MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

30 Januari 2007

Salatiga Potensial Jadi Tujuan Wisata


Untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMA kota Salatiga mengadakan Talk Show dengan tema “Kiat Berwirausaha”. Acara digelar di Ruang pendopo STIE AMA pada tanggal 18 Juni 2007.

Hadir sebagai pembicara adalah Istio Adi direktur Jangkrik 85 Bali, salah satu pengusaha kaos dan karikatur. Sedang sebagai moderator Fauzi Arkhan (anggota KPU Kota Salatiga). “Dalam membangun dunia usaha untuk sukses orang harus balance antara orientasi dunia dan akhirat, manusia hanya berusaha sedang rizki adalah urusan tuhan” begitu petikan yang dilontarkan pemateri.

Acara ini dapat terselenggara berkat kerjasama Rio Diva Persada salah satu CV bergerak dalam jasa Tour travel dengan STIE AMA dan Jangkrik 85 Bali. Dalam acara tersebut juga diberikan beasiswa prestasi sebesar 1 juta rupiah kepada mahasiswa bernama Junaedi Bagus Haryanto. “Beasiswa ini merupakan komitmen kami pihak swasta kepada dunia pendidikan. Sector pendidikan bisa juga mendorong sector ekonomi dalam bidang study tour misalnya dan Salatiga sebenarnya sangat potensial menjadi tujuan wisata, khususnya wisata pendidikan. Kita punya UKSW universitas yang besar dan terkenal, STAIN Salatiga yang merupakan STAIN terbaik di Indonesia, STIE AMA, SLTP Alternatif Qoryah Thoyyibah Kalibening, Sekolah Internasional, Sekolah Teologi Sangkakala dan masih banyak lagi” jelas Purwadi (Ipung), direktur CV Rio Diva Persada yang berkantor di Jl. Imam Bonjol ini.

“Saya optimis Salatiga akan menjadi tujuan wisata teserbut, dan saya sedang merintis ke sana. Akan tetapi dukungan pemerintah kota juga sangat penting juga stake holdernya” tambah Ipung yang juga menjadi ketua Forum Silaturrahmi Insan Pariwisata Jogjakarta (FOSIPA).(lux)

Gedung Pekerja Seni

GEDUNG PEKERJA SENI

Isu mutakhir di kalangan pekerja seni Salatiga adalah bakal dibangunnya gedung kesenian oleh Pemerintah Kota. Tentu saja kalangan pekerja seni menyambut bungah tetapi juga ada rasa skeptis dengan rencana ini. Lantas apa pasalnya dan apa jalarannya?

Hal ini terkait dengan duplikasi masalah yang kerap terjadi dengan pembangunan gedung kesenian daerah dengan ketersediaan lahan yang ada. Sebab ada beberapa aset yang ada, diantaranya sudah berpindah tangan pada pihak ketiga. Yang tersisa bakal direncanakan untuk tujuan lain atau tidak representatif untuk sebuah ged

ung kesenian.

Bagi pekerja seni untuk sebuah gedung kesenian lokasi atau site amatlah menentukan. Site ibarat sebuah toko, dia harus punya wajah yang berkarakter agar gampang diidentifikasi guna membedakan dengan gedung lain. Aksesbilitas amatlah menentukan. Sebuah karya seni, baik itu bentuknya sebuah pameran, pagelaran atau seni pertunjukan lain, bila sudah di launch ke publik, dipamerkan, sudah dipagelarkan, menjadi sebuah komoditi. Kendatipun komoditi sebuah karya seni ini berbeda dengan komoditi lainnya.

Itu berarti, harus memeperhatikan prinsip-prinsip ekonomi yang harus memperhitungkan, price, product and promotion, agar produk yang dijualnya dapat dibeli, diserap publik dan juga diapresiasi. Bagaimana bisa terbeli. Bagaimana mau terbeli kalau gedungnya ngumpet di belakang gedung lain, seperti salah satu pilihan di Kridanggo.

