MAJALAH HATI BERIMAN "MAJALAH BERITA WARGA KOTA SALATIGA"

08 November 2005

Profil

Tak Hanya Novel,

Film Juga

Di dunia sastra, nama Maia Rosida mungkin belum dikenal khalayak. Padahal, lebih dari tiga novel sudah dihasilkannya.

Maklum, untuk sementara, novel karya gadis yang bersekolah di SMA Qariyah at Thayibah Kota Salatiga ini belum diterbitkan secara luas. “Rencananya, (novel) ini mau diterbitkan tahun depan,” kata Maia sambil menunjuk novel-novelnya. Penerbit yang bersedia memfasilitasi adalah LkiS yang memang sudah menjalin kerja sama dengan pihak Qariyah at Thayibah.

Anak keenam dari tujuh bersaudara ini mengaku berminat pada dunia menulis sejak masih duduk di kelas 2 SD. Berawal dari kesukaannya kepada musik, Maia mulai menulis syair lagu dan puisi. Bahkan, putri pasangan Agus Ibnu Ibad dan Ghairatul Hasanah ini bercita-cita menjadi seorang musisi. Namun, lambat laun, kegemarannya menulis syair lagu dan puisi berkembang menjadi menulis novel.

Sayang, kegemarannya ini terbatasi oleh aktivitasnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itulah, pada saat pendidikan formalnya di Pondok Pesantren Ali Maksum, Yogyakarta, menginjak kelas 2 SMA, Maia memilih pindah ke Qoriyah at Thayibah. Bahkan, dia rela turun kelas menjadi siswa kelas 3 SMP sesuai aturan yang berlaku. “Di sekolah formal selalu ada cap bodoh atau tidak bisa. Padahal, setiap anak punya potensi sendiri-sendiri,” ujarnya.

Di sekolah barunya, gadis kelahiran Tingkir pada 20 tahun lalu ini merasa bebas berekspresi. Tanpa bimbingan guru ataupun orang tua, jari jemarinya sudah menelurkan lebih dari tiga novel remaja. Bahkan, penggemar grup musik The Cranbarries dan Peter Pan ini sudah melebarkan sayapnya ke dunia perfilman. Tujuh film sudah berhasil diproduksinya. Siapa sutradaranya? “Saya yang menjadi sutradara dibantu oleh teman-teman yang menjadi aktor dan aktrisnya,” aku siswa kelas 3 SMA yang mengagumi Gus Mus dan Sudjiwo Tejo ini.

Dalam menulis novel, remaja cantik yang akan berulang tahun pada 29 November ini mengaku lebih menyukai tema-tema sosial kemasyarakatan. Tidak tertarik dengan tema politik? “Sebenarnya saya tidak suka tema politik. Tetapi, bagaimanapun saya harus bisa menulisnya (tema politik),” jelasnya.

Dalam mencari ide pun, Maia tidak pernah kehabisan ide. ”Kalau melihat dunia, ide tidak akan ada habisnya,” katanya. Ditanya soal rencananya selepas SMA, Maia memilih untuk melanjutkan kuliah di Qariyah at Thayibah dan menambah jumlah novelnya.

”Sempat terbersit keinginan untuk kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Tapi setelah berkunjung ke perguruan tinggi, saya jadi ngeri,” tuturnya. Menurutnya, perguruan tinggi formal tetap masih membatasi kebebasan mahasiswa untuk berekspresi. Ok deh neng, kami tunggu karya-karyamu. (bty)

 
template : Copyright @ 2010 HUMAS SETDA KOTA SALATIGA. All rights reserved  |    by : boedy's