambah Widiarti.

Venomena tersebut ternyata tidak baru, sebab di luar negeri sudah pernah ditemukan penlaran virus dari induk nyamuk kepada telurnya. “Yang baru di Indonesia adalah kita mendapatkan langsung kasus dari masyarakat (lapangan), sedangkan di luar negeri adalah melalui penelitian terhadap nyamuk yang disengaja diberi virus. Mereka akhirnya menemukan bahwa nyamuk dengan virus DB telurnya juga bisa terkena viris” ungkap peneliti berjenjang eselon II ini.

“Di Kelurahan Kutowinagun telah ditemukan du tempat yang positif telur nyamuk mengandung virus DB. Kebetulan saya sendiri yang meneliti kasus ini. Setelah menetas virus membutuhkan waktu untuk berkembang, baru bisa menularkan. Ternyata dari hasil penelitian saya virus tersebut positif setelah sepuluh hari telur nyamuk menetas” papar Widiarti.

“Di Indonesia daerah lain yang saya dapati kasus serupa adalah di Karanganyar dengan 25 kasus (ini yang terbanyak), selain itu didapati pula di Tegal, Pati, Purwodadi, Kendal dan yang berbahaya adalah yang ditemukan di Semarang. Di kota ini nyamuk jenis lain (aedes albopictus) bisa menularkan virus DB” ungkap Widiarti.

“Yang perlu saya sarankan adalah program PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dilaksanakan betul-betul. Dan perlu saya tekankan dalam menguras bak mandi dan yang lain diusahakan disikat dan disiram dengan air panas. Sebab kalau telur nyamuk tersebut tidak rusak, masih dapat menetas. Yang perlu diperhatikan lagi adalah telur nyamuk jenis ini mampu bertahan di tempat yang kering selama enam bulan” tambah Widiarti.

"Nyamuk jenis ini tidak suka terhadap sinar matahari, hidupnya di rumah, utamanya ditempat-tempat gelap seperti kolong, alamari juga menempel di baju kotor berwarna gelap. Maka seharusnya foging dilakukan di dalam rumah jika yang ditargetkan adalah jenis aedes aegepti" tekan Penaliti yang rajin ini. (lux)

27 Januari 2008

Di tahun 2007 terdapat kasus yang cukup mengagetkan Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Pada penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kota Salatiga, ditemukan adanya telur nyamuk yang sudah mengidap virus demam berdarah.

Ditemui baru-baru ini dr. Erritrina Whisma didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga dr. Suryaningsih memaparkan seputar temuan yang belum dipublikasikan tersebut secara procedural.

“Benar saat ini terdapat penemuan yang mengejutkan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, bahwa BBPVRP Kota Salatiga di tahun ini mendapati adanya telur nyamuk yang sudah mengandung atau sudag terjangkiti virus demam berdarah” papar Erritrina yang dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan.

Daerah yang diteliti saat pada waktu itu adalah Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan tersebut di tahun 2007 ini memiliki kasus penderita demam berdarah yang paling tinggi di Kota Salatiga.

“Kasus demam berdarah Kota Salatiga tahun 2007 cukup tingi bahkan bisa dikatakan terjadi ledakan. Di tahun 2006 kasus demam berdarah hanya diterdapat penderita sebanyak 57 kasus, sedangkan tahun 2007 meningkat drastic menjadi 157 kasus” terang Kepala Dinas Kesehatan.

Dengan adanya telur nyamuk yang sudah terjangkiti virus demam berdarah tentunya berbeda dengan persebaran penyakit tersebut yang terjadi sebelumnya. Wajarnya penyakit ini disebarkan oleh nyamuk dewasa yang menggigit penderita demam berdarah kemudian menggigit orang lain, dari peristiwa tersebut nyamuk menularkan virusnya. “Dulu nyamuk demam berdarah hanya bisa menularkan dari penderita satu ke calon penderita yang lain. Dalam artian kasus tersebut hanya bisa ditularkan oleh nyamuk dewasa. Namun sekarang berbeda. Karena telur nyamuk ada yang mengandung virus maka setelah nantinya telur nyamuk menetas dan dewasa dia bisa langsung menularkan virus DB. Jadi tanpa harus menggigit penderita penyakit DB dia sudah mampu menjadi penyebab penderita DM karena gigitannya tadi” jelas Erritrina.

Selama ini foging (penyemprotan nyamuk dan sarangnya dengan asap dicampur pestisida khusus) telah dilaksanakan, namun masih terdapat kasus penderita DB. Hal tersebut dikarenakan nyamuk bisa pergi ke tempat lain selama ada foging di daerahnya, dengan begitu kepindahan tersebut akan mengakibatkan pergantian wilayah penderita DB.

“Seharusnya nyamuk bisa mati terhadap semprotan asap yang diberi pestisida tersebut. Perlu diketahui bahwa pestisida jenis ini tidak berbahaya bagi manusia karena pestisida ini khusus dan hanya mampu membunuh nyamuk. Namun dalam kasus saat ini, selain nyamuk bisa kabur saat terjadi penyemprotan asap, mereka ternyata juga ada yang sudah kebal. Jadi meskipun sudah terkena semprotan mereka mampu bertahan hidup dan tetap bisa menularkan penyakit” ungkap Erritrina.

“Maka harapan dari Dinas Kesehatan adalah masyarakat tidak hanya menunggu dilakukannya foging di tempat mereka tinggal, namun seyogyanya masyarakat ikut aktif berperan serta di dalam pemberantasan sarang nyamuk” pinta Kepala Dinas.

Nyamuk penyebar virus Demam Berdarah adalah nyamuk elit atau rumahan. Bisa dikatakan begitu karena nyamuk ini hanya mau bertelur di genangan air yang bersih. Jika di tempat yang airnya lancar ataupun kotor di enggan bertelur. “Nyamuk penyebab penularan Demam Berdarah jenisnya adalah nyamuk aedes aegypty. Dia hanya mau hidup di tempat yang bersih seperti di rumah. Anehnya juga dia hanya mau bertelur di tempat yang airnya bersih. Jika di comberan atau di tempat-tempat sampah yang ada genangan air dia tadak mau bertelur” jelas Erritrina.

“Nyamuk aedes aegypti adalah nyamuk istimewa karena pola hidup dan reproduksinya berbeda dengan nyamuk biasa. Kalau nyamuk biasa bisa bertelur dimana ada genangan air sedangkan nyamuk ini tidak. Jika air tesebut bersinggungan langsung dengan tanah dia tidak mau bertelu di sana. Terhadap bau dia juga tidak suka, maka comberan bukanlah tempat mereka” tambah dr. Suryaningsih.