Sejatinya yang dibutuhkan para pekerja seni adalah sebuah gedung kesenian yang kalau diformulasikan, adalah sebuah gedung yang cukup untuk penonton dengan kapasitas 200 orang. Simak saja rasio penonton pameran, pentas teater kisarannya 20 sampai 100. Gedung gampang diakses, gampang untuk belanja kebutuhan kesenian, gampang cari makan dan gampang untuk publikasi.

Diponegoro 10 atau gedung bekas RSPD yang dipakai untuk area parkir adalah temapat yang representatif. Tapi terpetik berita akan digunakan gedung Bank Daerah. Amatlah bijaksana kalau dibagi, gedung kesenian sepertiganya saja. Bukankah tanahnya luas? Yang kami butuhkan sebuah gedung untuk 100 orang, ada lighting, hang panel utuk pameran, 2 kamar untuk tamu, MCK, bisa ditingkat atau tidak. Ini berarti gedung yang efisien dalam pemeliharaan dan juga dapat untuk berbagai sekretariat bersama.

Bukan gedung yang kelewat besar, megah tapi miskin penonton. Bukankah kelompok-kelompok musik yang mengadakan tour, road show kini jarang menggunakan gedung, mereka lebih suka manggung di lapangan terbuka. Musik kamar sudah ada Resithal Hall milik FSP-UKSW, kontes-kontes sudah ada GPD.

Kami butuh gedung kesenian yang low cost dalam pemeliharaan, akrab tidak terkesan angkuh dan low budget untuk penyelenggaraan event, karena spanduk dipasang di kanan-kiri gedung udah cukup memadai, misalnya.

“Kalau membangun gedung kesenian, tolong libatkan kami” Tukas Tikoen salah seorang pekerja seni dari TUK dalam sebuah pertemuan pembubaran Panitia. Statemen ini ditujukan pada Pemerintah Kota lewat Didik Indaryanto Ketua Umum DKS. Saya rasa ungkapan yang tepat, acap aspirasi seniman tak terdengar.

Biarkan Singapura punya Esplanade atau orang yang memberinya julukan “Big Durian” hasil kompetisi dari 48 arsitek kelas dunia. Gedung kesenian yang dibangun di atas lahan 6 hektar, dengan biaya hampir 4 triliyun itu. Kita di sini cukuplah dapat mewujudkan gedung kesenian kecil-kecilan tapi dapat bermanfaat bagi pekerja seni.

Itu berarti dapat menghindarkan dan memelihara kita dalam sebuah equilibrium, sebuah keseimbangan, dan bukannya demensia budaya yang mengantar kita, yang kalau menurut istilahnya DR. Sudjoko (alm.) dari ITB, kroco jiwa, alias inferioty complex.(Mullie)

29 Januari 2007

Pengelolaan Taman Kota Perlu Partisipasi Masyarakat

PENGELOLAAN TAMAN KOTA

PERLU PARTISIPASI MASYARAKAT

Kota Salatiga dalam era tahun 1950 sampai dengan tahun 1960 mendapat julukan sebagai kota sejuk, indah, rindang, dan asri dan terdapat taman kota yang ditumbuhi berbagai tanaman terawatt baik serta keadaan selokan-selokan mengalir air ersih. Pada pemandangan saat ini jelas berbeda sama sekali karena begitu cepat pertambahan penduduk yang diikuti berbagai sektor lainnya.

Sesanti HATI BERIMAN yang sudah disosialisasikan ke masyarakat Salatiga, ternyata untuk mlaksanakan sebgai kota Sehat, Tertib, Bersih, Indah, dan Aman sampai saat ini masih membutuhkan penanganan serius baik unsure Pemerintah dan masyarakat. Keadaan kota Salatiga sudah berubah menjadi kota yang banyak pedagang dan menjamurnya PKL di berbagai sepanjang jalan protocol.

Sejak era tahun 1990 keatas kelompok persatuan pengemudi mobile dinas instansi Pemerintah Salatiga berswadaya murni membenahi taman kota yang berlokasi bagian utara lapangan Panasila dengan menanam berbagai tanaman bunga dan pohon –pohon agar kelihatan indah, enak dipandang mata warga masyarakat. Demikian pula tahun 2005 dari Badan Musyawarah Perbankan Daerah [BMPD] dan PERBARINDO organisasi Bank Perkreditan Rakyat/ Bank Kredit Kecamatan mengadakan gerakan partisipasi pembangunan mempercantik kota dengan membuat taman dengan tanaman –tanaman.

B.M. Martona Ketua Perbarindo sebagai putra daerah mengakui Salatiga merupakan Paris de Java terkenal dengan tempat peristirahatan berhawa sejuk, sehat pada decade 70 tahun yang lalu. Kami lahir dan besar serta mencari rejeki di Salatiga sudah sewajarnya terpanggil dan bertanggung jawab ikut berpartisipasi mewujudkan Sesanti Hati Beriman. Setidak-tidaknya perhatian pada lingkungan terdekat. Untuk mewujudkan sesanti tersebut tidaklah sulit; asal ada tinakan gotong royong, Pemerintah bersama masyarakat. Dengan cata-tan asalkan ada tiik temu kebersamaan, keterbukaan, kejujuran dan lain sebagainya..

B.M. Martona berpenampilan ceplas-ceplos apa adanya selaku ketua Perbarindo dan sesepuh PT>BPR Kridaharto dengan mengeluarkan biaya dari kantong pribadi membuat taman partisipasi dekat lapangan Pancasila dan menyempurnakan sumber air [belik] didkatnya unuk kepentingan warga masyarakat sekitarnya, menghabiskan biaya kurang lebih Rp. 13 juta.

BMPD yang mewadahi 14 Bank yang beroperasi di Salatiga dapat mengumpulkan dana sebesar Rp. 7 juta untuk mempercantik taman kota di lokasi dekat Rutan, Dekat Pasar Rejosari, dan dekat tapal batas kota. Adanya berbagai taman tersebut perlu adanya perawatan secara rutin, syokur jumlah keindahan taman ditambah. Khusus lokasi taman sepanjang jalan Diponegoro dan Jalan Jend.Sudirman pengelolaan diserahkan pihak swasta dengan kompensasi tertentu.

Kepala DPLH Adhi Suprapto MSi menjawab pertanyaan majalah Hati Beriman mengutarakan seadanya, anggaran untuk perawatan taman diberbagai tempat tidak ada anggarannya, apalagi bidang pengecetan karena di APBD tidak ada sama sekali. Untuk mengatasi problem tersebut kami mengharapkan partisipasi masyarakat.

Rencana plaksanaan ahun 2007 untuk perawatan berbagai taman yang tersebar diperbagai lokasi minta bantuan SKPD [ Satuan Kerja Perangkat Daerah ] mempunyai tanggung jawab merawat lokasi taman kota agar kelihatan indah dan cantik..

Taman depan kampus UKSW sampai dengan perempatan kauman, kompleks lapangan Pancasila, Jl.Tentara peljar, jl. Adi Sucipto, Jl. Sudiarto akan diajukan dalam anggaran APBD.(kst)

23 Januari 2007

328 Jamaah Haji Salatiga Tiba


Rombongan jamaah haji kota Salatiga yang tergabung dalam kloter 44 dan 45 tiba di halaman Kantor Pemkot Salatiga, Senin, 22/1/2007. Dari 330 orang jamaah haji kota Salatiga, 2 diantaranya meninggal di tanah suci Makkah.

Kepala Kantor Depag kota Salatiga Drs. Juhdi Amin, M.Ag didampingi seorang staf urusan haji Sulistyoningsih, menjelaskan bahwa dua orang jamaah yang meninggal adalah Siti Komsiah, 58, warga Jalan Muwardi Salatiga dan Sofiah Nantapura, 77, waega Jagalan, Cebongan, Salatiga.