Nyamuk penyebar DB dapat diketahui dengan pola makannya, biasanya mereka mencari menggigit manusia pada pagi hari antara pukul 10.00 sampai pukul 12.00. sedangkan pada sore hari mereka menggigit pada pukul 13.00-16.00.

“Solusi yang tepat adalah memotong mata rantai perkembangbiakan nyamuk tersebut. Telur nyamuk ini menetas antara 7-10 hari. Maka kita harus menguras bak kamar mandi dan tempat-tempat air berseih yang tergenang di rumah kita minimal 1 minggu sekali. Jika kita rajin melakukannya dalam kurun waktu tersebut perkembangbiakan nyamuk akan terhambat. Dari pada menunggu foging lebih baik kita cegah sejak dini” ajak Erritrina.

“Foging hanya dilakukan jika terjadi kasus penderita di daerah tersebut, apakah kita membiarkan diri kita terkena DB baru difoging. Sikap yang kongkrit adalah program menguras, mengubur dan menutup sarang nyamuk. Melalui peran Dasa Wisma dan PKK program ini dapat berjalan. Program Jum’at bersih dan kerja bakti juga sangat besar manfaatnya bagi pencegahan penyakit DB ini” tambah Kepala Dinas.

Sedangkan di tempat lain yaitu BBPVRP, Dra. Widiarti, M. Kes sebagai Peneliti Madya yang telah diberi wewenang Kepala BBPVRP DR. Damar Tribuewono, MS yang juga Peneliti Madya memantapkan bahwa tanpa peran serta masyarakat, masyarakat tidak akan bebas dari Demam Berdarah.

“Anggapan masyarakat selama ini DB setelah demamnya menurun sudah aman dan akan sembuh, padahal ketika suhu turun itu adalah saat-saat yang kritis. Oleh karena itu jika terkena harus segera ke dokter. Tambah satu lagi, jangan pindah-pindah dokter karena jika pindah dokter akan memulai pendeteksian dari awal, karena dokter tidak tahu riwayat penyakit penderita sebenarnya” nasehat Widiarti.

“Peristiwa sudah tekandungnya virus dalam telur nyamuk disebut trans ovarial, karena nyamuk dewasa menularkan virus kepada telur yang akan di keluarkan. Dengan begitu setelah nyamuk dewasa dia dapat menjadikan orang sebagai penderita DB langsung tanpa harus menggigit penderita sebelumnya” tambah Widiarti.

Venomena tersebut ternyata tidak baru, sebab di luar negeri sudah pernah ditemukan penlaran virus dari induk nyamuk kepada telurnya. “Yang baru di Indonesia adalah kita mendapatkan langsung kasus dari masyarakat (lapangan), sedangkan di luar negeri adalah melalui penelitian terhadap nyamuk yang disengaja diberi virus. Mereka akhirnya menemukan bahwa nyamuk dengan virus DB telurnya juga bisa terkena viris” ungkap peneliti berjenjang eselon II ini.

“Di Kelurahan Kutowinagun telah ditemukan du tempat yang positif telur nyamuk mengandung virus DB. Kebetulan saya sendiri yang meneliti kasus ini. Setelah menetas virus membutuhkan waktu untuk berkembang, baru bisa menularkan. Ternyata dari hasil penelitian saya virus tersebut positif setelah sepuluh hari telur nyamuk menetas” papar Widiarti.

“Di Indonesia daerah lain yang saya dapati kasus serupa adalah di Karanganyar dengan 25 kasus (ini yang terbanyak), selain itu didapati pula di Tegal, Pati, Purwodadi, Kendal dan yang berbahaya adalah yang ditemukan di Semarang. Di kota ini nyamuk jenis lain (aedes albopictus) bisa menularkan virus DB” ungkap Widiarti.

“Yang perlu saya sarankan adalah program PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dilaksanakan betul-betul. Dan perlu saya tekankan dalam menguras bak mandi dan yang lain diusahakan disikat dan disiram dengan air panas. Sebab kalau telur nyamuk tersebut tidak rusak, masih dapat menetas. Yang perlu diperhatikan lagi adalah telur nyamuk jenis ini mampu bertahan di tempat yang kering selama enam bulan” tambah Widiarti.

"Nyamuk jenis ini tidak suka terhadap sinar matahari, hidupnya di rumah, utamanya ditempat-tempat gelap seperti kolong

“Nyamuk jenis ini tidak suka terhadap sinar matahari, hidupnya di rumah, utamanya di tempat-tempat gelap seperti kolong, almari juga menempel di baju kotor berwarna gelap. Maka seharusnya foging dilakukan di dalam rumah jika yang ditargetkan adalah jenis aedes aegypti” tekan Peneliti yang rajin ini.(lux)

Salatiga Punya Hati Beriman

hati-beriman.blogspot.com adalah sebuah blog yang dibangun pada awal tahun 2008 dari majalah hati beriman, yaitu sebuah majalah yang diterbitkan oleh Kantor Inkom Pemerintah Kota Salatiga.

Majalah ini memuat berbagai kegiatan yang berlangsung di wilayah Kota Salatiga, mulai dari bidang Pemerintahan sampai hal-hal kecil yang terjadi di seputar Kota Hati Beriman ini.

Blog ini dimaksudkan agar dapat dinikmati siapa saja untuk mencari informasi ataupun berita secara online, dimana saja dan kapan saja. Para pembaca juga dapat menyatakan opini, kritik, dan saran melalui blog ini. Bagi rekan - rekan yang ingin memberikan kritik dan saran seputar blog ini, baik sisi desain, berita, gambar, dll dapat dikirimkan ke hatiberiman@gmail.com. Karena kami menyadari bahwa blog ini masih mempunyai beberapa kekurangan, terutama dalam hal desain, karena untuk sementara ini kami lebih mengutamakan konten atau isi berita terlebih dahulu.

Semoga berita ataupun wacana yang sudah kami muat di blog ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan demi kemajuan kota Salatiga tercinta. Mari kita wujudkan E-Gov di kota Salatiga ini.( LCD )

23 Januari 2008

Mengabdi Dengan Prestasi

Anak Buruh Bangunan yang Juara Pencak Silat

Indra Aremamora, siswa SMP Al Hijrah Kalibening Salatiga, baru-baru ini, mengukir prestasi sebagai Juara I Pekan Olah Raga Daerah (Popda) Tingkat Jawa Tengah. Siswa kelas tiga ini memenangi cabang olah raga pencak silat dan berhak memperoleh medali emas dan surat penghargaan.