Dikatakan ia, rombongan jamaah haji kota Salatiga tiba lebih awal sekitar 1 jam. Para jamaah yang tergabung dalam kloter 44 tiba di Bandara Adi Sumarmo,Solo pukul 01.00 WIB dini hari, sedangkan kloter 45, tiba dibandara pukul 04.00 WIB. Setelah beristirahat sebentar, para jamaah langsung dipulangkan ke Salatiga. Kloter 44 tiba di halaman Kantor Pemkot Salatiga pukul 05.00 WIB dan kloter 45 tiba pukul 07.00 WIB.

“Para jamaah haji Salatiga yang baru saja pulang biar beristirahat dan bertemu dengan sanak famili dulu. Kami merencanakan akan mengundang mereka untuk bersilaturahmi ke rumah Walikota, Bapak H. Totok Mintarto, setelah dua atau tiga minggu lagi,” jelasnya.(inkom)

22 Januari 2007

325 Atlit Karateka Ikut Ujian Kenaikan Tingkat



Sebanyak 325 atlit karateka Salatiga dan Jateng tanggal 21 Januari 2007 mengikuti ujian kenaikkan tingkat. Hari Minggu pagi dengan hujan rintik-rintik para atlit berdisiplin melakukan ujian fisik dngan berlari sejauh 5 Km mengelilingi kota Salatiga. Start dari lapangan Pancasila dan menuju jalan Diponegoro – Jl.Pemuda – JL.DR.Muwwardi – jl. Veteran dan finish lapangan Bataliyon Kostrad 411.

Plaksanaan ujian mulai pukul 06.00 samai dngan pukul 17.00 WWIB dengan sistim katak, dan komite mulai sabuk biru keatas. Komite tehnik Monginsidi dalam kata pengarahan, hendaknya paa atlit mencapai prestasi bagi diri sendiri, keluaga,lingkungan kota, dan bangsa. Untuk mencapai hal tersebut haus dilandasi; disiplin, jujur, tanamkan dihati tekad yang bulat semangat mencapai prestasi, dan bersyukur.

Sebagai kehormatan pihak panitia memberikan sabuk hitam kepada 4 orang sebagai komandan yang mulai saat ini mengerahkan para anggotanya mengikuti olah raga karateka sebanyak 165 orang.

Ketua Koni Salatiga John Manoppo,SH mengatakan,tidak bisa dipungkiri lagi Salatiga sebagai kota olah raga sangat baik dapat membaa nama harum kota hingga mencapai international. Kepada peserta yang ikut jian hendaknya dapat mengikuti dengan baik dan tingkatkan persaudaraan antar atlit karateka.

Dalam ujian katak untuk sabuk putih dan kuning 5 orang tampil kedepan memperagakan gerakan secara serentak, sedangkan dalam ujian komite diadakan ujian perorangan dengan sparing partner dengan atlit pilihan Jawa Tengah. Selama komite berlangsung sangat menarik atlit karena adu tanding belangsung sungguh-sungguh, bahkan ada yang kena pukulan telak dari tendangan kaki.

Pada hasil pengumuman atlit yang lulus kenaikkan tingkat sangat banyak maka disambut dengan gembira, sedangkan waktu 6 bulan kedepan akan dilaksanakan kenaikkan tingkat lagi.(kst)

21 Januari 2007

Petilasan Ki Hajar Sampurna

1 SURA PETILASAN KI HAJAR SAMPURNA TH.2007

Menjelang peringatan 1 Suro 1428 Hijriah di petilasan makam Ki Hajar Sampurno tanggal 20 Januari 2007 di Lingkungan Sugihwaras Kelurahan Randuacir di peringati secara meriah oleh arga masyarakat setempat dan para peziarah dengan mengadakan sesajen tumpengan cukup banyak, pagelaran wayang kulit semalam suntuk dan hibuan musik dang dut.

Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB sangat menarik warga masyarakat menyaksikan hiburan secara gratis. Tepat pukul 22.00 dilaksanakan arak-aakan dari tempat pagelaran wwayang kulit menuju kemakam sejauh 500 meter yang kemudian diberi doa lalu dibagikan kepada masyarakat awam yang ikut trirakatan semalam suntuk.

Juru kunci Kartopawiro mengungkapkan, sebelum menjadi juru kunci kami melakukan tirakat7 hari 7 malam tidak makan dan minum agar dberi petunjuk yang sebaik-baiknya. Keberadaan makam Ki Hajar Sampurna sudah berada sejak 400 tahun yang lalu yang sesungguhnya bernama Ki Gede Sumiran.

Selama tirakat tahun 1951 dalam suasana gaib dijumpai wanita tua dan diberi kaca mata berukuran kecil ukuran uang kuno bill da langsung dpakai sekali . Dalam wangsit mendapat supaya waspada dan berkata secara tepat. Jadi keberadaan Ki Hajar

Sampurna sebelum ada keajaan Mataram.

Dalam peringatan 1 Suro diselenggakan sesajian tumpeng, kembang setaman,candu, kembang kantil 2, kembang kenongo 2, sedangkan tumpeng terdiri;tumpen gede, tumpeng rasul, ambeng asahan, tumpeng seger, nasi golong 2 tempat yang berisi jajan pasar. Makam Ki Hajar Sampurna selalu ramai peziarah setiap malam Jumat Kliwon dari berbagai kota. Kedatangan mereka ada yang minta kesembuhan penyakit, usaha bisnisnya berjalan lancar dan ada memperoleh keselamatan dan sejahtera hidup rumah tangganya. Pada syukuran ini banyak peziarah yang membawa air dari sumber air sendang Senjoyo yang dimintakan bekah dapat untuk memperlancar dalam mengaungi kehidupan ini penuh persaingan.

Sebagai aset wisata spiritual Kota Salatiga lokasi ini sudah ada jalan masuk dan penerangan jalan yang baik, sehingga bagi peziarah yang akan berkunjung dengan mudah menemukan lokasi.(kst)

09 Januari 2007

Kecamatan Sidomukti Minta Program Pembangunan Disetujui

Untuk mensukseskan program pembangunan selama satu tahun ke depan, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga menggelar Musyawarah Pembangunan Kecamatan (musrenbangkec). Acara berlangsung pada tanggal 8 Januari 2007 di Aula Kecamatan Sidomukti.

Hadir dalam musyawarah tersebut Muspika Kecamatan, Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Drs. Petrus Resi, MSi., dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga: Tedy Sulistyo, Arif dan Fatkhurrahman, serta dari Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. Sedangkan dari elemen masyarakat hadir tokoh masyarakat, LPMK, PSM, KTI dan LKM.

Dari acara tersebut dimaksudkan akan diperoleh masukan-masukan dari pihak Kelurahan, sehingga jika ada program yang mendesak dapat segera dilaksanakan. Bapak Warjo, LPMK Kelurahan Dukuh mengusulkan “agar RAPBD kota dapt disetujui pada bulan Desember, sehingga program kerja tahun depannya dapat disetujui dan dilaksanakan dengan baik”.

Sementara itu Siti Sulami Kepala Kelurahan Mangunsari berharap, jalan raya di sekitar Pasar Rejosari untuk diperbaiki. Karena banyak lubang-lubang besar yang menjadi genangan air, hal itu menyebabkan pertumbuhan jentik nyamuk.

"Kami berharap kepada anggota dewan yang berasal dari daerah penelitian Sidomukti untuk dapat memperjuangkan program pembangunan yang telah diusulkan dan disusun dengan matang oleh Kecamatan" pinta Kepala Camat Nunuk Dartini. "Kemudian usulan pembangunan ruang pertemuan Kecamatan yang sempit untuk menjadi prioritas. Selain itu juga balai Kelurahan Dukuh yang kondisinya sudah tidak memadai kembali" tambah Bu Camat.(lux)

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's