Gelar ini bukanlah satu-satunya gelar yang dicapai Indra pada tahun ini. ”Pada 7 September 2007 lalu, saya juga berhasil menjadi Juara II Pekan Olah Raga dan Seni Pondok Pesantren Daerah Tingkat Jawa Tengah,” ungkapnya dengan nada rendah hati. Didampingi pengurus pencak silat dari aliran Merpati Putih, yaitu Suhendro, Zaenal, Ratna, dan Titis, Indra mengungkapkan, keberhasilan ini bukanlah sesuatu yang instan. Indra mulai mengikuti latihan pencak silat ini sejak usia 13 tahun. Saat itu, dia masih duduk di Kelas I SMP Al Hijrah Kalibening. Latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu dengan bersama pelatihnya, Zaenal dan Sukirman. Latihan terdiri atas gerakan fisik (60 %) dan pernafasan (40 %).

Untuk menghadapi Popda Jateng yang lalu, siswa SMP yang bertinggi badan 160 cm dan berat 50 kilogram ini selalu berlatih secara rutin. Dia juga berusaha menjaga kondisi fisiknya supaya fit saat menghadapi pertandingan. Pasalnya, sebelum mengikuti Popda, atlit yang tinggal di Jalan Tritis Asri Nomor 1 RT 2/RW I Klumpit, Salatiga ini harus mengikuti seleksi yang cukup berat di tingkat Kota Salatiga dan Karesidenan Semarang.

Lolos dari tingkat karesidenan, Indra pun berangkat ke Semarang bersama dua belas atlit lainnya. Mereka adalah atlet untuk cabang olahraga tenis lapangan, tenis meja, panahan, atletik, dan renang. Meskipun hanya dilepas pegawai Diknas saat berangkat dan tidak didampingi selama lomba berlangsung, mereka tetap bertanding dengan penuh semangat untuk membawa nama harum Kota Salatiga. Namun, dari 13 atlet itu, hanya Indra yang mampu menyumbang medali emas untuk Kota Salatiga.

Meskipun sudah menasbihkan diri sebagai pesilat terbaik di Jawa Tengah, siswa pendiam dan berkulit putih ini tetap giat berlatih setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu di halaman Kantor Perhutani Biro Perencanaan Jateng, Jalan Yos Sudarso, Salatiga, untuk meningkatkan prestasinya. Prestasi ini juga tidak membuat Indra lengah akan pendidikannya. Anak yang memang berasal dari keluarga kurang mampu ini berharap dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya meskipun orang tuanya seorang buruh bangunan. Kakak dengan dua adik ini berharap, setelah lulus SMP nanti, ada donatur yang bersedia membantu pendidikannya sampai jenjang SLTA.

Sementara itu, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) cabang Salatiga mengharapkan bantuan Pemkot berupa sarana pelatihan atlit, seperti matras dan body protektor agar tidak ada peserta latihan yang mengalami cedera fatal.

Sebelum mengikuti Popda Tingkat Jateng yang berlangsung pada 19-21 November 2007, para atlet diundang oleh Kantor Diknas Salatiga untuk mendapatkan satu stel kaos trainging, jaket, dan uang makan sejumlah Rp 60.000,00 sebagai uang saku selama 3 hari di Semarang.(kst)

Hanun Sakti Atmadja Juara karena Gigi

Hanun Sakti Atmadja meraih sukses dalam Lomba Gigi Sehat antartaman kanak-kanak se-Kota Salatiga, yang diselenggarakan baru-baru ini. Berkat ketelatenan orang tua dalam merawat giginya sejak masih bayi, siswa TK Besar Aisiyah Togaten Mangunsari ini berhasil keluar sebagai Juara II.

Hanun, putra pasangan Tambah dan Trihastuti ini memang tergolong rajin merawat gigi. Menurut pengakuan Tambah, meskipun, seorang anak laki-laki, Hanun tidak pernah mengabaikan kebersihan. Malah, Hanun sering mengajari teman-temannya bahwa bersih itu pangkal sehat. ”Karena itulah, Hanun selalu menjaga kebersihan giginya agar sehat,” ungkap Tambah, sang ayah.

Trihastuti pun mengiyakan. ”Hanun selalu menggosok giginya tiga kali sehari. Yaitu, pagi, sore ketika mandi, dan malam sebelum tidur,” ujarnya. Bahkan, anak usia lima tahun ini tidak merasa malas untuk selalu menggosok giginya setelah menyantap makanan manis. “Kata Hanun, makanan manis membuat gigi dan mulutnya terasa lengket,” kata Trihastuti.

Kebiasaan Hanun ini tidak muncul serta merta. Menurut Trihastuti, Hanun sudah dibiasakannya merawat gigi sejak bayi. ”Saat masih bayi dan giginya baru tumbuh, saya selalu membersihkan gigi Hanun dengan kapas lembut setiap habis minum ASI atau susu botol,” jelasnya. Kapas putih yang lembut itu dicelupkan dalam air hangat lalu diusapkan secara hati-hati pada gigi Hanun. Tujuannya, agar glukosa yang lengket di gigi dapat dihilangkan. Pasalnya, glukosa yang menempel pada gigi merupakan penyebab utama gigi sakit.

Ketika umurnya menginjak dua tahun, Hanun sudah dilatih untuk menyikat giginya sendiri. ”Supaya aman, Hanun berkumur dengan air putih yang matang dan hangat,” kata Trihastuti. Saat menyikat gigi, Hanun selalu didampingi ibu atau ayahnya agar cara menyikat giginya benar. Jadi, sejak kecil, putra guru SMAN 2 Salatiga ini sudah terbiasa dengan perawatan gigi.

Ketika sudah dapat berbicara, seperti anak lainnya, Hanun pernah membantah saat diminta menyikat giginya. ”Dia bilang, buat apa sikat gigi. Nanti juga kotor lagi,” kata Trihastuti disambut cengiran malu Hanun yang duduk di sebelahnya.

”Saya pun menjelaskan akibat jika Hanun tidak rajin sakit gigi, dengan menunjukkan contoh-contoh kasus,” kata Trihastuti. Misalnya, anak yang mengalami sakit gigi dan harus minum obat untuk mengatasi sakit giginya. Atau, anak-anak yang ompong karena giginya yang berlubang harus dicabut. Dengan melihat contoh-contoh ini, balita yang lucu itu pun menjadi bersemangat untuk selalu merawat giginya.

Untuk mendukung semangat anaknya, Tambah pun membelikan gambar-gambar gigi. Dengan gambar itu, Tambah dan Trihastuti memberikan penjelasan pada anaknya tentang gigi dan kesehatan gigi. Dasar anak cerdas, Hanun mampu menangkap berbagai penjelasan itu dengan mudah. ”Kami memberikan penjelasan kepada Hanun dengan bahasa yang sesederhana mungkin,” ungkap Tambah.

Selain itu, pasangan suami istri ini juga secara rutin memeriksakan gigi putera mereka ke dokter gigi. ”Setiap enam bulan sekali, Hanun menjalani pemeriksaan gigi ke dokter gigi langganan kami,” jelas Trihastuti. Selain untuk pemeriksaan gigi, kunjungan rutin ke dokter gigi ini juga untuk membiasakan Hanun agar tidak takut dengan dokter gigi dan berbagai peralatan perawatan gigi.

”Saking sudah terbiasa dengan dokter gigi, Hanun tidak segan menyakan berbagai hal tentang gigi kepada dokternya,” kata Tambah dengan bangga.

Rupanya, usaha Tambah dan Trihastuti membiasakan Hanun merawat gigi mulai menuai hasil. Dalam keseharian, Hanun menjadi rajin merawat gigi. Dalam lomba pun Hanun menjadi juara.

Lomba gigi sehat ini dimaksudkan untuk meningkatkan perawatan gigi pada balita yang penting untuk masa pertumbuhan. Dengan predikat Juara II, Hanun membawa pulang trophy dan piagam penghargaan yang diserahkan oleh Ketua PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH, M.Si yang sekaligus istri Walikota Salatiga dan anggota DPDR Kota Salatiga. (kst)

22 Januari 2008

Musik Keroncong Cermin Luhur Budaya Bangsa

Alunan keroncong dan stambul yang tergusur musik pop di Republik Indonesia kini dapat dinikmati sepanjang malam hingga dinihari di Johor, Malaysia. Itulah ironi di negeri kaya budaya, Republik Indonesia. (Kompas, 3/12). Di Indonesia, perhatian generasi muda terhadap kebudayaan lokal sangat minimal dan justru berkembang di negeri jiran. Apakah ini kesalahan generasi muda semata? Tentu saja tidak. Fenomena ini juga berawal dari kesalahan orang tua yang tidak mampu mendidik dan membina generasi mudanya.

Kalau orang tua, sebagai pengambil keputusan, sibuk mengurus perutnya sendiri, sibuk dengan acara perebutan kekuasaan, dan sibuk menganggap dirinya sebagai yang paling benar dalam setiap perdebatan, mereka tidak akan sempat memberi perhatian kepada seni budaya. Padahal, seni budaya merupakan cerminan dari ekspresi jiwa yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam, melewati batas ruang dan waktu. Seni budaya berpihak kepada nurani, budi pekerti, dan akal sehat. Jadi, tak mengherankan kalau di negeri jiran, yang tingkat kemakmurannya berlebih, dapat meresapi seni budaya keroncong itu dengan nikmat.

Sejak pukul 22.00 waktu Johor, Radio Johor Best 104 milik Pemerintah Negara Bagian mengudarakan musik keroncong secara khusus. Keroncong dan stambul Indonesia mengudara hingga pukul 02.00 waktu setempat tanpa boleh diselingi secuil pun iklan. Pemerintah setempat melalui Yayasan Warisan Johor (Johor Heritage Foundation) mendukung tumbuhnya kelompok seni keroncong dan gamelan di seluruh distrik di Johor. Hebatnya, siaran khusus keroncong dilaksanakan atas perintah Sultan Johor.

Seharusnya, indikasi ini menjadi sinyalemen bagi kita, Bangsa Indonesia, untuk melestarikan dan nguri-uri budaya sendiri. Kalau tidak, akan banyak budaya kita yang mungkin bernasib sama seperti kesenian Reog Ponorogo atau lagu Rasa Sayange yang diklaim Malaysia sebagai miliknya sebagai sarana promosi wisata.

Gamelan Jawa masuk Johor, untuk pertama kalinya, melalui Kerajaan Lingga, yaitu pada abad ke-18. Selanjutnya, imigran Jawa membawa berbagai seni budaya seperti kuda lumping, wayang orang, dan terakhir, yang kini sedang berkembang pesat di sana, adalah musik keroncong. Banyak lagu keroncong yang kini sudah tidak pernah terdengar di Indonesia, justru sering dimainkan di Johor. Salah satu kelompok keroncong yang baik berasal dari Distrik Batu Pahat yang dilatih oleh Edie Guntoro, seorang musisi keroncong asal Semarang, Jawa Tengah.

Perkembangan musik Indonesia di Malaysia tidak lepas dari misi budaya pascakonfrontasi. Sejak muhibah budaya pada tahun 1968 yang teru berlanjut hingga kini, berbagai kesenian Indonesia diadaptasi oleh masyarakat Malaysia. Sebagai contoh adalah lagu Rasa Sayange. Lagu ini, sejatinya, diajarkan oleh guru Indonesia yang dulu mengajar di sekolah-sekolah di Malaysia. Demikian pula musik angklung yang mulai dikenal masyarakan Malaysia pada tahun 1973 dan diserap sebagai budaya lokal di sana.

Dinamika gamelan dan musik keroncong di negeri jiran adalah ironi bagi kita di Indonesia Tengoklah sepinya gedung wayang di Indonesia yang tidak ada penontonnya. Tengok pula sepinya para pembina kebudayaan dalam menggagas lomba keroncong sampai ke tingkat nasional. Menyadari fakta yang seperti ini, jangan-jangan, kelak, kita harus ke Johor untuk sekadar menikmati keroncong dan gending Jawa.

Sejarah Musik Keroncong

Sejarah keroncong di Indonesia tidak terlepas dari kehadiran Kroncong Toegoe di Kampung Tugu, Plumpang, Semper, Jakarta Utara.Generasi muda kelompok ini dimotori oleh Andre Juan Michiels. Kehadiran musik ini berawal dari jatuhnya Malaka dari Portugis ke tangan Belanda pada tahun 1648. Orang-orang Portugis pada umumnya adalah tentara keturunan berkulit hitam yang berasal dari Bengali, Malabar, dan Goa. Mereka adalah tawanan Belanda dan dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta).

Sekitar tahun 1661, mereka dibebaskan, lalu bermukim di rawa-rawa sekitar Cilincing yang kemudia disebut Kampoeng Toegoe. Di kampung ini, kaum yang baru saja dibebaskan itu membangun komunitas dengan pekerjaan pokok bertani, berburu, dan mencari ikan. Di kala senggang, mereka mengisi waktunya dengan bermain musik. Dengan peralatan sederhana berupa alat musik petik mirip gitar kecil berdawai lima atau yang biasa disebut rajao, mereka bernyanyi dengan gembira. Alat ini kemudian dimainkan bersama biola, gitar, rebana, dan seruling. Musik ini banyak penggemar dan disukai orang dan terus berkembang dari namanya moresco hingga berubah nama menjadi keroncong pada awal abad ke-19. Ya, karena musiknya yang terdengar seperti berbunyi creng...crong...inilah musik ini dinamai keroncong.

Keroncong Progresif

Mengapa musik keroncong jarang dilirik anak muda sekarang? Apakah karena musiknya membuat kantuk bagi yang mendengarkan? Sebenarnya, tidak demikian. Tergantung kepada bagaimana kita menyikapinya. Yang jelas, musik keroncong jarang dilirik karena musik ini tidak dikembangkan, utamanya membuat keroncong berkembang secara progresif seperti Cong Rock-nya anak-anak Untag, Semarang, yang sampai sekarang masik eksis dalam menyuguhkan lagu-lagu Indonesia maupun barat dengan ritme cepat dan rancak. Mereka mampu membawakan lagu-lagu Deep Purple dan Nat King Cole tanpa masalah meskipun dalam irama keroncong nan rancak. Penyanyinya juga tidak perlu berdiri kaku seperti patung. Komunikasi dengan penonton pun tak harus formal, namun tetap santun, ramah, dan akrab. Memang, jiwa keroncong tidak meledak-ledak seperti musik rok. Intro dan coda bisa dibuat progresif, tetapi pokok komposisi tetap irama keroncong asli sehingga tidak keluar dari pakem. Ya, karena jiwa keroncong memang halus dan sabar. Meskipun demikian, keroncong juga membawa semangat cinta tanah air, optimisme, dan gairah hidup.

Gebyar Keroncong

Sejauh ini, yang masih eksis mengibarkan bendera keroncong adalah TVRI pada setiap Senin, pukul 21.30 WIB selepas Dunia Dalam Berita. Tokoh dan penggemar keroncong bisa dikatakan tumplek blek menikmati acara tersebut. Ajang lainnya adalah mailing list. Bagi penggemar keroncong di seluruh Indonesia yang ingin bergabung dengan komunitas penikmat keroncong dapat mendaftarkan diri dengan mengirimkan e-mail kosong ke keroncong-subscribe@yahoo.com. Perkembangan ini sangat menggembirakan karena pehobi dan penikmat keroncong ini membentuk komunitas yang terdiri atas anak-anak muda dari berbagai profesi.

Di Salatiga sendiri, sebagai upaya mengembangkan kecintaan kepada musik keroncong di kalangan generasi muda, pada 25 November 2007 lalu diselenggarakan Lomba Nyanyi Keroncong Pelajar se-Kota Salatiga. Sebagai juara pertama sampai keempat untuk kategori putri, berturut-turut adalah Glora Jayanti (SMPN 2 Salatiga), Anisa Yuma Pradita (SDN Sidorejo Lor 2, Salatiga), Rebeca Andari (SMPN 2 Salatiga), dan Grace Anggelina (SMAN 3 Salatiga). Sedangkan juara pertama hingga keampta untuk kategori putra, berturut-turut adalah M. Sukandi (SMK PGRI Salatiga), Ign. Paundra (SMP Stella Salatiga), Kristianto (SMK Pelita Salatiga), dan Andika (SMAN 3 Salatiga).

Yang belum turut mengibarkan dan nguri-uri budaya asli Indonesia adalah stasiun televisi swasta. Dari sekian banyaknya stasiin televisi swasta, belum ada satu pun yang memiliki program musik keroncong. Padahal, berbagai stasiun itu sudah menyiarkan musik dangdut dan pop lengkap dengan berbagai model lombanya. Jadi, jangan salahkan Malaysia jika mereka mengaku memiliki musik keroncong. Semua adalah salah kita sendiri yang tidak mampu mengembangkan dan menjaga aset budaya milik bangsa. Mungkin semua itu karena seni budaya telah tertutup oleh hingar bingar isu politik, hukum, dan ekonomi yang sedang melanda bangsa ini. Padahal, banyak sekali yang bisa kita perbuat melalui musik sehingga orang beranggapan musik sebagai pendidikan humanis, berpikir logis, cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati...creng..crong.... crong ....crong....


Pak Dhe Wi

Pengamat Seni

20 Januari 2008

Proses Ganti Rugi JLSS Terhambat Bukti



Pembangunan jalan lingkar selatan Salatiga (JLSS) yang sudah dimulai sejak tahun 2005 dan diproyeksikan selesai pada tahun 2011, sedikit demi sedikit, mengalami kemajuan. Tahun 2007 ini, pembebasan tanah dari Kelurahan Cebongan sampai. Kumpulrejo sudah terealisasi dengan baik.

Kepala Bagian Pemerintahan, Kusumo Adji, S.H., mengungkapkan hal itu kepada Hati Beriman. Dijelaskannya, pembebasan tanah dan bangunan telah dilakukan di empat kelurahan, yaitu Kelurahan Ceebongan, Randuacir, Kumpulrejo, dan Blotongan.

Berkaitan dengan pembebasan tanah dan bangunan itu, warga yang merelakan tanah dan bangunannya untuk pembangunan jalan, berhak atas ganti rugi yang besarnya bervariasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Besaran ganti rugi tersebut berkisar antara Rp 75.000,00 sampai dengan Rp 125.000,00. Selain tanah dan bangunan, berbagai tanaman yang berada di atas lahan pembebasan juga diperhitungkan. Dengan demikian, hak-hak warga yang terkena pembebasan lahan dapat dipenuhi secara wajar.

Realisasi ganti rugi tersebut berpedoman kepada NJOP (Nilai Jual Obeyek Pajak) yang tertera dalam pajak bumi bangunan ditambah harga umum. Hasil penjualan ini dibagi dua sebagai nilai penawaran yang sesuai dengan kesepakatan antara Pemkot dengan pemilik lahan. Dengan begini, nilai penawaran tidak jauh dari dari aturan yang berlaku.

JLSS yang dibangun untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Salatiga ini, sampai dengan tahun 2007, baru terselesaikan sejauh lima kilometer. Pada tahun 2008, Pemkot akan membebaskan tanah dan bangunan di wilayah Kecamatan Sidomukti sampai dengan Jalan Imam Bonjol. Pembebasan tanah kali ini akan memasuki wilayah Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Candran yang masing-masing sejauh 1,9 kilometer dan 2,6 kilometer. Total, sejauh 4,5 kilometer. Untuk pembebasan ini, anggaran yang dipatok adalah sekitar 11 milyar. Sumber dana adalah APBD Kota, APBD Provinsi, dan APBN.


Proses pembebasan tanah untuk JLSS memang dapat dikatakan tak menemui hambatan berarti. Hambatan mulai muncul dalam proses pemberian ganti rugi. Pasalnya, ada beberapa bukti kepemilikan tanah dan bangunan yang hilang. Warga pun berharap, tim yang melakukan kualifikasi data di kelurahan dapat segera menemukan bukti-bukti tersebut. Meskipun ada beberapa bukti kepemilikan warga hilang, beberapa warga sudah ada yang menerima ganti rugi secara wajar. Mereka yang sudah menerima ganti rugi merasa puas karena tanah, bangunan, tanaman, dan peternakan mereka dihargai secara pantas.

Tanggapan Warga yang Terkena Proyek

Pembebasan tanah untuk pembangunan jalan selalu menuai masalah terkait ganti rugi. Demikian halnya dengan pembangunan JLSS. Pada tahun 2005, terdapat perbedaan harga yang ditawarkan Pemkot Salatiga dengan harga yang diminta warga. Pemkot menawarkan Rp 100.000,00, sedangkan warga menghendaki Rp 125.000,00. Untunglah, perbedaan ini segera mencapai kesepakatan.

Bangunan permanen bertembok dihargai Rp 974.000,00 per meter persegi. Sementara, bangunan berdinding kayu sengon dihargai Rp 680.000,00 per meter persegi. Bangunan mushola dan Taman Kanak-Kanak Islam juga mendapatkan ganti rugi yang layak. Pemberian ganti rugi ini sudah dimulai tahun 2005.

Meskipun demikian, di balik ganti rugi itu masih ada keluhan warga. Pasalnya, sampai saat ini, jalan masuk ke rumah penduduk bagi warga yang menggunakan kendaraan tidak ada. Tentu saja, keadaan ini sangat merepotkan. Warga terpaksa membuat jembatan darurat dari bambu.

Selain itu, kualitas jalan lingkar yang dibangun pada tahun 2006 juga sangat memprihatinkan. Sebagian jalan sudah retak karena materialnya tidak padat. Sedangkan jalan lingkar yang dibangun pada tahun 2007 ini memiliki kualitas yang cukup baik.

Namun, warga Kota Salatiga tetap mendukung pembangunan JLSS. Pasalnya, hingga saat ini, jalan lingkar masih dianggap sebagai sarana yang tepat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas, mempercepat jasa angkutan, sekaligus meningkatkan perekonomian warga pedesaan.(kst)

Lagi, Putera Salatiga Berprestasi



Sangat membanggakan bila kita dapat menyaksikan generasi muda memiliki semangat untuk berprestasi. Setidaknya, ini merupakan gambaran progresif bagi masa depan bangsa dalam menghadapi dinamika dan tantangan jaman.

Prestasi Gemilang

Ketekunan, kesabaran, kerja keras, dan doa telah mengantar para pelajar Kota Salatiga untuk berprestasi. Hal ini tampak dari mereka yang berlaga di tingkat nasional maupun internasional. Indikasi ini menjadi bukti bahwa pelajar Salatiga pun memiliki potensi untuk berprestasi.

Sukses meraih prestasi gemilang di tingkat internasional kembali diraih oleh putera Salatiga. Asbai (21), alumnus SMK Negeri 2 Salatiga, berhak atas sertifikat Medallion for Excellent di kejuaraan teknik perkayuan tingkat dunia melalui ajang The 39 th World Skills Competition 2007. Kejuaraan ini digelar di Shizuoka, Jepang pada 14- 21 November 2007 lalu dan diikuti sekitar seribu pelajar dari 48 negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Sesuai keahliannya, Asbai mengikuti lomba untuk kategori cabinet making.

Di tengah persaingan ketat dalam ajang tersebut, putera pasangan Harsoyo-Sumini ini berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Sebagai duta bangsa yang mengharumkan Indonesia, Asbai sekaligus membuktikan bahwa kota kecil seperti Salatiga pun mampu mengantar putera daerahnya ke ajang yang bergengsi.

Walaupun hanya meraih Juara Harapan I (peringkat empat)—setelah dikalahkan oleh peserta dari Inggris, Jerman, dan Swiss—dalam lomba tersebut, Asbai sama sekali tak menyangka dapat mengambil bagian dalam lima besar terbaik. Pasalnya, dia menyadari persaingan dalam ajang itu sangat berat. Bahkan, saat registrasi lomba, dia sempat dipandang sebelah mata oleh peserta dari negara lain. Maklum, alat pertukangan yang dia bawa dari Tanah Air ternyata kalah canggih dan moderen dibandingkan peralatan peserta lain.

”Saya hanya membawa satu tas kecil peralatan. Kalau perlengkapan standar, sudah disediakan penyelenggara,” akunya. Rasa kurang percaya diri pun sempat menderanya. Namun, berkat dukungan semangat dan motivasi dari pembimbing dan pendampingnya, yaitu instruktur dari Pusat Industri Perkayuan (PIKA) Semarang, Drs. Among Subandi, dan Kepala Sekolah SMK Negeri 2, Drs. Reza Parlevi, kepercayaan diri pun terbangun kembali. Bahkan, kepercayaan diri menjadi kekuatan tersendiri untuk tetap optimis dan membuat karya yang terbaik.

Bagi Asbai, perjuangan mengikuti lomba ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi, standar penilaian tingkat dunia jauh lebih ketat, disiplin, dan teliti. Hal ini sangat dirasakan Asbai yang ketika itu membuat karya sebuah almari kecil yang biasa diletakkan di kamar hotel. Bayangkan, ketentuan waktu yang disediakan hanya 22 jam selama empat hari. Setiap tahapan pun ada batas waktunya. Sementara, peralatan yang digunakan secara bergantian harus sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah ditetapkan penyelenggara. Misalnya, ketika mendapat jatah menggunakan mesin amplas, peserta ternyata sedang melakukan pengeboran. Otomatis jatah menggunakan mesin amplas hilang. ”Kalau sudah begitu, peserta akan kehilangan poin,” jelasnya. Pasalnya, tingkat ketelitian, kecepatan, dan timing (waktu yang tepat) sangat menentukan penilaian.

Konsisten dengan Perkayuan

Berkat prestasinya dalam Worldskills Competition 2007 di Jepang ini, Asbai memiliki kesempatan lebar untuk bekerja di perusahaan-perusahaan kayu ternama di seluruh dunia. Pasalnya, sertifikat yang dimilikinya dapat menjadi referensi yang kuat bahwa Asbai memiliki kemampuan di bidang perkayuan dengan standar internasional. Selain itu, Depdiknas juga memberikan satu unit notebook serta beasiswa dengan jaminan masuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia tanpa tes.

Tentu saja, ini merupakan reward dari keberhasilan yang menjadi dambaan setiap orang. Namun, Asbai memiliki target sendiri. Kecintaannya sejak kecil pada perkayuan telah mendorongnya untuk terus mengeluti bidang ini melalui pengalaman dan pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, Asbai ingin mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan pendidikan perkayuan di Indonesia. “Saya ingin menjadi guru teknik dan mengajar anak bangsa agar memiliki ketrampilan teknik perkayuan,” ujarnya penuh semangat.

Konsistensi dan semangat dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya terhadap bidang perkayuan ini tampak dari prestasinya yang dirintis mulai tingkat karesidenan, provinsi, nasional, sampai taraf regional (ASEAN) bahkan taraf internasional. Kegigihannya dalam menyelesaikan setiap pertandingan pun tak diragukan. Buktinya, dia memutuskan menunda masuk perguruan tinggi di awal tahun ajaran baru 2007 lalu, demi mempersiapkan mental, fisik, pengetahuan, dan keterampilannya dalam menghadapi lomba di tingkat dunia. Menurut Asbai, kemantapan ini muncul karena adanya dukungan, bantuan, dan peranan berbagai pihak, yaitu pimpinan beserta seluruh guru dan karyawan SMK Negeri 2 Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PIKA Semarang, VEDC Malang, dan masyarakat luas yang turut memberikan doa restu.

Tetap Sederhana

Meskipun sudah menyabet peringkat empat dalam ajang bergengsi itu, Asbai tidak menjadi tinggi hati. Bahkan, saat mengungkapkan kebahagiaannya, Asbai hnya mengatakan, ”Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya. Semua ini terjadi berkat doa dan restu dari banyak pihak sehingga saya dapat mempersembahkan yang terbaik.” Di sela-sela waktu senggangnya pun, dia dengan senang hati bersedia berbagi pengetahuan dan pengalamannya dengan siapapun. Salah satunya, ketika Asbai berkolaborasi pengetahuan dengan para pengajar di SMK Negeri 2 Salatiga. Dengan kata lain, dia belajar untuk menjadi guru di tempatnya menuntut ilmu dulu.

Sambil belajar menjadi guru, saat ini, Asbai sedang disibukkan untuk menentukan satu dari dua pilihan demi masa depannya. Pilihan pertama adalah mempersiapkan diri masuk Perguruan Tinggi. Menurut rencana, dia akan mendaftar ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan mengambil jurusan Teknik Perkayuan. Pilihan kedua adalah melanjutkan studi D4 di Vocational Education Development Venter (VEDC), Malang.

Meskipun demikian, di balik kesibukannya merencanakan masa depan itu, Asbai masih menyimpan harapan yang dalam. Harapan terdalam bagi pengemar segala menu makanan ini adalah Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan agar di ajang berikutnya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

Mengakhiri pertemuan dengan Hati Beriman, Asbai mengungkapkan bahwa ilmu dan skillmerupakan modal dari keberhasilan. Oleh karena itu, sesuai dengan namanya yang bila diterjamahkan secara bebas berarti penuh, sambil tersenyum riang, Asbai mengatakan bahwa ilmu saya nanti benar- benar penuh. "(ind)

Jalan lingkar tingkatkan psikologi warga pinggiran




Kemacetan jalan raya di Kota Salatiga dimungkinkan tahun depan mulai berkurang. Fenomena tersebut disebabkan dalam perencanaan tahun 2008 jalan raya dari daerah Kecamatan Tingkir (sebelum terminal) tersebut sudah terhubung dengan Jl. Hasannudin Kecamatan Sidomukti.

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Salatiga dalam pembangunan jalan lingkar Salatiga ini bertindak sebagai unsur pelaksana. Bentangan aspal hot mix tersebut rencananya akan menhubungkan daerah selatan Salatiga yaitu mulai dari Tingkir menuju Salatiga bagian barat (wilayah Blotongan).

Ir. Saryono Kepala DPU menerangkan bahwa dinas yang dipimpinnya siap melaksanakan wewenangnya dalam menjalankan proyek tersebut. Sudah barang tentu pelaksanaannya akan bermitra dengan rekanan yang menang tender. “Kami sebagai unsur pelaksana proyek dalam hal ini untuk pekerjaan jalan lingkar tahap lanjutan akan melaksanakan pekerjaan rencananya samapai Jl. Hasanuddin Salatiga. Kurang lebih dana yang diperuntukkan dalam pengerjaan tersebut kurang lebih 49 miliar” tandas Saryono.

Namun sampai saat ini, DPU baru memperkirakan bulan April tahun 2008 ini pelaksanaan lelang baru (digelar) terlaksana. Hal tersebut dikarenakan dinas yang lekat dengan proyek Pemkot Salatiga ini masih menunggu perencanaan teknis dari Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Salatiga. “Bulan Maret 2008 nanti kami baru bisa menggelar lelang tender jalan lingkar tersebut. Ini terkait dengan proses perencanaan teknis yang dilaksanakan Bapeda belum sampai di dinas kami. Dengan keadaan tersebut bulan April pengerjaan fisik baru dapat dimulai”.

Jalan lingkar Salatiga adalah merupakan jalan yang dapat memperlancar laju lalulintas dari Semarang ke Solo atau sebaliknya. Dengan begitu, manfaat tidak hanya dapat dirasakan oleh warga Salatiga saja, namun juga masyarakat luas di Jawa Tengah. “Proyek pembuatan jalan lingkar tersebut bukanlah kepentingan Kota Salatiga saja tapi juga Provinsi Jawa Tengah. Nantinya setelah selesai dibangun jalan tersebut akan bermanfaat bagi lalulintas Jawa Tengah, tentunya meningkatkan laju ekonomi. Sedangkan bagi Salatiga ini berarti membuka lahan baru, artinya jalan tersebut mampu memecah keramaian kota serta membuka jalur transportasi yang mudah bagi daerah yang dilalui (daerah pinggiran yang dapat dikatakan tertinggal)” tambah Kepala Dinas berpenampilan kalem tersebut.

“Salatiga adalah kota kecil, sehingga di kota ini sektor ekonomi yang berkembang adalah bidang jasa dan perdagangan. Seharusnya jalan penghubung antara daerah-daerahnya memadai, hasilnya adalah dapat membangkitkan ekonomi di daerah yang selama ini tertinggal” tutur Saryono.

DPU mentargetkan tahun 2011 jalan dari Jalan Sukarno Hatta (Tingkir)- Jalan Fatmawati (Blotongan) sudah dapat dinikmati. Seperti yang sudah terlaksana di jl Sukarno Hatta, jalan tersebut dibuat empat lajur. “Seperti himbauan Walikota Salatiga John M Manoppo bahwa jalan lingkar ini harus selesai di tahun 2011. hingga tahun 2007 ini pekerjaan yang telah terselesaikan adalah pembangunan jalan sepanjang 2 Km dan 2 jembatan” tegasnya.

Di tahun 2008 ini proyek tersebut mendapatkan bantuan khusus dari APBN senilai 49,6 miliar khusus untuk pembangunan sampai jalan Hasanuddin, serta ditambah dana APBD I (2P0A) 2007 ditambah dari APBD sebesar 25%. Tembusan jalan tersebut diperkirakan melewati daerah Kumpulrejo dan terakhir di daerah kawasan Salaib Putih.

DPU optimis pembangunan jalan lingkar ini akan selesai dengan baik dan lancar. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman dalam pembangunan tahab pertama. Kendala yang dihadapi adalah permasalahan pembebasan lahan, jika semua selesai proses akan cepat berjalan.

DPU dalam kaitan dengan pembebasan tanah menghimbau kepada masyarakat yang tanahnya dilalui agar rela untuk diberi ganti rugi. “Harapan saya adalah, agar masyarakat menyambut proyek pembangunan jalan lingkar ini dengan baik. Sambutan tersebut adalah dengan merelakan tanah yang dilalui dengan ganti rugi yang telah disepakati dengan pemerintah. Ke depan masyarakat sendiri juga yang akan memetik hasilnya. Sebagai contoh transportasi mereka akan mudah” pinta Kepala DPU.

"Selain itu juga akan keramain di derah tersebut, pasar-pasar baru atau warung-warung tempat usaha tentunya akan menjamur, dengan begitu ekonomi masyarakat disana akan meningkat. Secara psikologis mereka juga akan terangkat, dahulu dikenal sebagai daerah pinggiran namun nantinya tidak akan ada lagi stigma serupa" tutup Saryono. (lux)

16 Januari 2008

Tetap Waspada

Kondisi alam Indonesia secara Nasional saat ini sedang dalam keprihatinan yang mendalam, banjir, tanah longsor dan bencana alam lain telah memenuhi lembaran berita dari hari ke hari di penghujung tahun 2007 sampai sekarang. Semua yang terjadi diluar batas kendali diri kita sebagai manusia, namun kita tidak berhenti untuk berharap agar cobaan bangsa ini dapat segera berlalu dengan terusmemohon perlindungan sang Maha Kuasa.

Kita yang sekarang tinggal di Kota Salatiga mungkin tidak begitu merasakan bencana ini, karena tekstur geografis kota ini berada pada tingkat dataran yang ideal, sehingga bebas dari banjir dan tanah longsor, namun kita tidak bisa tenang-tenang saja, sebab bencana tidak dapat diprediksikan dimana dan kapan akan terjadi. Kita harus tetap waspada terhadap kemungkinan bencana alam lain seperti angin kencang serta dampak pemanasan global yang merugikan bagi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

Untuk itu kita harus memulai gerakan moral sedini mungkin yang dimulai dari diri kita sendiri dengan mencintai alam sekitar, menjaga lingkungan, melakukan penghematan energi, bertindak bijak dalam pembangunan, dsb, sebab keselarasan yang tercipta antara alam dan manusia akan memberi harapan bagi indahnya kehidupan.

Anastasia wulan ndari
Grogol - Salatiga

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di musim penghujan ini cuaca sangat buruk. Hujan sering turun hampir seharian penuh, apa lagi waktu sore, hampir dipastikan sampai larut malam bahkan pagi. Sehingga sinar matahari jarang muncul di siang hari dan mengakibatkan kesulitan para ibu untuk menjemur pakain. Produksi rumah tangga yang membutuhkan panas matahari seperti krupuk pun kesusahan mengeringkan produksinya.

Angin kencang pun sering berhembus di Kota Salatiga ini. Ini perlu menjadi perhatian serius bagi pihak Pemkot, terutama Dinas Pengelolaan Hidup (DPLH) Kota Salatiga. Hal tersebut mengingat Kota Salatiga masih memiliki pohon-pohon besar yang berjajar di pinggir jalan, seperti dapat terlihat di Jl. Diponegoro, Jl Osamaliki, Jl.Veteran dan Jl. Hasanudin bahkan di jalan-jalan wilayah perumahan warga. Pohon-pohon yang rimbun tersebut sebenarnya menjadi pemandangan yang indah selain juga menjadi paruparu kota, namun perlu diwaspadai dengan datangnya cuaca yang kurang baik ini. Lihat saja ketika angin kencang berhembus, ranting-ranting pohon berserakan di tengah jalan. Mohon DPLH merapikan ranting-ranting pohon tersebut yang sekiranya dapat membahayakan pengguna jalan. Jangan sampai ranting yang jatuh atau bahkan pohon yang roboh menimpa orang atau kendaraan yang sedang melintas, seperti yang terjadi di kota-kota lain. Belum lagi jika ranting pohon tersebut menempel di kabel listrik (sutet) yang ada di sepanjang pinggir jalan. Sudah pasti ini dapat memadamkan listrik yang memakai jalur kabel tersebut. Peristiwa yang tidak diinginkan dapat mengganggu rumah tangga.

Saya berharap kepada DPLH dan PLN agar memperhatikan permasalahan ini lebih dari hari-hari biasanya. Dan terimakasih atas pengabdiannya terhadap warga Salatiga.

Titian, Canden Salatiga

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's